You are on page 1of 35

Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN MENGKONSUMSI KAFEIN TERHADAP TERJADINYA OSTEOPOROSIS PADA USIA 45 60 TAHUN DI RS. ISLAM JAKARTA

OLEH : ROHIMA NPM : 2009720046 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2012

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN MENGKONSUMSI KAFEIN TERHADAP TERJADINYA OSTEOPOROSIS PADA USIA USIA 45 60 TAHUN DI RS. ISLAM JAKARTA Jakarta,... Januari 2012

Menyetujui,

Dosen Mata Ajar Metodologi Riset

(Muhammad Hadi, SKM., M.Kes)

Mengetahui,

Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ

(Muhammad Hadi, SKM., M.Kes)

CURICULUM VITAE

Nama NPM Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat

: Rohima : 2009720046 : Jakarta, 20 November 1991 : Perempuan : Islam : Jl. Pemuda II, Rt 011/003 No. 67 Rawamangun Jakarta Timur (13220)

No. Telepon Email Riwayat pendidikan 1. 2. SD SMP

: 089601732054 : Rohima_104@yahoo.com : : SDN 040 Kunto Darussalam Riau : SMP N 1 Rambah Riau : SMA N 1 Rambah Riau

3. SMA

4. Mahasiswa (Program A) Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ, angkatan tahun 2009 sampai dengan sekarang.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya serta nikmat sehat, iman, ilmu dan waktu yang tidak pernah berhenti sampai saat ini sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul Hubungan Mengkonsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Osteoporosis pada usia 45 - 60 tahun Tahun Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada para keluarga, para sahabat, serta seluruh para pengikutnya sampai akhir zaman. Pada penyusunan usulan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir riset keperawatan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Kepada kedua orang tua tersayang beserta keluarga yang telah memberikan dukungan doa, materil, moral dan dukungan dikala saya sedang meyusun Riset Keperawatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekeluarga. 2. Bapak Muhammad Hadi, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universita Muhammadiyah Jakarta, sekaligus selaku dosen pengajar mata kuliah metodologi riset yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

3.

Teman-teman angkatan 2009 Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ yang selalu kompak dan saling memberikan dukungan satu sama lain serta berkontribusi dalam penelitian.

4.

Seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Sebelumnya peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam karya tulis ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar proposal penelitian ini dapat menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga proposal penelitian dapat memberikan banyak manfaat bagi kemaslahatan umat. Amin ya robbal alamin. Jakarta,...Januari 2013 Peneliti

DAFTAR ISI Hal LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... CURICULUM VITAE .............................................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................................... C. Pertanyaan Penelitian............................................................................ D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 1. Tujuan Umum ................................................................................ 2. Tujuan Khusus ............................................................................... E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9 1 8 8 8 i ii iii iv

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 11

I. Konsep kafein ........................................................................................... A. Definisi Kafein............................................................................ B. Sumber Kafein............................................................................ C. Sifat Kimia................................................................................. D. Metabolisme kafein.................................................................... II. Konsep Osteoporosis ............................................................................

22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ................................................................................ B. Hipotesis Penelitian ............................................................................. C. Definisi Operasional ............................................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

39 41 41

A. Desain Penelitian ....................................................................................... B. Tempat Penelitian ...................................................................................... C. Waktu Penelitian ....................................................................................... D. Populasi dan Sampel ................................................................................. E. Pengumpulan Data .................................................................................... F. Etika Penelitian ......................................................................................... G. Pengolahan Data ....................................................................................... H. Analisa Data .............................................................................................

45 45 45 45 49 49 51 51

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2% meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya terutama fraktur diperkirakan juga akan meningkat (Sodoyo, 2009). Osteoporosis merupakan penyakit pada lansia, dan mengenai lebih banyak wanita daripada pria, dan sering mengakibatkan fraktur kompresi pada vertebra. Faktor yang mempercepat proses osteoporosis mencakup intake kalsium yang rendah, intake alkohol yang tinggi, hidup yang tidak banyak bergerak atau immobilisasi, menopause yang dini, riwayat keluarga dengan osteoporosis dan skoliosis. Selain itu osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoralis dan daerah trokhanter, dan patah tulang colles pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet (Lumbantobing, 2004). Menurut studi yang dilakukan International Osteoporosis Foundation (2009) ditemukan bahwa pada usia 35 tahun, sepertiga orang Asia berpotensi menderita

osteoporosis dan 25% dari mereka yang berisiko terkena pengeroposan tulang tesebut. Prevalensi osteoporosis pada wanita usia 75 adalah 90%. Rata-rata wanita usia 75 tahun telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% tulang trabekularnya. Dengan bertambahnya usia polulasi ini, insidensi fraktur (1,3 juta per tahun), nyeri, dan kecacatan yang berkaitan dengan nyeri juga meninggal (Brunner & Suddarths, 2001). Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007). Penyebabnya osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang bergerak, tidak berolah raga serta kurang pengetahuan tentang pencegahan osteoporosis yang kurang akibat kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari - hari mulai anak - anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai terjadinya osteoporosis (Suryadi, 2000). Di Amerika Serikat 44 juta orang mempunyai kepadatan tulang yang sangat rendah. Dari jumlah ini hampir 55% berusia 55 tahun ke atas lebih banyak perempuan daripada laki - laki, 1 dari 2 wanita kulit putih akan mengalami osteoporosis dalam kehidupannya (DepKes, 2008). Pada tahun 2003 di Amerika Serikat, patah tulang belakang setiap tahun mencapai 1.200.000 kasus. Jauh melebihi serangan jantung (410.000), stroke (371.000), dan

kanker payudara (239.300). Bahkan dikatakan setiap 20 detik terjadi patah tulang punggung (Sihombing, 2009).
Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414% dalam kurun waktu 19902025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bisa diperkirakan besarnya jumlah penduduk yang dapat terancam dengan osteoporosis (DepKes, 2006).

Osteoporosis merupakan penyakit kedua setelah jantung yang tergolong berbahaya dan bisa menimbulkan kematian bagi penderitanya (WHO, 2009). Menurut WHO dalam bidang osteoporosis, jumlah patah tulang osteoporosis meningkat dengan cepat. Di seluruh Dunia pada tahun 1990 terjadi 1,7 juta kasus patah tulang panggul. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta, yang seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup (Hilmy, 2003). WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan bahwa pada tahun 2050 lebih dari 50% cedera panggul terjadi di Asia. Selama 10 tahun terakhir, di Singapura setiap hari terdapat empat wanita usia 50 tahun mengalami patah tulang panggul. Di Hongkong, setiap tahun 247 per 100.000 penduduk menderita cedera panggul akibat osteoporosis. Keropos tulang merupakan semacam silent disease, penyakit diam-diam yang selama bertahun-tahun tidak terlalu dirasakan penderitanya (www.indomedia.com, 1998). Masa tulang puncak adalah keadaan dimana tercapainya kepadatan tulang secara maksimal di akhir kematangan tulang. Konsumsi kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan akan menjamin simpanan kalsium yang tinggi di dalam tulang. Konsumsi kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan akan menjamin

10

simpanan kalsium tinggi dalam tulang sehingga simpanan kalsium yang tinggi membuat tulang menjadi padat. Masa tulang yang tinggi berarti tulang kuat dan sehat sehingga tidak mudah tipis, rapuh dan keropos dan diperlukan jangka waktu yang lebih panjang sehingga tulang menjadi tipis, rapuh dan keropos dikemudian hari. Telah diketahui bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 20 tahun akhir atau awal 30 tahun baik pada wanita ataupun pada pria dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, seperti nutrisi yang baik, pola hidup aktif dan latihan fisik. Orang biasanya rutin mengonsumsi kopi untuk mengatasi kecemasan,

menghilangkan rasa kantuk dan supaya otak lebih fokus. Tetapi jika seseorang telah kecanduan kafein akan timbul gejala penarikan atau yang biasa disebut dengan gejala withdrawal jika seseorang berhenti mengkonsumsinya. Kafein dikonsumsi di seluruh dunia, biasanya terkandung pada minuman yang terbuat dari biji kopi atau daun teh. Tidak seperti jenis stimulan lain, kafein legal dan tidak ada hukum yang mengatur mengenai kafein. Meskipun memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai antioksidan, kafein juga dapat menimbulkan risiko kesehatan dan memiliki efek negatif lainnya. Efek dari kafein ini telah diketahui secara umum sebagai perangsang sistem saraf pusat disamping itu terdapat dampak yang ditimbulkan dari kafein apabila dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu lama yaitu dapat menyebabkan osteoporosis. Selain itu juga efek samping dari kopi yang bersifat candu sehingga memiliki reaksi withdrawal (reaksi kebalikan) ketika tubuh tidak mengkonsumsi kafein. Reaksi withdrawal adalah hal yang sering dialami bagi peminum kafein

11

rutin. Reaksi withdrawal akan memuncak pada hari ke-2 setelah tidak minum kafein dan baru hilang setelah hari ke-3. Konsumsi kafein secara normal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu batas kafein moderat 200-300 mg atau 2-3 cangkir kopi sehari, mengkonsumsi kafein lebih dari 3 gelas/hari menyebabkan tubuh selalu ingin buang air kecil. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama urine (Djoko R, 2001). B. Rumusan Masalah Osteoporosis adalah suatu penyakit sistemik tulang yang ditandai penurunan massa tulang total yang mengarah pada gangguan metabolik tulang sehingga tulang menjadi mudah rapuh dan patah. Akan tetapi, kemungkinan tersebut dapat diminimalisir dengan tindakan preventif berupa mengurangi asupan kafein terhadap seseorang yang sering mengkonsumsi kafein dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan mengurangi penggunaan kafein berarti kita telah berupaya untuk pencegahan terjadinya osteoporosis dari faktor risiko yang dapat diubah. Oleh karena itu, penggunaan kafein yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang cukup lama mengakibatkan kandungan kalsium dalam tulang dapat berangsur-angsur berkurang karena kafein bersifat menarik cadangan mineral kalsium dari tulang sehingga tulang menjadi keropos. Efek dari konsumsi kafein terhadap tulang, melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas secara langsung maupun tidak langsung. Keseimbangan mineral tulang diatur oleh aktivitas dari osteoblas. Kafein juga mempunyai efek yang lain yaitu menghambat proliferasi sel-sel pembentuk tulang atau osteoblas. Adanya hambatan tersebut sehingga dapat menyebabkan

12

osteoporosis. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang adakah hubungan mengkonsumsi kafein terhadap terjadinya osteoporosis di rs islam jakarta. C. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini apakah ada hubungan antara konsumsi kafein terhadap terjadinya osteoporosis. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan kafein terhadap osteoporosis di Rs Islam Jakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbandingan antara pasien yang sering mengkonsumsi kafein dalam jangka waktu yang cukup lama dengan yang tidak mengkonsumsi kafein di Rumah Sakit Islam Jakarta. b. Mengetahui Efek dari konsumsi kafein terhadap tulang yang melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas sehingga menyebabkan osteoporosis. A. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, yaitu: 1. Institusi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pilihan bagi tenaga kesehatan terutama perawat sebagai bentuk upaya alternatif untuk meminimalisir terjadinya

13

osteoporosis dengan cara mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama. 2. Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan mengkonsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka waktu lama sehingga berpotensi terjadinya osteoporosis dalam pengembangan ilmu keperawatan. 3. Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam mengetahui akibat intake kafein yang berlebihan terhadap osteoporosis. 4. Klien Menambah pengetahuan klien mengenai hubungan mengkonsumsi kafein yang berlebihan terhadap osteoporosis. Salah satu upaya pencegahan osteoporosis yaitu berupa mengurangi asupan kafein yang berlebihan sehingga dapat termotivasi untuk sembuh agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kafein 1. Definisi Kafein Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan (Maugan, 2003). Kafein ditemukan oleh seorang ahli kimia Jerman, Friedrich Ferdinand Runge pada tahun 1819. Ia menemukan istilah kafein dengan suatu campuran kimiawi di dalam kopi (Kaffee dalam bahasa Jerman) yang di dalam bahasa Inggris menjadi caffeine. Seperti diketahui banyak orang, kafein adalah komponen kimia paling kuat di dalam kopi. Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas). Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola

15

(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008). Kafein merupakan zat stimulan kimia alami yang disebut trimethylxanthine yang bersifat adiktif. Kafein terkandung dalam beberapa makanan dan minuman lain seperti coklat dan teh, tetapi kandungan kafein terbesar adalah pada kopi. Murray (2004) dalam dunia medis, kafein yang hampir setiap hari dikenal sebagai trimethylxantine dan termasuk jenis alkaloida. Kafein adalah zat kimia yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem saraf. Kafein banyak ditemukan dalam minuman teh, cola, minuman berenergi, cokelat, maupun obat-obatan. 2. Sumber kafein Kafein ditemukan dalam banyak jenis tanaman dikenal sebagai pestisida alami, dengan kadar kafein tinggi yang diamati pada bibit tanaman baru tumbuh (frischknecht, 1986). Sumber kafein utama dunia adalah biji kopi. Kandungan pada kopi bervariasi tergantung pada jenis kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 (30 Ml espresso varietas arabica) mg kafein sampai dengan 100 mg kafein untuk satu cangkir (120 Ml) kopi. Umumnya kopi dark-roast memiliki kadar kafein yang lebih rendah karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafein pada biji

16

tersebut. Selain biji kopi, kafein juga terkandung di dalam teh, dan kakao. Bahkan kafein juga terkandung dalam sejumlah minuman seperti kola. 3. Sifat kimia Kafein merupakan alkaloid yang tergolong dalam keluaraga methylxanthine bersama senyawa tefilin dan teobromin berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein adalah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6H10O2, dan struktur kimianya 1,3,7-trimetilxantine (Farmakologi UI, 1995). 4. Metabolisme kafein Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus halus dalam waktu 45 menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. kemampuan tubuh untuk mengeluarkan hasil metabolit (waktu paruh) tersebut bervariasi pada setiap individu. Pada orang dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada wanita yang memekai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih lama selama 30 jam. Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P 450 oksidasi kepada 3 dimetilxanthin metabolik, yaitu : 1. Paraxanthine (84%) : mempunyai efek meningkatkan lipolisis, sehingga kadar gliserol dan asam lemak dalam plasma darah bertambah. Inilah yang menyebabkan energi tubuh seseorang meningkat setelah minum kafein. 2. Theobromine (12%) : meningkatkan dilatasi pembuluh darah (aliran darah semakin bertambah cepat) dan meningkatkan volume urine (efek diuretik). Theoromin merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat).

17

3. Teofilin (4%) : melemaskan otot-otot saluran pernafasan, digunakan pada pengobatan asma. Masing-masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin. B. Konsep Osteoporosis 1. Definisi Osteoporosis Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang dimana terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang. Kelainan ini 2-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh penderita, satu diantara tiga wanita yang berumur di atas 60 tahun dan satu diantara pria yang berumur di atas 75 tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini. Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009). Osteoporosis atau keropos tulang merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang yang disertai perubahan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah retak atau bahkan patah tulang. Patah tulang sering terjadi adalah pada pergelangan tangan, tulang belakang, serta tulang pinggul (Zaviera, 2007).

18

Osteoporosis berasal dari kata osteo yang artinya tulang, sedangkan porous berarti batang. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya massa tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah (James Johnson, 2005: 1). Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner & Suddarths, 2001). Kelompok kerja World Health Organization (WHO) dan konsensus ahli mendefinisikan osteoporosis sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur (thief in the night). 2. Klasifikasi dan jenis osteoporosis Menurut (Rasjad Chairuddin, 2007) Osteoporosis dapat dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut : 1. Osteoporosis primer Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe, yaitu: Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pasca menopause.

19

Tipe 2 Terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita. 2. Osteoporosis sekunder Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya mieloma multipel, hipertiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang ( misalnya glukokortikoid). 3. Osteoporosis idiopatik Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada usia kanak-kanak (juvenil, usia remaja (adolesen), wanita pramenopause dan pria usia pertengahan.

Osteoporosis jenis ini jauh lebih jarang terjadi dibandingkan jenis lainnya. 3. Tanda dan gejala osteoporosis Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah: 1. Nyeri tulang Nyeri terutama pada tulang belakang yang intensita serangannya meningkat pada malam hari. 2. Deformitas tulang Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yange dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis. Osteoporosis mencuri kekuatan mineral dari tulang tanpa diketahui, meninggalkan lubang-lubang besar didalam struktur sarang lebah dari bagian dalam atau bagian trabekular. Keadaan ini sama seperti mengganti kain bertenun padat denagn kain renda dalam bentuk 3 dimensi. Tulang

20

akan menjadi lemah dan rapuh, mudah patah jika terkena sedikit benturan, dan kita tidak akan menyadari hal itu (Gomes, 2006). 3. Manifestasi yang paling umum dari osteoporosis adalah hilangnya tinggi badan, kelengkungan tulang belakang progresif, nyeri pinggang dan fraktur lengan, tulang belakang, atau pinggul. osteopororsis sering disebut "silent disease" karena kehilangan tulang terjadi tanpa gejala.

Gambar 1. Kehilangan tinggi badan yang khas disebabkan osteoporosis. 4. Faktor risiko terjadinya osteoporosis Menurut Eri D. Nasution (2003: 14-29) faktor-faktor yang menyebabkan osteoporosis adalah sebagai berikut :

21

1. Aktivitas fisik Seseorang yang terlalu lama istirahat di tempat tidur dapat mengurangi massa tulang. Hidup dengan aktivitas fisik yang teratur dapat menghasilkan massa tulang yang optimal. 2. Merokok Tembakau dapat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen. Perokok mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar mengalami patah tulang pinggul, pergelangan tangan serta tulang punggung. 3. Penggunaan Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengubah metabolisme vitamin D atau penyerapan kalsium terganggu yang dapat mengakibatkan tulang lemah dan tidak normal. 4. Asupan kalsium rendah Kekurangan kalsium dalam masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya massa tulang yang maksimal pada waktu dewasa. 5. Bagian tulang yang terkena osteoporosis Menurut Susan J. G dialih bahasakan oleh Anton C. W (2001: 205-206), tulang yang pertama kali terkena osteoporosis biasanya pada vertebra spinalis dan tipikalnya mengenai vertebra torakalis bawah dan vertebra lumbalis atas. Proporsi lengan dan tungkai terhadap kerangka aksial tubuh tidak normal dan tampak lebih panjang. Penurunan tinggi badan karena osteoporosis bisa mencapai 5 sampai 8 inchi. Keadaan ini dapat berlangsung terus, sehingga rongga rusuk bagian bawah menyentuh crista iliaca anterior.

22

Daerah yang paling sering timbul keretakan di bagian pergelangan tangan, tulang belakang serta tulang pinggul (Ulfah, 2008). 6. Pencegahan Osteoporosis Osteoporosis dapat dicegah dengan strategi pencegahan yang paling efektif yaitu dimulai saat dini untuk memaksimalkan massa tulang puncak dan untuk membangun tulang yang sehat. Beberapa intervensi yang

memaksimalkan dan mempertahankan massa tulang secara umum memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk asupan kalsium dan vitamin D, rutin latihan beban, dan menghindari tembakau dan penyalahgunaan alkohol (Black & Hawks, 2009:490). 7. Penatalaksanaan Diet kaya kalium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri atas tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (misalnya; keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium yaitu kalsium karbonat (Smeltzer, Suzanne. C. 2008). Jumlah kalsium harian dari asupan makanan dan suplemen yang dibutuhkan untuk tetap seimbang dalam upaya pencegahan osteoporosis menurut rekomendasi Institute of Medicine (IOM): < 1 tahun : 210 - 270 mg, usia 1 sampai 3 tahun : 500 mg, usia 4 sampai 8 tahun : 800 mg, usia 9 - 18 tahun : 1.300 mg, usia 19 - 50 tahun : 1.000 mg, < 51 tahun : 1.200 mg.

23

Osteoporosis bersifat multifaktorial sehingga penanganannya pun sangat komplek. Terapi untuk osteoporosis tidak hanya difokuskan untuk menghambat resorpsi tulang atau merangsang pembentukan tulang. Tidak kalah penting yaitu mengurangi risiko terjatuh.

24

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian menjelaskan tentang konsep yang mendasari penelitian yang tersusun berdasarkan variabel penelitian. Variabel penelitian adalah suatu objek pengamatan atau sifat, atau nilai yang ditetapkan peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah responden yang mengkonsumsi kafein dan tidak mengkonsumsi kafein sedangkan variabel dependen adalah terjadinya osteoporosis di rumah sakit islam jakarta. Sehingga mudah dipahami dan menjadi acuan penelitian. Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Variabel independent

Variabel dependent

Konsumsi kafein : Mengkonsumsi kafein Tidak mengkonsumsi kafein Terjadinya Osteoporosis

Data Demografi : Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan

25

Keterangan :

Bukan Fokus Penelitian Fokus Penelitian

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Disamping itu variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya (Kidder, 1981). B. Hipotesis Berdasarkan studi kepustakaan peneliti mengajukan hipotesis untuk masalah penelitian yaitu sebagai berikut : Kafein merupakan stimulan kimia alami biasa disebut sebagai trimethylxanthine yang bersifat adiktif dan termasuk jenis alkaloida. Pada manusia, kafein

berfungsi sebagai stimulan pada sistem saraf pusat dan sistem metabolik. Efek dari kafein ini telah diketahui secara umum sebagai perangsang sistem saraf pusat disamping itu terdapat akibat yang ditimbulkan dari kafein apabila dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu lama yaitu dapat menyebabkan osteoporosis. Dengan demikian adanya hubungan mengkonsumsi kafein yang dapat mengakibatkan berkurangnya cadangan mineral kalsium dari tulang sehingga tulang menjadi keropos karena kafein bersifat menarik mineral kalsium tulang. Disamping itu efek dari konsumsi kafein terhadap tulang

melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas secara langsung maupun tidak langsung dan menghambat proliferasi sel-sel pembentuk tulang atau osteoblas. Sedangkan diketahui keseimbangan mineral tulang diatur oleh aktivitas dari osteoblas. Oleh karena itu adanya hubungan mengkonsumsi kafein terhadap pasien dengan osteoporosis.

26

C. Definisi operasional Pada definisi operasional ini, peneliti ingin memaparkan hubungan konsumsi kafein terhadap terjadinya osteoporosis di Rumah Sakit Islam Jakarta.

Variabel

Definisi Operasional

Cara Pengukur

Skala

Hasil ukur

Independent Konsumsi kafein Suatu kebiasaan yang cenderung digemari seseorang dengan menggunakan zat stimulan dalam kehidupan seharihari. Dependent Osteoporosis Suatu gangguan metabolik tulang ditandai dengan penurunan massa tulang total seseorang. Wawancara Rasio 1. Tidak memiliki ketahanan latihan pembebanan berat badan 2. Tidak terlalu Wawancara Rasio 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering

rentan terhadap latihan pembebanan berat badan

27

3. Cukup

rentan

terhadap latihan pembebanan berat badan 4. Rentan terhadap latihan pembebanan berat badan 5. Sangat rentan

terhadap latihan pembebanan berat badan Data Demografi Usia Jumlah tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dilakukan penelitian Kuesioner Ordinal 0 : >65 tahun 1 : 55-64 tahun 2 : 40-50 tahun

28

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan case control yaitu mengamati efek dulu kemudian mempelajari status faktor penyebab pada waktu dulu yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui hubungan mengkonsumsi kafein terhadap osteoporosis. B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta dengan alasan bahwa jumlah pasien memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian. C. Waktu penelitian Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2013 D. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Masri singarimbun, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan osteoporosis yang dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta sejumlah 2. Sampel a). Jumlah Sampel Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2007). responden.

29

Sampel penelitian yang akan dijadikan sampel adalah seluruh total populasi pasien osteoporosis sejumlah responden. b). Tehnik Pengambilan Sampel Sampel penelitian ini dengan metode total sampling ialah suatu teknik dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada di Rumah Sakit Islam Jakarta. Adapun kriteria responden, sebagai berikut: - Pasien yang terdiagnosa dengan osteoporosis - Laki-laki atau perempuan - Pasien dapat membaca dan menulis - Berusia 36 sampai 45 tahun - Pasien bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan dari siapapun E. Pengumpulan data 1. Alat pengumpul data Penelitian menggunakan instrumen beberapa kuesioner yang didapat dari responden langsung. Kuesioner menggunakan skala likert dengan option sebagai berikut: 1 selalu, 2 sering, 3 kadang-kadang, 4 tidak pernah. 2. Cara pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar kuesioner. Untuk mendapatkan data tentang konsumsi kafein terhadap terjadinya osteoporosis, peneliti menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebagai alat pengumpulan data dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

30

Supaya mudah untuk mengelolahnya dan memudahkan pasien untuk memilih salah satu jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda check list () dan tanda (x) pada jawaban yang dipilih, jawaban lebih objektif serta efisiensi waktu (Soehartono, 1997). Pengumpulan data dilaksanakan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai berikut : a. Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua PSIK FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta. b. Meminta surat izin dari direktur Rumah Sakit Islam Jakarta untuk mengadakan penelitian di Rumah Sakit tersebut. c. Menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala ruangan dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. d. Tahap selanjutnya adalah menyebarkan angket kepada responden yang subjek penelitian dan menjelaskan cara mengisi kuesioner. e. Setelah menjawab semuanya, kuesiner dikumpulkan kembali untuk diolah dan dianalisa. F. Etika Penelitian Etika berasal dari kata yunani, yaitu etos yang berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undangundang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan (Mimin Emi Suhami, 2004). Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan dan manfaat penelitian serta menghormati hak-hak responden meskipun peneliti ini tidak mengandung resiko (Milton, 1999).

31

Adapun etika penelitian meliputi: 1. Informed Consent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data. Apabila pasien bersedia diteliti maka pasien dapat menandatangani lembar persetujuan tersebut. Apabila pasien menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data tetapi cukup dengan memberi inisial nama klien. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikansebagai hasil penelitian. G. Pengolahan Data Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai. Daftar pertanyaan yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan prosedur analisa data, meliputi : 1. Editing data dilakukan untuk mengoreksi kelengkapan data, mengoreksi kesinambungan data dan mengoreksi keseragaman data (Nursalam, 2008). Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisisan, kelengkapan dan kecocokan data yang diinginkan. 2. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

32

3. Processing, yaitu proses data yang dilakukan dengan cara di entry data dari kuesioner ke paket data. 4. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. H. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu : a. Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing - masing variabel yang diteliti. b. Analisa bivariat adalah analisa data yang digunakan untuk melihat hubungan variabel independen

33

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Jane, Hokanson Hawks. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes. (9th ed.). Singapura: Saunders Elsevier. Frischknecht, Peter. M, dkk. (1986). Purine Alkaloid Formation in Buds and Developing Leaflets of Coffea Arabica: Expression of an Optimal Defence Strategy. Jakarta: Media Graha. Gomez, Joan. (2006). Awas Pengeroposan Tulang: Bagaimana Menghindari dan Menghadapinya. Jakarta: Arcan. Holistic Health Solution. (2011). Osteoporosis Usia Muda. Jakarta: Grasindo. Junaidi, Iskandar. (2007). Osteoporosis: . Jakarta:

LeMone, Priscilia & Keren, Burke. (2011). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Patient Care. (5th ed.). USA: Pearson. Lumbantobing, S.M. (Editor). (2004). Neurogeriatri. Jakarta: FKUI. Maughan, RJ. (2003). Caffeine Ingestion and Fluid Balance: Human Nutrition Dietetics. Jakarta: Salemba Medika. Rasjad, Chairuddin. (2007). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. (Edisi Ketiga). Jakarta: Bintang Lamumpatue. Smeltzer, Suzanne. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. (Edisi VIII, Volume III). Jakarta: EGC.

34

Smeltzer, Suzanne. C. (2008). Textbook of Medical-Surgical Nursing. (11th ed.). Philadelphia: Lippincot Raven. Smeltzer, Suzanne. C. (2010). Textbook of Medical-Surgical Nursing. (20th ed.). Philadelphia: The point 2. Tandra, Hans. (2009). Osteoporosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

35

You might also like