You are on page 1of 21

Skenario 3 Tumbuh kembang (gangguan tumbuh)

L.O.1. MM gangguan pertumbuhan dan perkembangan 1.Fisiologi tumbuh kembang


Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor (Nursalam, 2005). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Dalam (Internal) a) Genetika Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu : i. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa ii. Keluarga iii. Umur iv. Jenis Kelamin v. Kelainan Kromosom b) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak. 2) Faktor eksternal (lingkungan) Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal. a) Faktor pranatal (selama kehamilan),meliputi : i. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan. ii. Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot. iii. Toksin/zat kimia, radiasi

iv. Kelainan endokrin v. Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual vi. Kelainan imunologi vii. Psikologis ibu b) Faktor kelahiran Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak. c) Faktor pascanatal Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu: 1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) Meliputi: - pangan/gizi - perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan - pemukiman yang layak - kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan - pakaian - rekreasi, kesegaran jasmani - dll 2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial. 3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya. kemandirian,

Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Setiap anak akan melalui setiap tahapan tumbuh kembang yang mempunyai ciri tersendiri, yaitu: 1. Masa pranatal

2. Masa bayi: usia 0 - 1 tahun 3. Masa pra-sekolah: usia 1 6 tahun 4. Masa sekolah: usia 6 18/20 tahun a. Masa pra-remaja: usia 6 8/10 tahun b. Masa remaja: 8/10 18/20 tahun PERTUMBUHAN FISIK 1. Pertumbuhan janin dalam kandungan Pertumbuhan pada masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang dialami seseorang dalam hidupnya. Janin tumbuh dari berat 0,0000175 gram menjadi 3700 gram, dan panjang badan dari 0,01 menjadi 50 cm. 2. Pertumbuhan setelah lahir Indikator pertumbuhan: 1. Berat badan Berat badan lahir rata-rata 3,4 kg (2,7-4,1 kg) Bayi yang dilahirkan cukup bulan akan kehilangan berat badannya selama 3-4 hari pertama dan akan kembali sama dengan berat badan lahir pada hari ke-8-9 Berat badan meningkat: 2 x berat badan lahir pada umur 5 bulan, 3 x berat badan lahir pada umur 1 tahun, 4 x berat badan lahir pada umur 2 tahun Penambahan berat badan 6 bl ke-1 : 0,5-1,0 kg/bl 6 bl ke-2 : 0,3-0,5 kg/bl 1-2 th : 0,2 kg/bl 2. Tinggi Badan Rata-rata tinggi (panjang) badan lahir + 50 cm Panjang badan meningkat 1 x panjang badan pada umur 1 tahun Penambahan panjang badan: Umur 6 bl ke-1 : 2,5 cm/bl 6 bl ke-2 : 1,25 cm/bl 1-7 th : 7,5 cm/th

3. Lingkar Kepala Rata-rata lingkar kepala lahir 33,0 - 35,6 cm Pada tahun ke-1, lingkar kepala menjadi 44,4 - 46,9 cm ( Pada tahun ke-2 menjadi 46,9 - 49,5 cm ( + 2,5 cm) Pada tahun ke-3 menjadi 47,7 - 50,8 cm ( + 1,25 cm) 4. Erupsi gigi Gigi pertama tumbuh pada umur 5 9 bulan dan gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 th. PERKEMBANGAN ANAK Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah: 1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh). 2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll). 3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan). 4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya). Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak (Nursalam, 2005). Menurut Nursalam (2005), ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada masa anakanak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Masa Pranatal Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu : a) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8 minggu. Ovum yang telah dibuahi akan datang dengan cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi secara pesat untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh. + 10 cm)

b) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai masa kelahiran. Masa fetus terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna serta alat tubuh mulai berfungsi. Yang kedua adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan perkembangan fungsifungsi. 2) Masa Neonatal Masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir, berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 2500-4000 gram, panjang badan berkisar 50 cm dan berat otak sekitar 350 gram. Selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan. Masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya adalah refleks moro, yaitu refleks merangkul, yang akan hilang pada usia 3-5 bulan, refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris dan akan menghilang seiring dengan bertambahnya usia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang. 3) Masa bayi 1-12 bulan Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun berat badannya sudah menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya, berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan menangis pada suasana yang tidak menyenangkan. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan, anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas (stranger anxiety), demikian juga perpisahan dengan ibunya. Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak mampu melambaikan

tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan memberikan benda yang dipegang bila diminta. Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya dan tidak percaya , sehingga lingkungan dalam hal ini orang tua yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud), anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun permainan anaknya. Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi dasar persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan untuk memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak. 4) Masa Balita (1-3 tahun) Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya. Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya. Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri dan malu/ragu-ragu. Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya (toilet training). Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun 2 kata, dan mengulang kata-kata baru. Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan. 5) Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun) Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Pertumbuhan fisik relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Demikian pula halnya dengan berdiri satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru. Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga

mengidentifikasikan figus atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya. Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis mengenal angka serta bentuk/warna benda (Soetjiningsih, 2002).

2. Gangguan tumbuh kembang


Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan pada masa kecil atau kelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1992). Masalah tumbuh kembang yang sering timbul : 1) Gangguan pertumbuhan fisik Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi, maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik seorang anak seperti : obesitas atau kelainan hormonal, perawakan pendek akibat kelainan endokrin dan kurang gizi, pertumbuhan/erupsi gigi terlambat yang disebabkan oleh hipotiroid, hipoparatiroid, keturunan dan idiopatik, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. 2) Gangguan perkembangan motorik Perkembangn motorik yang lambat dapat disebabkan oleh : a) Faktor keturunan b) Faktor lingkungan \c) Faktor kepribadian d) Retardasi mental e) Kelainan tonus otot f) Obesitas g) Penyakit neuromuscular h) Buta 3) Gangguan perkembangan bahasa Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, faktor keluarga, kembar, psikosis, gangguan lateralisasi, masalah-masalah yang berhubungan dengan disleksia dan afasia. 4) Gangguan fungsi vegetatif a) Gangguan makan b) Gangguan fungsi eliminasi c) Gangguan tidur

d) Gangguan kebiasaan e) Kecemasan Kecemasan pada umumnya merupakan bagian dari perkembangan. Tetapi bila kecemasan ini berlebihan sehingga mempunyai efek terhadap interaksi sosial dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang patologis yang memerlukan suatu intervensi. 5) Gangguan suasana hati (mood disorders) Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu makan yang terganggu. 6) Bunuh diri dan percobaan bunuh diri Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi dan lingkungan bagi remaja. 7) Gangguan kepribadian yang terpecah (disruptive behavioural disorders) Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan. 8) Gangguan perilaku seksual Gangguan perilaku seksual antara lain transseksualism, homoseksual. 9) Gangguan perkembangan pervasif dan psikosis pada anak Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan perilaku dan interaksi sosial), Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku yang terbatas dan diulangulang, obsesif), childhood disintegrative disorder (demensia heller), dan kelainan Rett (kelainan x-linked dominan pada anak perempuan). 10) Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akademik yang di bawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalam interaksi sosial. 11) Kelainan saraf dan psikiatrik akibat dari trauma otak Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual maupun psikiatris, terutama bila trauma berat. 12) Penyakit psikosomatik Konflik psikologik yang dapat memberikan gejala somatik disebut psikosomatik. Contohnya adalah kelainan konversi, hipokondriasis, sindrom Munchausen by proxy, reflex sympathetic dystrophy (Soetjiningsih dkk, 2002). transventism, dan

3.Diagnosis tumbuh kembang


Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak 1) Deteksi Pertumbuhan dan standar normalnya

Menurut Nursalam (2005) parameter untuk pertumbuhan yang sering digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita adalah : a) Ukuran antropometri i. Berat badan Pedoman perkiraan berat badan menurut Behrman (1992), yaitu : 1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg 2. Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus : [Umur (bulan) + 9 ] / 2 = [n + 9] / 2 3. Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus : [Umur (tahun) 2] + 8 = 2n + 8 Keterangan : n adalah usia anak. ii. Tinggi badan Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behrman (1992), yaitu: 1. Perkiraan panjang lahir : 50 cm 2. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 panjang badan lahir 3. Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur 6) + 77 = 6n + 77 Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila usia anak 6 bulan atau kurang dihilangkan. iii. Lingkar kepala Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa, dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar 0,5 cm / bulan pada bulan pertama atau menjadi 44 cm. pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan pada tahap berikutnya, kemudian tahuntahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm per tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah 10 cm. Pengukuran lingkar kepala lebih sulit untuk dilakukan bila dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya dan jarang dilakukan pada balita, kecuali apabila ada kecurigaan akan pertumbuhan yang tidak normal. Namun alat yang dibutuhkan cukup sederhana, yaitu dengan pita pengukuran (meteran). iv. Lingkar lengan atas (Lila) Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja yang melakukannya. Namun, kadangkadang hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa

menekan jaringan. Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran lila hanya efektif pada usia di bawah 3 tahun (usia prasekolah). v. Lipatan kulit Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energi. b) Keseluruhan fisik Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik adalah : i. Keseluruhan fisik Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota gerak, ada tidaknya odema, anemia, dan ada tanda gangguan lainnya. ii. Jaringan otot Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan atas, pantat, dan paha untuk mengetahui lemak subcutan. iii. Jaringan lemak Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di bawah triceps dan subskapular. iv. Rambut Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal / tipisnya rambut, serta apakah akar rambut mudah dicabut atau tidak. v. Gigi geligi Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi permanen. c) Pemeriksaan laboratorium dan radiologis Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di klinik apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu gangguan / penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak normal. Pemeriksaan laboratorium yang sering adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin), dan hormon pertumbuhan. Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (boneage). Biasanya, hal tersebut dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan pertumbuhan. Bagian tulang yang biasanya di rontgen adalah tulang radius sebelah kiri. 2) Deteksi Perkembangan Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995), terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu :

a) Kepribadian/tingkah laku social (personal social), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. b) Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel dan menggunting. c) Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari. d) Bahasa (language), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara secara spontan. Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan atau gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan berbicara. Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/skrining perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver Development Screening Test (DDST), yaitu salah satu test atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasa pada anak (Nursalam dkk, 2005). Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu perkembangan : a) Tingkah laku sosial b) Menolong diri sendiri c) Intelektual d) Gerakan motorik halus e) Komunikasi pasif f) Komunikasi aktif g) Gerakan motorik kasar Banyak milestone perkembangan anak yang penting dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya : a) 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu. b) 12-16 minggu: menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara, memegang benda yang ditaruh di tangannya. c) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya d) 26 minggu : Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, duduk dengan bantuan kedua tangannya ke depan, makan biskuit sendiri.

e) 9-10 bulan : Menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk, merangkak, bersuara da da f) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal Dengan mengetahui berbagai milestone, maka dapat diketahui apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas normal. Kalau ada kecurigaan dapat dilakukan tes skrining (deteksi dini) dan intervensi dini agar tumbuh kembang anak dapat lebih optimal, antara lain dengan DDST (Denver Development Screening Test) yaitu meliputi : a) Motorik kasar i. Berdiri pada satu kaki selama 1 detik ii. Lompat di tempat iii. Naik sepeda roda 3 (tiga) iv. Lompatan lebar v. Berdiri pada satu kaki selama 5 detik b) Motorik halus i. Mencoret sendiri ii. Menata dari 4 kubus iii. Menata dari 8 kubus iv. Meniru garis vertikal dalam batas 300 v. Mengeluarkan manik-manik dari botol sendiri vi. Mengeluarkan manik-manik dari botol dengan contoh vii. Mengikuti membuat + viii. Mengikuti membuat O ix. Meniru jembatan x. Membedakan garis panjang (3 dari 3 atau 5 dari 6). c) Personal sosial i. Memakai baju ii. Mencuci dan menyeka tangan dengan lap iii. Mudah dipisahkan dari ibu iv. Bermain dengan anak lain v. Mengancing baju

vi. Memakai baju dengan pengawasan vii. Memakai baju tanpa bantuan Berdasarkan buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh Departemen Kesehatan RI, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP), Tes Daya Lihat dan tes kesehatan mata (TDL), serta Tes Daya Dengar anak (TDD) (Depkes RI, 1996).

4. Upaya peningkatan kualitas


Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu lahir. FAKTOR PRALAHIR Supaya janin selama dikandung dapat tumbuh dengan baik, harus dijaga agar setiap kelainan diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian diantaranya: 1. Gizi ibu pada waktu hamil Kenaikan berat badan wanita hamil yang baik selama kehamilan adalah 10 12,5 kg, supaya pada saat lahir berat badan bayi tidak rendah. Berat badan bayi rendah selain menyebabkan tingginya jumlah bayi yang sakit/meninggal, juga lebih beresiko buruk terhadap tumbuh kembang anak selanjutnya. Untuk mencapai hal tersebut dianjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan kalori makanan yang dimakan dengan tambahan sekitar satu porsi makanan lebih banyak daripada sebelum hamil dan juga yang mengandung gizi lengkap. Juga ditambah vitamin-vitamin yang terutama mengandung zat besi supaya ibu tidak menderita anemia yang juga akan berpengaruh buruk pada janin yang dikandungnya. 2. Penyakit pada ibu Hampir semua penyakit berat yang diderita ibu pada saat hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau berat badan bayi rendah. Juga beberapa dapat menyebabkan infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan janin, bahkan cacat bawaan. Infeksi yang sering menyebabkan cacat bawaan, yang terkenal adalah TORCH (Toksoplasosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), yang lainnya yang juga berpengaruh adalah cacar air, hepatitis, campak, dan lain-lain. Selain yang tersebut diatas beberapa penyakit ibu yang berpengaruh buruk pada janin diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, ginjal, asma, kencing manis. Oleh karena itu dianjurkan sebelum dan selama hamil ibu memeriksakan kesehatannya secara teratur. FAKTOR PADA SAAT LAHIR Persalinan yang berjalan mulus tanpa komplikasi pada bayinya akan memberi dampak yang baik bagi tumbuh kembang anak di kemudian hari. Karena berbagai komplikasi persalinan seperti anak tidak segera menangis saat lahir (asfiksia), trauma lahir, dapat mengakibatkan kelainan tumbuh kembang. Oleh karena itu perawatan pralahir sangat penting, dengan perawatan pralahir yang baik, akan dapat dilakukan tindakan secara lebih awal sehingga bayi lahir dengan selamat.

FAKTOR SETELAH LAHIR Bagaimana caranya untuk medapatkan anak yang sehat? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya: 1. Gizi anak Makanan memegang peranan amat penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Pemberian ASI sangat penting bagi bayi karena selain nilai gizinya yang tinggi, terdapat zat-zat kekebalan yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Disamping itu dengan menyusui akan mendekatkan hubungan anak-ibu. Sentuhan serta belaian ibu saat bayi berada dalam dekapannya memberikan rasa aman sehingga menenangkan bayi. ASI adalah makanan terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya. Dianjurkan pemberian ASI saja tanpa makanan apapun pada bayi sampai 6 bulan (ASI ekslusif). Bila kondisi ASI ibu (jumlah dan kualitasnya) tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi, yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, maka perlu diberikan pengganti ASI (PASI) untuk bayi usia dibawah 4 bulan, dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi usia diatas 4 bulan. Pengaturan makanan selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu seimbang. 2. Kesehatan anak Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Monitoring pertumbuhan anak dengan KMS, merupakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Sebaiknya anak sampai umur 3 tahun ditimbang tiap bulan. Dengan KMS kita bisa mengetahui status kesehatan anak. 3, Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar anak tidak mudah terserang atau tertular penyakit. Pemberian imunisasi harus sedini mungkin dan lengkap. Imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG, hepatitis B, polio, DPT, dan campak, sedangkan yang dianjurkan adalah Hib, MMR, tifoid, hepatitis A, dan varisela. 4.Stimulasi (perangsangan) Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Memberikan perhatian dan kasih sayang merupakan stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll.

Buku bacaan anak akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya. Bermain dan olah raga (melempar/menangkap bola, melompat, naik sepeda dll) baik untuk perkembangan motorik dan pertumbuhan otot-otot tubuh. 5. Perumahan Perumahan yang layak, ventilasi dan pencahayaan cukup, tidak penuh sesak, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. 6. Sanitasi lingkungan Kebersihan baik perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Dengan kebersihan yang baik dapat mencegah/ mengurangi terjadinya penyakit-penyakit kulit, diare, saluran pernafasan, demam berdarah dll. 7. Keluarga Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam tumbuh kembang anak.

L.O.2. MM Peranan zat gizi pada tumbuh kembang bayi 1. Zat gizi untuk tumbuh kembang bayi
Kecukupan gizi rata-rata bagi anak usia di bawah 3 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 89 cm, energi yang dibutuhkan sebanyak 1220 kkl dan kebutuhan protein sebesar 23 gram. Sedangkan pada umur 4-5 tahun dengan berat badan 18 kg dan tinggi badan 108 cm, energi yang dibutuhkan sebanyak 1720 kkl dan kebutuhan protein sebesar 32 gram (Pudjiadi, 2003). Balita merupakan masa peralihan makanan dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Namun, pemberiannya juga masih bertahap disesuaikan dengan kemampuan sistem pencernaan anak dan kebutuhan gizinya. Di usia ini, saatnya dikenalkan ragam makanan yang sehat dan alami karena akan menentukan pola makan anak selanjutnya. Sesuai dengan kemampuan pencernaan dan kebutuhan gizi, balita dipilah menjadi dua, yaitu batita (1-3 tahun) dan prasekolah (4-5 tahun). Batita merupakan konsumen pasif, artinya dia masih menerima saja makanan yang diberikan orang tuanya. Berikan makan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering (7-8 kali) sehari, terdiri atas tiga kali makan pagi, siang, dan sore, 2-3 kali makan selingan, dan 3-4 kali minum susu. Masingmasing usia ini memerlukan makanan yang berbeda sesuai tahap perkembangan saluran pencernaannya dan kebutuhan gizinya. Berbeda dengan batita, anak prasekolah adalah konsumen aktif sehingga sudah bisa menentukan makanannya sendiri. Aktivitasnya juga lebih tinggi sehingga kebutuhan energinya lebih banyak daripada batita. Oleh karena itu, porsi makan diperbesar daripada batita dengan frekuensi diturunkan menjadi 5-6 kali sehari, terdiri atas 3 kali makan pagi, siang, dan sore dan 2 kali makan selingan. Susu 2 kali sehari (pagi dan malam hari) atau dicampurkan pada makanan. Sumber Kebutuhan Gizi Balita Sepanjang usia balita, selera makan dan kebiasaan makan terus berubah-ubah. Setelah ulang tahun pertama, pertumbuhan melambat dan selera makan pun cenderung menurun. Pada masa tumbuh kembangnya, gizi seimbang sangat besar pengaruhnya. Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimulasi seperti belajar berjalan dan berbicara lebih

lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Mereka butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat. Nutrisi yang anak butuhkan berasal dari beras/gandum/umbi, daging, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan dua gelas susu per hari. Tentunya dengan gizi yang seimbang sehingga dalam sehari tercapai 1.000 s.d. 1.500 kalori. Variasi ini sangatlah bergantung pada usia, tinggi badan, serta aktivitas anak (dalam hal ini sekitar 30 menit aktivitas fisik per hari). Pada usia ini, susu masih merupakan makanan yang penting karena mengandung semua zat gizi dasar yang dibutuhkan anak yang sedang tumbuh: energi, lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. 1) Energi Seperti halnya mesin, tubuh manusia membutuhkan pasokan energi (atau kalori) yang terus-menerus. Tanpa energi, fungsi tubuh yang penting tidak mungkin berjalan. Energi diperoleh dari zat gizi kaya energi yang terdapat dalam makanan: karbohidrat kompleks, lemak, protein dan gula sederhana. Kalori yang dibutuhkan balita usia 1-5 tahun adalah sekitar 1300 1500 kalori per hari. 2) Lemak Merupakan komponen utama membran sel otak dan selubung myelin disekeliling saraf otak. Lemak mempengaruhi perkembangan dan kemampuan otak, terutama pada dua tahun pertama. DHA (asam lemak omega 3) & AA (asam lemak omega 6) adalah komponen utama struktur otak dan mempunyai peran penting dalam perkembangan fungsi otak dan retina. Sphingomyelin adalah komponen utama dari sel saraf, jaringan otak dan selubung myelin disekitar saraf. Sphingomyelin mempunyai peran dalam mengirim sinyal dan membawa informasi dari satu sel saraf ke sel saraf otak lainnya. Sumber lemak antara lain seperti yang terdapat dalam minyak , santan , dan mentega, roti, dan kue juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak. 3) Protein Mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi. Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting: Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Sumber protein terdiri dari daging 2 ons atau telur 2 butir atau kacang-kacangan 100 gram (untuk usia 5 tahun: daging 3-4 ons atau telur 4 butir atau kacang-kacangan 200 gram). Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan. 4) Karbohidrat Sebagai sumber utama energi. Salah satu bentuk karbohidrat di otak adalah Sialic Acid (SA). SA merupakan komponen struktur dan fungsi ganglion otak yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian SA sejak awal dapat meningkatkan perkembangan otak dan mempunyai efek dalam proses belajar dan memori. Untuk anak usia 1 atau 5 tahun diperlukan karbohidrat sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas. Diperlukan 2-3 lembar roti atau 1 sampai dengan 1,5 mangkuk nasi atau mi (untuk usia 5 tahun, 4-5 lembar

roti atau 2-2,5 mangkuk nasi/mi).Sumber karbohidrat antara lain seperti nasi, roti, sereal, kentang, atau mi. 5) Zat Besi Kekurangan zat besi merupakan hal yang biasa pada balita. Hal ini disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan zat besi yang tidak tercukupi dari asupan makanan, khususnya jika tidak mengkonsumsi daging. Makanan yang kaya akan vitamin C seperti segelas jus jeruk dapat dihidangkan ketika makan malam untuk memaksimalkan penyerapan zat besi. 6) Kalsium Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kebutuhan akan kalsium dapat terpenuhi asalkan balita mengkonsumsi susu dan produk berbahan dasar susu yang cukup. Dua atau tiga gelas susu dapat memenuhi kebutuhan asupan kalsium dalam sehari. 7) Vitamin A Dibutuhkan untuk perkembangan sel dan kulit yang sehat. Makanan balita seringkali kurang asupan Vitamin A. 8) Vitamin C Penting untuk sistem pertahanan tubuh dan pertumbuhan balita. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi, khususnya zat besi yang bukan berasal dari hewan. Asupan vitamin C pada balita seringkali rendah karena sedikit mengkonsumsi sayur dan buahbuahan. 9) Vitamin D Sangat penting untuk metabolisme kalsium dan dapat diperoleh melalui aksi sinar matahari pada kulit. 10) Vitamin E Berperan penting dalam mencegah kerusakan struktur sel membran. Vitamin E termasuk dalam golongan antioksidan dan berperan dalam mengurangi risiko penyakit seperti kanker. 11) Susu Pada usia 1 dan 2 tahun, seorang anak membutuhkan , paling sedikit 800 ml susu per hari dan pada usia 3 tahun ke atas, paling sedikit 500 ml susu per hari.

2. Peranan ASI
ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi sampai berumur 6 bulan karena mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Rekomendasi pemberian ASI saja yang dikenal dengan ASI eksklusif sampai 6 bulan didasarkan pada bukti ilmiah tercukupinya kebutuhan bayi dan lebih baiknya pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif serta menurunnya morbiditas bayi. Sayangnya hanya 39% dari semua bayi di dunia yang mendapat ASI eksklusif (WHO, 2002). Beberapa peneliti menganalisa perbedaan kecepatan pertumbuhan antara bayi yang disusui dan bayi yang diberi formula selama 1 tahun pertama dan diamati kemudian.

Birkbeck (1992) mengukur anak usia 7 tahun yang mendapat ASI sedikitnya 12 minggu dan yang mendapat formula sejak lahir. Hasilnya menyatakan bahwa anak yang mendapat ASI lebih tinggi, tetapi secara statistik tidak nyata ketika dikontrol dengan berat lahir, tinggi orangtua, dan status sosial ekonomi. Selain itu juga dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan kecepatan pertumbuhan usia 3-12 bulan antara anak yang disusui sedikitnya 2 bulan dan anak yang mendapat formula. Pertumbuhan, infeksi, dan perbedaan efisiensi penggunaan zat gizi mempengaruhi kecepatan penggunaan zat gizi oleh bayi, yang ditentukan oleh status gizi bayi (WHO, 2002). Studi-studi di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa penyebab terbesar defisiensi gizi dan retardasi pertumbuhan pada anak berumur 3 15 bulan adalah rendahnya pemberian ASI dan buruknya pemberian MPASI (Shrimpton et al, 2001). Keunggulan ASI yang berperan dalam pertumbuhan bayi dilihat dari protein, lemak, elektrolit, enzim, dan hormon dalam ASI. 1. Protein Protein ASI dibentuk dalam ribosom pada retikulum endoplasma yang terdiri dari kasein, alpha laktalbumin dan beta laktoglobulin. Alpha laktalbumin adalah 25 30% dari total protein ASI yang merupakan penyedia terbesar asam amino untuk pertumbuhan bayi. Protein ASI berkaitan dengan fungsi tertentu seperti kasein yang membentuk miscelles dengan kalsium dan fosfat yang merupakan pengangkut penting bagi mineral tersebut. Pada bayi baru lahir (neonatus) belum mampu mengelola protein dalam jumlah besar seperti yang banyak terdapat pada susu formula. Kombinasi asam amino dalam ASI sangat sesuai secara biokimiawi untuk periode pertumbuhan bayi. Kadar protein yang rendah ini mengakibatkan saluran pencernaan bayi tidak dimasuki zat protein asing dalam jumlah besar (Suharyono, 1990). 2. Lemak Lemak dalam ASI berbentuk gumpalan yang terdiri dari trigliserida dengan campuran fosfolipid, kolesterol, vitamin A, dan karotenoid. Trigliserida berasal dari lemak yang dimakan dan diangkut dalam darah ke payudara sebagai trigliserida dalam kilomikron. Susunan asam lemak ASI tergantung pada sumber lemak dalam makanan ibu dan keragaman jumlah lemak. Kadar lemak juga tergantung ada idaknya cadangan lemak. Ibu dengan gizi kurang menghasilkan ASI dengan kadar lemak rendah dan asam lemak kebanyakan berantai pendek, lemak ASI menurun sampai 1 % tetapi protein dan laktosa tetap. Lemak adalah bahan penyusun yang penting bagi sistem saraf. Asam lemak dalam ASI memungkinkan bayi memperoleh energi cukup dan dapat membentuk mielin dalam susunan saraf. Pencernaan lemak ASI secara baik dilakukan oleh enzim lipase yang banyak terdapat dalam ASI sehingga memberikan energi yang cukup bagi bayi untuk pertumbuhannya (ACC/SCN, 1991). 3. Elektrolit dalam ASI ASI mengandung elektrolit (natrium, kalium, klorida) sangat rendah dibanding susu sapi sehingga tidak memberatkan beban ginjal. Pada bayi yang mendapat formula elektrolit tinggi akan mengakibatkan osmolalitas plasma yang tinggi. Hal ini akan membahayakan karena fungsi ginjal pada bayi belum sempurna sehingga sukar untuk diekskresikan. Pada bayi dengan osmolalitas plasma dan natrium tinggi bila demam atau diare ringan sangat beresiko terhadap dehidrasi hipernatremik. Selain itu bayi yang osmolalitas plasma tinggi karena selalu minum beban larut yang berat akan sering merasa haus dan minta minum.

Apabila diberi susu kental menyebabkan haus dan menginginkan minum lagi dan seterusnya sehingga dapat berakibat pemberian kalori berlebihan pada bayi. Pada banyak contoh obesitas yang dijumpai pada anak pra sekolah disebabkan overfeeding pada waktu bayi (Suharyono, 1990). 4. Enzim Enzim dalam ASI berperan secara tidak langsung terhadap pertumbuhan dimana bila fungsi enzim dalam berbagai proses metabolisme tubuh terganggu maka pertumbuhan juga akan terganggu. 5. Hormon ASI mengandung beberapa hormon dan faktor pertumbuhan. Hormon dalam ASI terdiri dari kortisol, somatostatin, laktogenik, oksitosin, dan prolaktin. Faktor pertumbuhan terdiri dari faktor pertumbuhan epidermal, insulin, laktoferin dan faktor-faktor yang secara spesifik berasal dari sel epitel kelenjar payudara (ACC/SCN, 1991).

3. Gangguan gizi terhadap tumbuh kembang bayi


Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masingmasing tipe yang berbeda-beda. Marasmus Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) : a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit b. Wajah seperti orang tua c. Iga gambang dan perut cekung d. Otot paha mengendor (baggy pant) e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar Kwashiorkor Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.

b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam. c. Wajah membulat dan sembab d. Pandangan mata anak sayu e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas Marasmik-Kwashiorkor Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).

L.O.3. MM Menyusui anak dalam Islam


Memiliki buah hati atau momongan adalah suatu kebahagiaan bagi setiap orang tua, kehadirannya merupakan anugerah dari Allah yang harus disyukuri sekaligus amanat yang harus dijaga dengan baik. Sebaliknya, tak jarang ketidak-hadiran momongan menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Salah satu bentuk syukur atas adanya buah hati adalah menjaga dan merawatnya dengan sebaik mungkin, diantaranya dengan memberikan air susu ibu (ASI). Sebagian wanita -di tengah arus isu emansipasi dan kesetaraan gender yang mengalir keluar dari batasnya kanalnya- menganggap menyusui sebagai beban. Dengan alasan kesibukan, mereka rela tidak menyusui buah hatinya sendiri. Bahkan diantaranya tega enggan menyusui anaknya hanya dengan alasan demi menjaga keindahan tubuhnya. Lalu bagaimana Islam dan para ahli hukum Islam memandang praktek menyusui? Sebagai agama yang komprehensif, Islam telah menyinggung masalah menyusui ini dalam Kitab-Nya, tepatnya dalam al Baqarah, 233 :

(332 :

"Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya. Janganlah seorang ibu (menjadi) menderita sengsara karena anaknya dan seorang ayah (jangan menjadi menderita) karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban

demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kalian ingin anak kalian disusui oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagi kalian apabila kalian memberikan pembayaran sepatutnya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kalian kerjakan." Siapakah "para ibu" yang dimaksud dalam ayat tersebut? Ada tiga pendapat dalam memahami kata "para ibu" yang ada dalam ayat di atas : 1. Mujahid, Ad Dhahhak dan As Siddiy: maksud dari kata "para ibu" dalam ayat tersebut adalah isteri-isteri yang telah dicerai oleh suaminya yang masih memiliki anak kecil yang masih perlu disusui. 2. Al Wahidiy : makna kata "para ibu" di sini adalah wanita yang masih berstatus sebagai isteri dan memiliki anak kecil untuk disusui. 3. Abu Hayyan dalam Bahr al Muhith : maksud dari kata "para ibu" di ayat tersebut adalah umum, mencakup isteri aktif maupun isteri yang sudah dicerai. Lalu bagaimana hukum menyusui itu sendiri? lagi-lagi ulama berbeda pendapat dalam masalah ini: Wajib bagi seorang ibu menyusui anaknya jika a) dia masih berstatus sebagai isteri; atau b) si anak tidak mau menyusu kepada selain ibunya; atau c) tidak ada ayahnya. Adapun bagi wanita yang telah dicerai ba`in maka tidak ada kewajiban menyusui, kalau pun terpaksa dia menyusui, maka dia berhak mendapatkan upah atas apa yang telah dia kerjakan. Sunnah bagi seorang ibu menyusui anaknya, kecuali dalam kondisi tertentu seperti jika anak tersebut tidak mau menyusu kepada selain ibunya atau suaminya tidak mampu untuk membayar biaya penyusuan anaknya, atau dia mampu namun tidak ada orang yang mau menyusui anaknya. Dalam kondisi pengecualian tersebut maka hukum menyusui anak adalah wajib.

You might also like