You are on page 1of 7

PENGANTAR : SEKILAS PROBLEMATIKA PTK DI INDONESIA Kurt Lewin, seorang psikolog sosial dari Amerika mencetuskan gagasan cantiknya

a terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran, melalui aktivitas yang disebut dengan CAR Classroom Action Research. Cetusan gagasan ini, memicu ahli lainnya meneruskan dan mengembangkannya, diantaranya adalah Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, Jhon Elliot, dan Dave Ebbutt. Ketika itu tahun 1946 CAR, atau dengan mudah kita menyebutnya PTK- Penelitian Tindakan Kelas, berkembang. Selang 34 tahun Indonesia mulai sibuk membicarakan akrtivitas ini (1980). Perkembangan PTK di Indoensia dapat dikatakan berjalan di tempat, bahkan dapat dianggap mandeg atau stagnan. Latar belakangnya jelas, yakni karena atmosfir penelitian belum menyentuh daratan akademik Indonesia. Kegiatan penelitian acapkali dikalahkan dengan kepentingan yang kelihatanya lebih utama, namun realitas sebenarnya tidakh seperti yang kita duga, misalnya hanya mengedepankan kegiatan belajar mengajar. PTK acapkali dianggap sebagai aktivitas yang dianggap sumir dan level kepentingannya dianggap rendah sisi lain, bobot keilmuannya serung diperdepatkan. Inilah problem intinya.

GURU PROFESIONAL: Seorang-orang yang mendeklarasikan dirinya professional, harus memenuhi tiga persyaratan yakni: Expertise, [keahlian] Responsibility [tanggung jawab] Corporate ness [kesejawatan/jiwa korsa] Begitu membahas keahlian, maka tuntutan guru akan lebih berat, karena proses belajar mengajar yang sering dilakukan dan dianggap paling utama hanyalah kegiatan yang bersifat mekanistik, dan static. Proses belajar mengajar yang hidup dan bermakna, manakala terbuka untuk dievaluasi, dan selalu menerima jika ada perubahan. Hanya perubahanlah yang akan memberikan kebermaknaan, dan mengantarkan siswa menjadi takjub. Kata seorang ahli, proses pembelajaran yang jarang di update, akan menjadi aktivitas yang membatu akhirnya menjadi fosil. Sebagai jawabannya, maka aktivitas yang harus dijadikan tumpuan adalah melakukan perbaikan belajar mengajar secara terus menerus [continus improvement], sedangkan aktivitas yang dikedepankan adalah melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran. Aktivitas ini didahului dengan penelitian dan tindak lanjutnya, Inilah yang populer dengan, penelitian tindakan kelas yang disingkat dengan PTK. PTK MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU. Terdapat beberapa alasan mengapat PTK, merupakan modal dasar dalam membangkitkan prosfesionalisme Guru, yang antara lain: 1. PTK mengkodisi Guru tidak hanya menjadi praktisi mengajar, yang cepat puas terhadap kinerjanya yang mekanistik dan tidak dinamik, Namun melalui PTK

akan selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus, dan menstimuli penemuan-penemuan [Inovasi[ dalam pemebelajaran yang efektif, efisien dan Rasional. 2. PTK memberikan nuansa yang etis, sehingga Guru akan lebih peka dan kritis serta memiliki pemikiran yang refletif terhadap segela materi yang diasmopaikan kepada muridnya. 3. Secara dini akan segera mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi di kelas, dan ketika proses pembelajar berlangsung. KARAKTERSISTIK PTK: PTK sebagai sarana dalam mencermati aktivitas pembelajaran, memiliki karater sebagai berikut: 1. Kegiatan PTK didasarkan kepada problema yang dihadapi oleh guru terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan, oleh karenaya sifatnya sangat khusus sekali. 2. Guru disamping sebagai peneliti, juga sekaligus juga berperan sebagai praktisinya, sehingga dalam waktu yang bersamaan melakukan refleksi. 3. Mendukung profesi, sekaligus meringankan kerja guru, karena problem dikelas akan terurai, sekaligus diperbaiki 4. Hal yang dipermasalahkan bukan hasil dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian yang terdahulu, tetapi berasal dari permasalahan yang nyata dan actual. [Bukan yang bersifat teoritis, namun bersifat pragmatis] 5. Tidak saja menyelesaiakan atau memutuskan masalah, namun juga berupaya mencari dukungan ilmiahnya. 6. Adanya kolaborasi anatara praktisis [guru, siswa, sekolah dll] dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan sekaligus pengambilan keputusannya, sehingga melahirkan tindakan kelas. PRINSIP HARUS DIKEDEPANKAN DALAM PTK : 1. Proses belajar mengajar tidak boleh dikorbankan atau terganggu akibat PTK 2. Pengumpulan data harus dirancang cermat, karena pengumpulan data yang terlalu lama, akan mengurangi intensitas belajar siswa 3. Metode yang digunakan berindikasikan keajegan [reliable] 4. Problema PTK, merupakan masalah-masalah yang krusial, atau merisaukan, dan perlu pengentasan secara cermat dan cepat 5. Guru harus memiliki sikap yang konsisten, tanggung jawab dan memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, dalam menjujung obyektivitas proses dan prosedur 6. Tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalqam proses pembelajaran dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran 7. Mensyaratkan pedokumentasian dengan konsisten, cermat, obyektif, sistematis dan terus menerus, karena dokumentasi akan dimanfaatkan untuk melakukan tindakan kelas 8. Dilakukan sekurang-kurannya dua siklus yang konsekuensial [berurutan].

9. Dalam kondisi yang wajar [alami], tidak mengubah jadwal yang sesungguhnya/ berlaku. Tidak boleh melakukan anak-anak teretentu, namun harus semua siswa dalam kelas. 10. Harus benar-benar menunjukkan asdanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yakni siswa yang sedang belajar. EMPAT JENIS PTK: Terdapat empat jenis PTK, yakni: 1. Diagnostik 2. Partisipasi 3. Empiris 4. Ekperimental PTK Diagnostik Titik beratnya adalah mendiagnose sebuah problem, atau situasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar dalam kelas. PTK Partisipasi: Jika peneliti sekaligus yang diteliti, atau setidaktidaknya terlibat langsung dalam kegaiatan penelitian. Dalam jenis ini Guru sebagai peneliti akan terlibat sejak perencanaan, proses pengumpulan data hingga pelaporannya. PTK Empiris : PTK ini berupaya melakukan aktivitas penelitian yang terjadi selama aksi berlangsung. Proses penelitiannya adalah dengan pencermatan nyata terhadap sebuah kegiatan yang sedang berlangsung PTK Eksperimen: PTK ini, penelitian yang kuat kaitannya dengan tingkat efektif dan efisien dalam menerapkan konsep pembelajaran.

EMPAT MODEL PTK : 1. Kurt Levin 2. Stephen Kemmis, & Robin Mc Tanggart, 3. Jhon Elliot, dan 4. Dave Ebbutt. Model Stephen Kemmis Perencanaan [planning] Aksi tindakan[acting] Observasi [observing] Refleksi [reflecting]

PERENCANAAN

REFLEKSI OBSERVASI

AKSI

Catatan: Buah pikir Kurt Levin selanjutnya dielaborasi oleh Ernest T. Strnger menjadi: Perencanaan [planning] Pelaksanaan [implementing] Evaluasi [evaluating] Visualisasi: Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Reflek si

Aksi

Reflek si

Aksi

Reflek si

Aksi

Observasi

Observasi

Observasi

Stephen Kemmis, & Robin Mc Tanggart 1. Perencanaan Identifikasi Masalah

Perencanaan Aksi Observasi Aksi Perencanaan ulang Observasi Aksi Refleksi Aksi

Refleksi Aksi

Aksi

PELAKSANAAN PTK : Prosedur pelaksanaan PTK Penyusunan Proposal LAPORAN KEGIATAN JUDUL PENELITIAN
Menurut Soehardjono

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

JUDUL Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran X. [Tuliskan nama mata pelajarannya atau topic bahasan/bagian dari mata pelajaran] Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X melalui penerapan model pembelajaran generatif Penerapan pembelajaran Model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran X Pembelajaran berbasik konstyruktivistik dan kontekstual pada mata pelajaran X untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan ketrampilan siswa mata pelajaran X Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran X dengan penggunaan model pengajaran inkuiri Pembelajaran dengan model Realistic Mathematical Education dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika

NO 1. 2.

JUDUL-JUDUL PTK HASIL FINALIS LOMBA KEBERHASILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2003-2004 JENJANG SMA RANAH JUDUL Biologi Metode berburu spesies dalam hutan mangrove sebagai pengelaborasian pembelajaran Bio-diversityas dan klasifikasi guna meningkatkan kompetensoi siswa. Sejarah Penggunaan metode Cooperative Learning dalam

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Matematika Fisika PPKN Bahasa Iggris Sosiologi Penjaskes Geografi Bahasa Indonesia

pembelajaran sejarah Lingkaran satuan dan jembatan Resmi sebagai peragu pembelajaran Trigoinometri sudut istimewa Pengaruh pemanfaatan motor listrik komponen terbuka dengan teknik bermain dam bernyanyi dalam pembelajaran medan magnetic, gaya Lorentz dan mendan magnetik Variasi Pendekatan Contextual Teraching dan Learning dan Moral dilemma discussion sebagai strategi dalam pembelajaran PPKN Benteng Ujung Pandang [Fort Rotterdam] sebagai sumber Belajar Bahasa Inggris Strategi metode Actual Learning dalam pengintegrasian Life Skill untuk meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Sosiologi Efektivitas pembelajaran dengan menggunkan Bola Berpita terhadad prestasi belajar lempar lembing Penggunaan Lembar Peta Kreatif sebagai media pembelajaran Geografi untuk memudahkan Siswa terhadap materi Kawasan Penting Dunia Musikalisasi Merupakan Media Pembelajaran Puisi Dalam Apresiasi Sastra Pada mata Pelajaran bahasa dan Sastra Indoensia

PERHATIAN: Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam isi atau subtansi laporan penelitian tindakan kelas adalah : 2. 0riginalitas 3. Esemnsi atau tingkat pentingnya penelitian tindakan yang di8lakukan 4. proses tindakan 5. Pelaku/pelaksana tuindakan 6. Kesimpulan atau hasil tindakan. RUJUKKAAN No. JUDUL

Susilo [2007] Penelitian Tindakan Kelas: Pustaka Book Publisher Yogyakarta Cetakan I

Suharsimi Arikunto, Dkk [2007] Penelitian Tindakan Kelas: PT Bumi Aksara Jakarta Cetakan III

3.

Sukidin, Dkk [2002] Manajemen Penelitian Tindakan Kelas: Insan Cendikia Surabaya Cetakan I

Zainal Aqib [2007] Penelitian Tindakan Kelas: Yrama Widya Bandung Cetakan II

You might also like