You are on page 1of 4

PEMBUATAN LARUTAN HARA DAN MELIHAT GEJALA KAHAT PADA KECAMBAH Vigna sinensis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk kelangsungan hidupnya tumbuhan memerlukan nutrisi baik organik maupun anorganik. Nutrisi anorganik yang diperlukan tumbuhan adalah hara yang diperoleh dari dalam tanah. Hara dikelompokkan

menjadi dua yaitu esensial dan non esensial. Yang disebut unsur hara esensial adalah, dimana jika tidak ada unsur tersebut pertumbuhan tanaman akan terganggu dan kehadiran unsur itu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Sedangkan unsur hara nonesensial adalah unsur hara yang jika tidak ada maka siklus hidup tumbuhan tidak akan terganggu. Unsur hara essensial dapat dikelompokkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Yang termasuk unsur hara makro adalah C, H, O, N, S, P, K, Ca dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Cl, B, Mo, Fe, Mn, Zn, Ni, dan Cu. Unsur-unsur hara tersebut dapat dibedakan lagi menjadi unsur hara mobile dan immobile. Unsur hara mobile adalah unsur hara yang dapat berpindah dari tempat dimana unsur terakumulasi banyak menuju tempat yang membutuhkan unsur hara tersebut. Sedangkan unsur hara immobile adalah unsur hara yang tidak dapat berpindah ke tempat lain yeng membutuhkan dan biasanya terakumulasi di jaringan tua . Kekurangan dan kelebihan unsur hara dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tumbuhan. Kekurangan unsur hara dapat menyebabkan defisiensi atau gejala kahat. Karena pentingya unsur hara itulah dilakukan percobaan untuk membuat unsur hara dan mengetahui pengaruh defisiensi unsur hara tersebut pada tumbuhan.

B. Permasalahan Unsur hara tumbuhan yang esensial sangat dibutuhkan tumbuhan untuk perkembangannya, dan pertumbuhan tumbuhan akan terganggu apabila unsur esensialnya tidak terpenuhi. Permasalahannya adalah unsur hara yang apa yang esensial bagi tumbuhan? Apa fungsi unsur tersebut bagi tumbuhan? Dan apabila tumbuhan tidak mendapatkan unsur hara tersebut apa yang akan terjadi padanya? Unsur apa yang ketiadaannya

sangat berpengaruh bagi tumbuhan? Bagaimana tanda gejala kahat? Dimana gejala kahat itu muncul?

C. Tujuan Berdasarkan permasalahan didapatkan tujuan percobaan yaitu membuat unsur hara dengan berbagai mineral, melihat unsur hara apa yang ketiadaannya sangat mempengaruhi tumbuhan dan mengetahui dimana gejala kekurangan unsur tersebut muncul.

II. TINJAUAN PUSTAKA Kahat hara adalah suatu gejala karena tidak terpenuhinya unsur hara tertentu yang menimbulkan gangguan pada tanaman dan ditunjukkan dengan gejala defisiensi yang spesifik (Taiz and Zeiger, 2002). Hara ada yang bersifat esensial dan non esensial. Hara disebut esensial adalah jika tanpa unsur tersebut tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya, unsur tersebut berperan langsung dalam proses metabolisme, dan peran unsur tersebut bagi kehidupan tumbuhan tidak dapat digantikan oleh unsur lain (Sudjino, dkk., 2009) Usur yang termasuk hara essensial yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn. Hara esensial dibagi menjadi unsur yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah besar (makronutrien) dan unsur yang diperlukan tumbuhan hanya dalam jumlah kecil (mikronutrien). Yang termasuk makronutrien adalah N, P, K, Ca, Mg dan S. Dan yang termasuk mikro nutrien adalah B, Cu, Zn, Fe, Mn, Mo, dan Cl (Parker, 2010). Unsur hara mobile, N, P, K, Mg Zn, adalah dapat berpindah tempat, bergerak dari satu bagian tumbuhan ke bagian tumbuhan lain yang membutuhkan. Sementara unsur hara immobile, Ca, B, Cl, Co, Fe, Cu, Mn, Mo, Se, Si, S tidak dapat dipindahkan ke bagian yang baru tumbuh yang membutuhkan unsur tersebut. Unsur-unsur tersebut tetap tersimpan di tempat mereka di daun tua (Patten, 2002). Medium minimal adalah media pertumbuhan dimana tidak terdapat senyawa organik yang lain selain glukosa. Tetapi pada media tersebut masih terdapat ion-ion seperti Na+, K+, Mg++, Ca++, Fe++, NH4+, Cl-, dan buffer fosfat untuk menjaga ph (Maloy et al., 1994). Defisiensi suatu unsur dalam tanaman dapat menimbulkan gejala

tertentu. Klorosis adalah salah satu gejala defisiensi unsur magnesium. Tumbuhan yang kekurangan magnesium tidak dapat memproduksi klorofil

secara sempurna, sehingga umbuhan yang mengalami klorosis akan memiliki daun yang berwarna kuning (Campbell et al., 2003).

III. METODE A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakaan dalam percobaan ini adalah botol sebagai tempat menumbuhkan kecambah Vigna sinensis, gelas ukur untuk mengukur volume larutan yang digunakan, pipet dan propipet untuk mengambil larutan dalam volume tertentu, silet untuk menghilangkan kotiledon, kapas dan karton untuk membantu menegakkan tanaman serta kertas label untuk menandai. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kecambah Vigna sinensis, larutan hara ( Larutan Ca(NO3)2, KNO3, KCl, NaNO3, CaSO4, MgSO4, KH2(PO4)2, NaH2(PO4)2, FeCl3 ) dan akuades.

B. Cara Kerja Dibuat lima macam larutan hara dengan mencampur masing-masing 10ml larutan garam yang disediakan sesuai dengan takaran yang ada dalam tabel pada gelas ukur. Kemudian ditambahkan akuades sampai batas 1000ml. Larutan hara yang dibuat yaitu medium lengkap, medium tanpa P, medium tanpa N, medium tanpa K dan medium minimal. Diambil masingmasing 250ml larutan yang telah dibuat, dimasukkan kedalam botol kaca dan diberi label. Disiapkan tanaman Vigna sinensis lima buah yang ukuran tinggi dan jumlah daunnya sama, dihilangkan kotiledonnya dan akarnya dibersihkan dengan air. Kemudian tanaman dimasukkan kedalam masingmasing botol berisi medium hingga terendam sebagian dan akar tidak boleh menyentuh dasar botol, tanaman ditegakkan dengan kapas dan karton. Setiap dua hari sekali dilakukan pengamatan terhadap kecambah Vigna sinensis bila akuadesnya berkurang dapat ditambahkan hingga volume larutan seperti semula. Aspek yang diamati adalah jumlah daun, warna daun, tinggi batang, dan volume penambahan akuades. Setiap seminggu larutan hara diganti yang baru sampai percobaan berakhir pada minggu kedua. Data yang didapat dicatat dalam tabel hasil pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisis Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta: hal 341. Maloy, S.S., J.E. Cronan, D. Freifelder. 1994. Microbial Genetics 2nd edition. Jones and Barklett Publishers Inc: hal 67. Parker, R. 2010. Plant and Soil Science : Fundamentals & Application. Delmar Cengage Learning. USA: hal 133. Patten, G. V. 2002. Gardening Indoors: The Indoors Gardeners Bible. Van Patten Publishing: hal 128. Sudjino, D. Rachmawati, M. Nasir, K. Dewi. 2009. Fisiologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: hal 8. Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiologi 3rd ed. Sinauer Associates: halaman 72.

You might also like