Professional Documents
Culture Documents
Dokter yang merawat : Dr.Bambang Farmasis : Dessy Fajarini, S.Farm, Futri Mayank Sari S.Farm, Septiani Martha S.Farm, Weni Septariza S.Farm, Winda Septiana S.Farm. : Jamkesmas : 13 Maret 2013 : 21 Maret 2013 :
Agama
Riwayat Penyakit sekarang : RPP 3 minggu SMRS, os mengeluh nyeri perut, hilang timbul yang menjalar kepinggang belakang seperti ditusuk-tusuk. Demam (-), mual/muntah (+), sesak (-), nafsu makan menurun. Os berobat di RS Sungai Lilin dan dirawat selama 4 hari dan dikatakan gejala maag. Os pulang dengan keluhan hilang. 2 hari SMRS keluhan berulang, nyeri perut kanan atas menjalar ke pinggang semakin hebat, hilang timbul. Demam (+), dan demam hilang saat nyeri redah, mual/muntah (+). Os berobat ke RSMH dan dirawat. Keluhan Utama: Nyeri perut kanan atas, menjalar ke pinggang sejak 2 hari yang lalu. Sejarah Pengobatan / Pembedahan yang telah dialami : Os pernah di rawat di RS Sungai Lilin Selama 4 hari. Diagnosa: Gastritis Kronis + tanda dehidrasi + nyeri epigastrik + DM tipe II tidak terkontrol Riwayat penyakit sebelumnya : Hipertensi disangkal, DM disangkal, sakit kuning disangkal Riwayat Penyakit keluarga : Tidak Ada
Page 1
Hemoglobin WBC Hematokrit LED Eusinofil Neutrofil Batang Neutrofil Segmen Limfosit SGOT SGPT Kalium
Indikasi
Bilirubin Total Bilirubin Direk Bilirubin Indirek SGOT SGPT Protein Total Albumin Hb-A1C HbsAg Glukosa Tidak Puasa Glukosa Puasa
C. Pemeriksaan Penunjang : D. Pemeriksaan Vital Sign : Tanggal 14 Maret 2013 15 Maret 2013 16 Maret 2013 17 Maret 2013 18 Maret 2013 19 Maret 2013 20 Maret 2013 TD (mmHg) 110/60 110/70 110/80 120/80 130/90 120/80 100/70 Nadi (x/menit) 101 84 80 82 84 80 84 Pernapasan (x/menit) 24 21 22 19 20 18 20 Suhu (C) 36,6 36,6 36,5 36 36,7 36,5 36,5
Page 2
F. Hasil Pemeriksaan BSS Tanggal 16 Maret 2013 17 Maret 2013 18 Maret 2013 19 Maret 2013 20 Maret 2013 06.00 210 315 215 167 180 11.00 228 190 189 156 220 17.00 203 222 244 184 179 22.00 224 256 245 220 210
Page 3
Page 4
C. Faktor Resiko
Page 5
D. Gejala dan Klinik Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf. E. Penatalaksanaan Diabetes The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Page 6
Terapi Non Farmakologi a. Pengaturan Diet Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.
Page 7
Page 8
F. Pemeriksaan HbA1C HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel. Interpertasi Hasil Pemeriksaan HbA1C HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita diabetes (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi.Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%. Jadi, HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah ada kuat atau belum. Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali. HEPATITIS
Page 9
Gambar Virus Hepatitis B HBV tidak patogenik terhadap sel, tetapi respons imun terhadap virus ini yang bersifat hepatotoksik. Kerusakan hepatosit menyebabkan peningkatan kadar ALT yang terjadi akibat lisis hepatosit melalui mekanisme imunologis. Kesembuhan dari infeksi HBV bergantung pada integritas sistem imunologis seseorang. Infeksi kronik terjadi jika terdapat gangguan respon imunologis terhadap infeksi virus. Virus hepatitis B dapat menimbulkan hepatitis akut maupun kronik (berlangsung secara mendadak dan cepat memburuk). Selain itu Virus hepatitis B dan hepatitis C mempunyai resiko penderita terkena kanker hati. Virus Hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran darah, partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus.
Page 10
Page 11
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi HBV dapat diakhiri (akut), sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi HBV yang menetap (kronik). Proses eliminasi HBV oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus ataupun faktor pejamu. Faktor virus antara lain: terjadinya imunotoleransi terhadap produk HBV, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi, terjadinya mutan HBV yang tidak memproduksi HbeAg, integrasi genom HBV dalam genom sel hati. Faktor pejamu antara lain: faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respon antiidiotipe, faktor kelamin atau hormonal. Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk HBV dalam persistensi HBv adalah mekanisme persistensi infeksi HBV pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HbsAg dan HbeAg positif. Diduga persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap HbeAg yang masuk ke dalam tubuh janin mendahului invasi HBV, sedangkan persistensi pada usia dewasa diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel virus. Persistensi infeksi HBV dapat disebabkan karena mutasi pada daerahpre -core dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HbeAg pada mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi.
B. Perjalanan Penyakit Hepatitis B Kronik Ada 4 fase pada perjalanan penyakit hepatitis B kronik, yaitu fase imunotolerans, fase imunklirens (imunoaktif), inactive carrier state, dan fase reaktivasi. Fase Imunutolerans
Page 12
C. Manifestasi Klinik dan Gejala Hepatitis Gejala mirip hepatitis A, tidak jauh berbeda dengan flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan
Page 13
D. Cara Penularan Ada dua cara penularan : 1. Secara horisontal dari pengidap hepatitis B ke orang lain, paling sering melalui suntikan, produk-produk darah, kontak sexual, akhir-akhir paling sering pada
Page 14
Page 15
Page 16
Page 18
Page 19
Page 21
Page 22
E. Faktor Risiko
Page 23
Page 24
Page 25
Page 26
4 5 6 7
B. IVFD NaCl 0,9 % FARMAKODINAMIK No Parameter Indikasi 1 2 3 4 Keterangan Mengganti cairan plasma isotonik yang hilang, penggantian cairan pada kondisi alkalosis hipokloremia. Efek Samping Panas, iritasi atau infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan. Kontraindikasi Hipernatremia, asidosis, hipokalemia Perhatian,Peringatan Gagal jantung kongestif, gangguan fungsi ginjal, hipoproteinnemia, udem paru, hipertensi, keseimbangan asam basa dan cairan pada terapi jangka panjang. Dosis Pengobatan Infus Iv dengan kecepatan s/d 7,7 ml/kgbb/jam yaitu : 180 tetes/ 70 kgbb/menit. dosis disesuaikan dengan kondisi
Page 27
3 4 5 6 7 8 9
D. OMEPRAZOLE FARMAKODINAMIK No Parameter Kelas Terapi 1 Mekanisme Kerja 2 Keterangan Obat Untuk Saluran Cerna (PPI) Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambung dengan menghambat sistem enzim Hidrogen-Kalium ATPase pada permukaan sel parietal. Efek penghambatan ini terkait dengan dosis. Penghambat pompa proton dapat meningkatkan risiko infeksi gastrointestinal karena efek penekanan sekresi asam Tukak duodenum, tukak lambung, refluks esofagitis, erosif ulseratif, sindrom Zollinger-ellison Ruam kulit, urtikaria, mulut kering, mual, sakit kepala, diare, konstipasi, kembung Hipersensitif terhadap Omeprazol. Kemungkinan adanya keganasan harus disingkirkan bila ada dugaan tukak lambung, Hamil, Laktasi dan anak. Gunakan dengan hati-hati pada pasien hipokalemia dan gangguan hati.Penggunaan Omeprazol jangka panjang dapat menyebabkan risiko atrofik gastritis. Tukak duodenum, tukak lambung, refluks esofagitis, erosif ulseratif 20mg 1x/hari selama 2-4 minggu. Sindrom
3 4 5 6
Dosis Pengobatan
Page 28
8 9
11
Informasi Pasien
12
Parameter Monitoring
FARMAKOKINETIKA No 1 Parameter Absorpsi Keterangan Bioavaibilitas menurun sampai dengan 50% karena pengaruh makanan karena tablet yang pecah di lambung mengalami aktivasi lalu terikat pada berbagai gugus sulfihidril mucus dan makanan,oleh sebab itu sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan. Distribusi Diffusi ke sel parietal lambung, terkumpul di kanalikuli sekretoar dan mengalami aktivasi menjadi bentuk sulfonamid tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan gugus sulfohidril enzim H+, K+, ATP ase (pompa proton) yang berada di membran apikal sel parietal sehingga menyebabkan penghambatan enzim tersebut. Produksi asam lambung terhenti 80%-95%. T 0,5-1,5 jam T max 1-3,5 jam. Metabolisme,Eliminasi Obat ini di metabolism di hati oleh sitokrom P450 (CYP) terutama CYP2C19 dan CYP3A4. Ekskresi melalui feses (18-23%) dan ginjal (70-77%). Waktu paruh eliminasi pada dewasa 0,5-1 jam; penyakit hati kronis 3 jam; pasien geriatri 1 jam.
Page 29
3 4
5 6
Dosis Pengobatan
Page 30
Stabilitas Penyimpanan
Interaksi Obat
11
Informasi Pasien
12
Parameter Monitoring
FARMAKOKINETIKA No 1 Parameter Absorpsi Keterangan Setelah pemberian oral, sukralfat diabsorpsi dalam jumlah kecil dari saluran cerna, kemungkinan disebabkan karena polaritas yang tinggi dan kelarutan yang rendah dari Sukralfat pada saluran cerna. Bioavailabilitas oral (lokal) : komponen disakarida 5%, aluminium < 0.02%. Distribusi Distribusi : distribusi ke dalam jaringan dan cairan tubuh setelah absorpsi sistemik belum ditentukan. Studi pada hewan, volume distribusi kurang lebih 20% dari berat badan. Metabolisme,Eliminasi Ekskresi: Sukralfat bereaksi dengan asam klorida dalam saluran cerna, membentuk sukrosa sulfat yang tidak dimetabolisme. Studi pada hewan menunjukkan 90%
Page 31
3 4
Kontraindikasi
Perhatian, Peringatan
Dosis Pengobatan
Page 32
8 9
FARMAKOKINETIKA No 1 Parameter Absorpsi Keterangan Absorpsi : Oral : Bioavailabilitas 13-17%. Rendahnya bioavailabitas sistemik ini disebabkan oleh metabolisme lintas pertama di hati dan metabolisme pada dinding usus. Distribusi: 91-93% terikat pada protein plasma. Volume distribusi : 5,71 L/kg Pengaruh metabolisme pada dinding usus jelas terlihat pada adanya peningkatan bioavailabilitas dari 13% ke 23% jika Domperidon tablet diberikan 90 menit sebelum makan dibandingkan jika diberikan dalam keadaan perut kosong. Konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 30-110 menit. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak lebih lama jika obat diminum sesudah makan. Per rektal : Bioavailabilitas 12%. Konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 1 jam Metabolisme: terutama di hati (metabolisme lintas
2 3
Distribusi Metabolisme,Eliminasi
Page 33
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
6 7
8 9
10
Parameter monitoring
FARMAKOKINETIKA No 1 2 3 Parameter Absorpsi Distribusi Metabolisme,Eliminasi Keterangan Absorbsi diusus, dalam darah tidak terikat protein plasma Ekskresi melalui urine dalam keadaan utuh, Waktu Paruh 2 jam,
H. ANTASIDA FARMAKODINAMIK No Parameter Kelas Terapi 1 Mekanisme Kerja 2 Keterangan Antasida dan antiulkus a) Menetralkan HCl dalam lambung dengan membentuk garam Al(Cl)3 dan H2O b) Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif cepat dengan HCl dalam lambung membentuk magnesium klorida dan air. Magnesium hidroksida juga mengosongkan usus dengan menyebabkan retensi osmotik cairan yang mengembangkan kolon dengan aktivitas peristaltik yang meningkat. c) Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat
Page 36
Indikasi
Efek Samping
Kontraindikasi
Perhatian, Peringatan
Dosis Pengobatan
8 9
Page 37
10
Informasi pasien
Page 38
Page 39
Page 40
No 1
Analisa Masalah 1. Adakah obat tanpa indikasi medis? 2. Adakah pengobatan yang tidak dikenal? 3. Adakah kondisi klinis yang tidak diterapi? Dan apakah kondisi tersebut membutuhkan terapi obat?
Komentar Ada permasalahan, penurunan fungsi hati, namun tidak diberikan obat hepatoprotektor untuk menjaga fungsi hati. Tidak ada permasalahan
1. Bagaimana pemilihan obat? Apakah sudah efektif dan merupakan obat terpilih pada kasus ini? 2. Apakah pemilihan obat tersebut relative aman? 3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh pasien? 1. Apakah dosis, frekwensi dan cara pemberian sudah mempertimbangkan efektifitas keamanan dan kenyamanan serta sesuai dengan kondisi pasien? 2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa memasikmalkan efek terapi, kepatuhan , meminimalkan efek samping, interaksi obat, dan regimen yang komplek? 3. Apakah lama terapi sesuai dengan indikasi ?
Regimen Dosis
1. Pemberian sukralfat menjadi tidak efektif karena digunakan bersamaan dengan antasida sirup dan omeprazole. 2. Pemberian metformin setelah makan
Page 41
6 7
1. 2. 1. 2.
Adakah masalah 1, 2, 3 Tidak ada permasalah. Adakah masalah 1, 2, 3 Tidak ada permasalah.
Tidak ada masalah Adanya interaksi farmasetik antara sukralfat dengan antasida dan omeprazole.
Page 42
DAFTAR PERMASALAHAN TERKAIT OBAT DAN REKOMENDASI Nama Pasien SMF/ Ruangan Farmasis : : : SH Kamar 7 bad 7 RC Dessy Fajarini, S.Farm Futri Mayank Sari S.Farm Septiani Martha S.Farm Weni Septariza S.Farm, Winda Septiana S.Farm. Rekomendasi/Saran Tujuan Farmakoterapi Monitoring
Tanggal
Permasalahan Penggunaan bersamaan antara omeprazole, antasid dan sukralfat dapat menghambat mekanisme sukralfat membentuk polimer perlindung mukosa lambung
14 Maret 2013
Penggunaan omeprazole dan Untuk efektifitas terapi sukralfat antasida 60 menit sebelum makan sebagai perlindungan mukosa Nyeri lambung dan sukralfat 90 jam sebelum lambung makan
14 Maret 2013
19 Maret 2013
Untuk melindungi dan menjaga Diberikan hepatoprotektor sebelum Pemeriksaan HbsAg Reaktif, fungsi hati, karena adanya diberikan terapi antivirus hepatitis Fungsi Hati SGOT, SGPT, Bilirubin tinggi indikasi peningkatan SGOT, B. SGPT, Bilirubin. Tes Glukosa darah dan Penggunaan metformin selagi Untuk efektivitas terapi Penggunaan Metformin sesudah gejala asidosis laktat makan untuk menghindari metformin sebagai makan seperti kejang dan nyeri gangguan pada perut. antihiperglikemia. otot.
Page 43
No
Nama Obat
Bentuk sediaan
P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ringer Laktat gtt XX/mnt NaCl 0,9% gtt XX/mnt Omeprazole Omeprazole Antasida Sukralfat B1,B6,B12 Domperidon Metformin
- -
- -
Page 44
Page 45