You are on page 1of 8

Residu dan Analisis Residu

Pengertian Residu adalah sisa insektisida yang ditinggalkan sesudah perlakuan dalam jangka waktu yang telah menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa khemis dan fisis mulai bekerja. Ini untuk membedakan pengertian residu dengan deposit. Deposit adalah bahan insektisida yang ditinggalkan segera sesudah perlakuan. Karena residu mempunyai pengertian bahan sisa yang telah dtinggal cukup lama, maka bahan residu sudah tak efektif lagi sebagai racun langsung, namun masih berbahaya karena dapat terakumulasi. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mendeteksi atau menganalisisnya, menggunakan metode-metode tertentu yang umumnya telah dibakukan. Tujuan analisis residu adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur kuantitas (sangat) kecil residu pestisida dalam suatu ukuran bahan (sampai derajat ppb atau ppt, 1 bagian residu dalam 1.000.000.000 atau 1.000.000.000.000 bagian sampel/bahan). Residu merupakan suatu campuran senyawa yang memiliki sifat-sifat fisis dan khemis yang berbeda-beda dalam hal polaritas, volatilitas dan reaktivitas seorang ahli analisis residu pestisida harus menguasai kimia analisis + kimia organik (sintesis metabolit-metabolit baku), biokimia (pendugaan jalur metabolik, analisis biokhemis) dan toksikologi (berbagai uji in vivo). Sejarah analisis residu pestisida berhubungan dengan perkembangan instrumentasi kimia analisis, sampai akhirnya saat ini telah dicapai analisis-analisis menggunakan alat yang demikian canggih sehingga aras yang sangat kecil pun dengan mudah dapat dideteksi. Proses analisis residu: Sampling prosesing/ekstraksi pemurnian ekstrak analisis kuantitatif/kualitatif. Sampling. Keterandalan hasil analisis dengan penggunaan taknik-teknik analisis mutakhir diukur dengan seberapa terpercayanya sampling di lapangan, mengumpulkan sejumlah koleksi sampel kemudian dilakukan randomisasi -- setiap unit mendapat peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (tidak acak-acakan atau bias), representatif -- proporsi sampel yang dipilih secara random harus identik dengan sampel yang semula dipilih, ulangan -- agar ketepatannya memadai dengan menggunakan estimasi harga rerata dan varians. Semua sampel yang diambil harus dianalisis secepatnya, karena ada bahan yang tak stabil, misalnya piretroid, atau disimpan dalam kontainer gelas pada suhu di bawah nol. Prosesing sampel seringkali juga berarti melakukan ekstraksi pada saat itu juga. Buah-buahan dan syuran berdaun diblender sesudah dipotong kecil-kecil dalam pelarut ekstraktan (bisa satu jenis senyawa, bisa campuran beberapa jenis). Bahan kering (butiran, gabah, biji-bijian) ditumbuk/dihancurkan pada lumpang/mortar kemudian diesktraksi.sampel cair diekstrak langsung dengan pelarut. Ekstraksi atau pemisahan residu pestisida dari bahan utama yang dianalisis (bagian tumbuhan, tanah, air dll.) dilakukan dengan melarutkan bahan ke dalam suatu pelarut atau campuran pelarut. Pelarut harus mampu mengekstraksi residu dalam jumlah maksimum dengan bahan-bahan sertaan sesedikit-dikitnya, supaya tidak mengganggu hasil dan proses analisis. Komponen utama yang sering mengganggu adalah lemak, pigmen dan gula. Pelarut yang sering dipergunakan: asetonitril, dimetilsulfoksida, aseton, air (untuk pestisida polar); ligroin/petroleum-eter, dietileter, n-heksan, atau kombinasi dari pelarut-pelarut tersebut. Ekstraksi yang dilakukan biasanya

menggunakan blender atau homogenizer kecepatan tinggi, kemudian difiltrasi atau sentrifugasi untuk menghilangkan bahan-bahan padat, minyak dll. Ekstrak kemudian disimpan dalam kontainer gelas yang terlindung dari cahaya dan pada suhu di bawah nol. Pemurnian ekstrak dilakukan untuk menyingkirkan bahan-bahan sisa/pengganggu seperti misalnya lemak, lilin, pigmen. Residu kemudian dapat juga difraksinasi. Prosesnya misalnya partisi antara dua cairan kalis (ekstraksi cairan -- cairan). Untuk ini penting diketahui koefisien partisi (sedapat mungkin berselisih cukup besar antara residu dengan bahan penyertanya). Dilakukan dengan menggunakan corong pemisah atau "separatory funnel", kemudian dilakukan pemekatan ekstrak dengan menguapkan pelarutnya. Pemisahan lilin/lemak dengan kristalisasi suhu rendah dapat dilakukan untuk ekstrak yang kandungan lemaknya tinggi dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan ekstraksi. Sampel yang dilarutkan dalam aseton dingin (- 70 C) lilin/lemak yang terpresipitasi kemudian dipisahkan dengan filtrasi. Metode-metode kromatografi dilakukan dengan memperhatikan mekanismenya (adsorpsi, pertukaran ion) atau kedudukan alatnya (vertikal/kolom, horisontal atau datar). Kromatografi kolom kapsitasnya besar dan relatif murah, banyak digunakan. Kromatografi adsorpsi dilakukan dengan meneteskan sampel yang dilarutkan dalam suatu jenis pelarut pada kolom dan kemudian dielusi menggunakan pelarut kromatografis (dengan memperhatikan polaritas) bahan pengganggu akan mudah terserap ke dalam bahan sorbent (silika gel, alumina, florisil) residu terelusi pada kolom dideteksi pada eluant (secara spektrofotmetrik, GLC, HPLC, enzimatik, TLC atau uji biologis). Kromatografi pertukaran ion untuk fraksionasi senyawa-senyawa ionik (metabolit asam untuk pestisida organofosfat, misalnya) dengan menggunakan penukar kation atau anion. Fraksi haruslah terkonsentrasi. Kromatografi lapisan tipis (TLC) sebagian besar merupakan proses adsorpsi, ada juga yang partisi (fase balik--partisi antara fasa gerak dan fasa diam). Kapasitas kecil tetapi resolusinya lebih baik, dapat dilanjutkan dengan deteksi dan pengukuran semikuantitaif, direaksikan secara khemis maupun biokhemis, atau memisahkan residu untuk ujiuji yang lain. Analisis kualitatif dan kuantitatif. Terutama analisis kimia dan biokimia/bioassay. Metode "screening"--identifikasi tipe-tipe tertentu suatu senyawa (mis. OP sebagai penghambat enzim asetilkholinesterase). Perlu diperhatikan sensitivitas atau batas deteksi assay final dan instrumennya, dalam hubungannya dengan keseluruhan proses determinasi residu dari sampel. Beberapa metode dapat dilanjutkan ke arah pemurnian dan fraksionasi sampel, misalnya GLC, HPLC. Error yang mungkin terjadi dapat disebabkan oleh berbagai variasi karena proses sampling, hilangnya residu karena evaporasi, ekstraksi atau pada waktu ditentukan kandungannya melalui instrumentasi. Karenanya sangat penting untuk menyertakan juga blank analysis, analisis tanpa residu untuk melihat ada atau tidaknya kontaminasi, kemudian juga fortified analysis, analisis dengan sejumlah residu yang telah ditentukan besarnya untuk menentukan efisiensi metode yang dipakai. Kromatografi antara lain menggunakan metode-metode: Kromatografi Cairan-Gas (KCG) atau Gas-Liquid Chromatography (GLC) merupakan metode yang paling umum dipakai, proses pemisahannya berdasar pada partisi senyawa yang diuapkan melalui suatu fasa stasioner (cairan non-volatil pada suatu bahan padat pendukung) dengan fasa

gerak berupa gas inert/gas mulia. Fasa diam terdapat di dalam kolom dengan diameter 2 - 4 mm, panjang 1000 - 2000 mm (baja tak berkarat, gelas atau teflon), terdapat juga kolom kapiler (dapat mencapai panjang 50 m). Bahan penyangga fasa diam harus memiliki situs adsorpsi minimum, luas permukaan besar, stabilitas yang baik (tanah diatomae, teflon). Dalam menentukan fasa cair harus diperhatikan polaritas senyawa yang dipisahkan. Setelah komponen yang dipisahkan melewati kolom, dilakukan deteksi dengan detektor. Jenis yang banyak dipakai untuk analisis residu: Flame ionization detector (FID), detektor non-spesifik untuk molekul-molekul yang mengandung karbon. Dapat mendeteksi sampai tingkat 50 pikogram. Electron-capture detector (ECD), senyawa yang memiliki kemampuan menagkap elektron, yang dieksitasi melalui radiasi ionisasi (sumbernya biasanya isotop Ni), sensitivitasnya lebih tinggi dari FID, mencapai 0.35 pikogram. Flame photometric detector (FPD), untuk senyawa dengan kandungan S atau P. Spesifisitas tinggi dan peka (sampai nanogram). Alkali flame ionization detector (AFID), spesifik untuk OP dan insektisida yang mengandung N, dengan sensitiviats yang lebih tinggi dibanding FID (sampai sekitar 1000 kali lipat). Electrochemical detectors - detektor-detektor elektrokhemis, memanfaatkan konduktivitas elektrolit, titrasi mikrokolumetrik--sepsifik untuk senyawa yang mengandung N, halogen dan S. Sensitivitas mencapai sekitar 10 ng untuk senyawa-senyawa N. Mass spectrometric detector (MSD) - alat identifikasi utama, senyawa diionisasikan oleh elektron dari alat EI (electron impact ionization) atau ion berasal dari gas-gas seperti CH4 atau isobutana (prosesnya: CI, chemical ionization). Sangat spesifik, terutama untuk konfirmasi mutlak. Respons detektor dicatat dalam bentuk kromatogram, kemudian dapat dihitung secara kuantitatif. Perhitungan kualitatif dilakukan dengan membandingkan puncak kromatogram terhadap puncak baku suatu senyawa yang telah diketahui. Kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC) Metode pemisahannya didasarkan pada perbedaan keseimbangan distribusi komponen sampel antara dua fasa: diam (kolom) dan gerak (sistem pelarut yang mengalir). Tekanan tinggi diperoleh dari pompa, meningkatkan mobilitas eluant. Tipe-tipenya adalah absorpsi, partisi, pertukaran ion dan permeasi gel. Deteksi yang digunakan al. spektrofotometrik (absorpsi sinar UV atau "tampak", fluorometri, penggunaan senyawa pendar/fluoresen, senyawa elektrokhemis yang dapat teroksidasi atau tereduksi). Senyawa yang tak dapat terdeteksi dapat ditransformasi menjadi senyawa aktif dengan derivatisasi. Analisis data dilakukan seperti pada GLC. Spektrofotometri antara lain absorpsi cahaya UV dan tampak. Sesuai dengan hukum LambertBeer : A = log Io/I = (.c)/d A adalah absorbansi, Io dan I adalah intensitas cahaya sebelum dan sesudah melalui sampel, adalah koefisien ekstinsi, c konsentrasi dan d adalah jarak tempuh cahaya dalam substansi sampel. Absorbansi merupakan fungsi konsentrasi dari senyawa yang dianalisis. Fluorometri senyawa yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang rendah dan kemudian memancarkan/memendarkan tenaganya dalam bentuk radiasi (fluoresensi dan fosforesensi).

Intensitas cahayanya kemudian dapat diukur. Sensitivitas dan slektivitasnya lebih baik dibanding spektrofotometri UV/Vis. Metode biokimiawi. Metode enzimatik dilakukan dengan pengukuran perubahan aktivitaa enzim yang disebabkan oleh interaksi (inkubasi, eksposure) menggunakan insektisida. Metode ini menunjukkan adanya "aktivitas biologis" residu yang dianalisis. Pengukuran OP atau karbamat misalnya dilakukan dengan menghitung tingkat hambatannya terhadap asetilkholinesterase, psedokholinesterase atau karboksilesterase. Sumber enzim diperoleh secara komersial atau dari eritrosit (asetilkholin esterase), serum kuda, manusia (psedokholin esterase) atau homogenat hati (karboksilesterase). Kurva penghambatannya kemudian dapat disusun untuk masing-masing senyawa, sensitivitasnya tergantung pada tipe masing-masing insektisida. Uji biologis, bioassay. Ekstrak sampel yang dianalisis dipergunakan untuk uji in vivo dengan menggunakan serangga atau mamalia. Menunjukkan aktivitas biologis, tetapi sulit menyusun dan memperoleh kondisi baku (terutama dalam mencari kemurnian sampel). Konsentrasi residu dilihat dari kurva respons (mis. LD50). Identitas residu harus diketahui terlebih dahulu. Uji konfirmasi. Identifikasi dengan salah satu metode pada kondisi yang terlalu spesifik tidaklah cukup untuk memberikan identifikasi positif terhadap suatu residu. GLC biasanya dipergunakan dengan dua sistem kromatografi yang berbeda (fasa diam dan gerak yang dua-duanya atau salah satunya berbeda, kondisi yang diubah, kombinasi dari beberapa detektor, derivatisasi dll.). HPLC juga demikian. TLC dilakukan pada sistem solven dan reagen deteksi yang berbeda-beda. Sebaliknya GC/MS memberikan hasil yang hampir 100% dapat diandalkan. Metode multiresidu. Permintaan yang umum untuk suatu penelitian studi lingkungan atau deteksi kandungan bahan pangan/pakan adalah deteksi dan analisis sampel yang mengandung kontaminan lebih dari satu (bahan aktif, jenis, golongan/kelas) pestisida. GLC, HPLC, dan TLC dapat mendeteksi campuran residu multikomponen. Metode skreeningnya menggunakan TLC, menggunakan agensia spesifik dan dapat dilanjutkan ke masing-masing komponen residu.
http://h5hclimacus.blogspot.com/2011/04/residu-dan-analisis-residu.html

Sumber Bahaya dalam Bahan Pangan dan Cara Menghindarinya

Jika tidak dipilih secara hati-hati atau tidak diolah dengan cara-cara yang benar, pangan dapat

membahayakan kesehatan konsumen yang menyantapnya, karena bisa tercemar oleh bahanbahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya itu masuk bersama-sama dengan pangan ke dalam tubuh dan menimbulkan penyakit atau keracunan. Ada beberapa jenis bahaya dalam pangan, yang dapat dikelompokkan ke dalalam tiga jenis, yaitu: bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. Bahaya biologis adalah bahaya berupa cemaran mikroba penyebab penyakit (patogen), virus, dan parasit yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan oleh manusia. Cemaran mikroba ini dapat berasal dari udara, tanah, air dan tempat-tempat lainnya yang kotor. Demikaian juga virus hepatitis A dan parasit misalnya cacing dapat berasal dari lingkungan yang kotor. Umumnya cemaran mikroba dibawa oleh hama yaitu serangga seperti lalat, kecoa dan binatang pengerat seperti tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya. Apa Yang Disebut Mikroba? Mikroba adalah mahkluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat pembesar yang disebut mikroskop. Pada prinsipnya mikroba dibagi ke dalam empat kelompok besar, yaitu: bakteri, kapang, kamir dan virus.

Mikroba dapat menguntungkan manusia, misalnya mikroba yang aktif di dalam proses fermentasi pangan seperti tempe yang mengandung kapang yang disebut Rhizopus oligosporus, kapang Neurospora sitophila yang tumbuh pada oncom merah, kamir atau ragi Saccharomyces cerevisae pada tape singkong atau tape ketan, dan Lactobacillus plantarum pada acar dan sayur asin. Di samping ada yang menguntungkan, ada juga mikroba yang merugikan, yaitu mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk adalah mikroba yang dapat menguraikan bahan sehingga menjadi busuk, misalnya busuknya bahan pangan. Mikroba patogen adalah mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia seperti bakteri tbc, tifus, disentri, kolera dan sebagainya. Bakteri-bakteri tertentu dapat juga menghasilkan racun yang jika termakan akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi manusia.. Di samping bakteri, kapang juga dapat menghasilkan racun seerti Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin. Kapang ini sering tumbuh pada biji-bijian seperti jagung, dan kacang-kacangan seperti kacang tanah, jika kondisi penyimpanannya buruk, yaitu hangat dan lembab. Mikroba tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkungan lembab dan hangat, mengandung zat gizi baik seperti pada bahan pangan, pada lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, bahan pangan mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan yang kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini merupakan bahaya biologis dalam pangan.

Bahaya Kimia adalah bahaya berupa cemaran bahan-bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan oleh manusia, seperti residu pestisida, logam berbahaya, racun yang secara alami terdapat dalam bahan pangan, dan cemaran bahan kimia lainnya. Bagaimana Bahan Kimia Timbul Dalam Pangan? Bahan pangan seperti sayuran dan buah-buah dapat tercemar pestisida di kebun karena penggunaan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau karena penyemprotan pestisida masih dilakukan walaupun sayuran atau buah-buahan hendak dipanen. Sayuran dapat tercemar logam berbahaya karena selalu disiram dengan air sungai yang tercemar oleh logam berbahaya dari buangan industri kimia.

Beberapa jenis ikan laut mengandung racun alami yang dapat membahayakan manusia jika termakan. Kacang tanah telah berjamur mungkin ditumbuhi kapang Aspergillus flavus yang menghasilkan sejenis racun yang disebut aflatoksin. Tempe bongkrek dapat tercemari racun bongkrek sebagai akibat dari proses pembuatan yang salah.

Bahaya fisik adalah bahaya karena adanya cemaran-cemaran fisik seperti benda-benda asing yang dapat membahayakan manusia jika termakan, seperti pecahan gelas, pecahan lampu, pecahan logam, paku, potongan kawat, kerikil, stapler dan benda asing lainnya. Bahan Pangan dan Resiko Bahaya Resiko bahaya dari bahan pangan atau makanan sangat beragam tergantung antara lain pada jenis dan tempat diperolehnya, dan pada peka tidaknya bahan pangan atau makanan itu terhadap kerusakan, khususnya kerusakan karena mikroba. Bahan pangan dapat mengalami kerusakan dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti digolongkan sebagai berikut: Bahan pangan yang mudah rusak, misalnya bahan pangan yang berasal dari hewan seperti daging, susu, telur dan ikan. Bahan pangan yang agak mudah rusak,misalnya sayuran dan buah-buahan, dan

Bahan pangan yang tidak mudah rusak, misalnya biji-bijian dan kacang-kacangan yang kering seperti gabah kering, jagung pipil kering dan kacang kedelai kering.

Umumnya bahan pangan yang mudah rusak beresiko mengandung bahaya biologis karena tercemar mikroba. Bahan pangan yang bersifat mudah rusak umumnya mengandung air dalam kadar yang tinggi sehingga mudah ditumbuhi bakteri. Dengan demikian, bahan pangan atau makan di bawah ini beresiko mengandung bahaya biologis:

daging dan hasil olahnya susu dan hasil olahnya telur dan hasil olahnya ikan dan hasil olahnya sayur dan hasil olahnya buah-buahan yang rasanya tidak asam santan

Bahan Pangan Atau Makanan Beresiko Bahan Kimia


Bahan pangan atau makanan yang secara alami mengandung racun (singkong, racun, ikan laut yang beracun, tempe bongkrek, dsb.) Bahan pangan atau makanan yang tercemar pestisida, pupuk kimia, antibiotika, logam berbahaya, dan cemaran kimia lainnya. Bahan tambahan yang terlarang atau bahan tambahan pangan yang melebihi takaran maksimum ynag diizinkan dalam penggunaannya. Bahan pangan atau makanan yang tercemar racun kapang, misalnya biji-bijian atau kacang-kacangan yang disimpan pada kondisi penyimpanan salah. Penyimpanan yang salah adalah penyimpanan pada ruangan yang terlalu lembab dan hangat.

Bahan Pangan atau Makan Beresiko Bahaya Fisik Bahan pangan atau makanan yang kotor karena tercemar benda-benda asing seperti pecahan gelas, potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya. Makanan yang dibungkus plastik atau daun dengan menggunakan stapler beresiko bahaya fisik, karena stapler yang terlepas dapat masuk ke dalam makanan tanpa diketahui. Bagaimana Cara Menghindari Dari Bahaya Dalam Pangan

Untuk menghindari bahaya biologis, jauhkan atau lindungi bahan pangan atau makanan dari cemaran mikroba, misalnya dengan cara melindungi (menutup) bahan pangan atau makanan dari serangan hama seperti lalat, kecoa, tikus dan binatang pembawa penyakit lainnya. Memilih bahan pangan yang bermutu baik adalah suatu cara yang paling utama dalam menghindari bahaya biologis. Untuk menghindari bahaya kimia, jauhkan atau lindungi bahan pangan dari cemaran kimia, misalnya dengan mengolah pangan di tempat yang jauh dari sumber pencemaran seperti tempat penyimpanan pupuk, insektisida, oil dan sebagainya. Menggunakan bahan pangan yang bersih bebas pestisida adalah cara lainnya untuk menghindar dari bahaya

kimia.

Untuk menghindari bahaya fisik, gunakan hanya bahan yang sudah bersih dari kerikil, dan/atau cemaran fisik lainnya. Sortasi dan mencuci adalah tahap-tahap pengolahan yang baik untuk menghindari bahaya fisik.

http://www.smallcrab.com/kesehatan/537-sumber-bahaya-dalam-bahan-pangandan-cara-menghindarinya

You might also like