You are on page 1of 11

PENYAKIT KARANTINA PES 1. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.

4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah : 1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari : a. b. c. d. e. f. Pes (Plague) Kolera (Cholera) cacar (Smallpox) Demam Kuning (Yellow Fever) Demam Balik Balik (Relapsing Fever) Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)

Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional. Karantina artinya pembatasan kebebasan/penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar-benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan. Panjangnya masa inkubasi bagi masing-masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah : Pes Kolera Cacar Demam Kuning Demam Balik Balik Typhus Bercak Wabahi : 6 hari : 5 hari : 14 hari : 6 hari : 8 hari : 14 hari

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat kententuan ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk : 1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di negara masing-masing.

2.

Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, kereta api, bus dan lain lain. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang

undang yaitu : 1. Undang Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut. 2. Undang Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara. 2. Sejarah Penyakit PES Penyebaran penyakit PES yang mematikan sudah dimulai abad ke 14 sampai kini. Diawali perang antara pasukan tartar dengan pedagang dari Genoa yang ada di kota Caffa, semenanjung krim. Pasukan tartar berhenti menyerang dengan batu kemudian menggantinya dengan melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal karena pes. Akibatnya seluruh kota Caffa terinfeksi. Orang Genoa yang masih hidup segera kembali ke kapal dan berlayar lagi. Banyak di antara mereka meninggal di kapal, tetapi sisanya mendarat di Konstatinopel, Genoa, Venesia, dan kota-kota pelabuhan, dan disana menulari keluarga dan kawannya. Dengan demikian wabah pes tiba di Eropa. Penyakit ini menyebar dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah ke pedalaman utara dan barat, dari Italia dan Yunani ke Perancis, Spanyol, dan Inggris. Pada tahun 1348 dua pertiga penduduk Eropa telah terkena. Selama delapan tahun wabah raya berkecamuk dan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah penderita meninggal. Jumlah korbannya 25 juta orang. Pada waktu itu tak ada tempat untuk bersembunyi. Mereka yang melarikan diri ke laut pun menemukan penyakit pes sebagai penumpang gelap di atas kapal. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat. Setelah menyapu Eropa pada Abada ke-14, penyakit pes tetap membara selam 300 tahun, sekali-kali meledak bila orang rentan tinggal berdesak-desakan di suatu tempat. Lama-kelamaan penyakit ini menjadi penyakit kota, terutama pelabuhan dan pusat perdagangan yang kerap terserang. Wabah-wabah ini mencapai puncaknya di London dalam wabah raya tahun 1665. Pada bulan September tahun itu, daftar kematian mingguan kota London menunjukkan bahwa lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Di London, semua perdagangan dan lalu

lintas sempat terhenti. Orang takut dekat-mendekati anatar satu sama lain. Dokter-dokter terkemuka pada zaman itu pun tak dapat menghentikan penyakit pes itu. Bubo atau pembengkakan kelenjar, yang memberikan nama pada penyakit ini (pes bubonic), umumnya timbul di ketiak atau di selangkangan. Dokter menggunakan tapal panas, bahan tajama yang dapat membakar kulit, dan pisau dalam usaha mereka memecahkan pembengkakan serta mengeluarkan cairannya, dengan keyakinan bahwa bila ini terjadi, orang sakit akan tertolong. Akhirnya pada musim gugur tahun 1666, penyakit pes mulai menghilang dari London. Setelah tahun 1720 penyakit pes lenyap pula dari Eropa Barat. Dari awal mula penyebaran penyakit PES tersebut bisa disimpulkan bahwa sudah sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap kesehatan manusia. Di masa kini, penyakit ini Pes(sampar) merupakan penyakit yang terdaftar dalam Karantina International dan juga disebut remerging disease dan masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa ataupun wabah. Pes masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1910 melalui pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan cirebon dan tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban yang diakibatkan karena penyakit pes dari tahun 1910 sampai deng tahun 1960 tercatat 245.375 orang dengan angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang yang terjadi pada tahun 1934.

3.

Definisi PES Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan- lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh kuman/bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellois atau Yersiniosis/Palgue.

4. -

Penyebab PES Pes disebabkan oleh : Kuman/Bakteri Yersinia pestis (Pasteurellois pestis) Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2x0,5-0,7 mikron Bersifat biopolar, non motil, non sporing Gram negatif Pada suhu 280C merupakan suhu optimum tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna Pada suhu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut. Organisme ini tidak motil dan tumbuh sebagai anaerob fakultatif di beberapa media bakteriologi. Pertumbuhan lebih cepat bila berada pada media yang mengandung darah atau cairan jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana suhunya 370C, koloninya akan semakain mengecil dalam waktu 24 jam. Inokulum virulen yang diturunkan dari jaringan yang terinfeksi menghasilkan koloni yang berwarna abu-abu dan kental, namun bila dipindahkan dalam media laboratorium koloni tersebut berubah menjai irregular dan kasar. Kingdom: Bacteria; Phylum: Proteobacteria, bagian: gamma proteobacteria;Ordo: Enterobacteriales ;Famili: Enterobacteriacheae ; Genus: Yersinia ; Spesies : Yersinia pestis.

5.

Vektor PES Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit. Vektor menyebabkan agent infeksi dari manusia atau hewan yang rentan melalui, kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat i ni ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, culexiritans, Neopsylla sondaica dan stivalus cognatus.

6.

Reservoir Reservoir (sumber penularan) adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organic (seperti tinja dan makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak infeksius. Sewaktu organisme infeksius berkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga penyakit dapat ditularkan pada pejamu rentan. Manusia sering berperan sebagai reservoir sekaligus pejamu. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan hewan rodent (tikus,kelinci) Kucing di Amerika juga pada bajing. Sumber penularan ini dapat merupakan risiko bagi kesehatan masyarakat.

7.

Masa Inkubasi Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk pes paru-paru adalah 2-4 hari.

8.

Jenis Pes Dan Gejalanya Pada Manusia Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar. Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.

9.

Penularan Penyakit PES Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kumankuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi,dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif.Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja di hutan, ataupun pada orang-orang yang mengadakan rekreasi/camping di hutan. Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan, misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya terkena

darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes. Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes. Penularan pes dari tikus hutan komersial melalui pinjal; pinjalyang efektif kemudian menggigit manusia. Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans (Human flea). Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau pernapasan. 10. a. Upaya Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak dengan tikus serta pinjalnya. Cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak antara tikus beserta pinjalnya dengan manusia dapat dilakukan seperti berikut. 1. Penempatan kandang ternak di luar rumah. 2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan bagi tikus untuk bersarang (rat proof). 3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya. 4. Menggunakan lantai semen. 5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak mungkin dicapai atau mengundang tikus. 6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa sebab yang jelas (rat fall). 7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah. Surasetja (1980), menyatakan bahwa selain upaya pencegahan, ada pula upaya pemberantasan penyakit pes yaitu sebagai berikut. 1. Keharusan melaporkan terjadinya penyakit pes oleh para dokter supaya tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dijalankan. Keharusan ini tercantum dalam undang-undang karantina danepidemi (UU Wabah 1962). 2. Keharusan melaporkan adanya kematian sebelum mayat dikubur. Pada mayat itu dilakukan fungsi paru, limfa dan pada bubo. Pes paru primer dapat dinyatakan bila cairan paru pasitif dan pes cairan limpa negatif. Pes paru sekunder terjadi bila cairan

paru dan cairan limpa positif. Pes septichaemi jika cairan paru negatif dan cairan limpa positif. 3. Tindakan selanjutnya jika telah dinyatakan diagnosa pes adalah penderita pes paru (primer dan sekunder) harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Penduduk di sekitar rumah pes divaksinasi. Rumah disemprot dengan DDT. Kemudian rumah itu dibuka atapnya agar matahari dapat masuk. Lalu rumah tersebut diperbaiki kembali. 4. Suntikan anti pes secara umum. 5. Pembasmian pinjal tikus dilakukan dengan bubuk DDT yang ditaruh pada tempat yang biasa dilalui oleh tikus. Bubuk DDT akan melekat pada bulu tikus sehingga akan membunuh pinjal-pinjal itu. Hal ini dapat pula dilakukan serangkaian pemberantasan nyamuk malaria melalui penyemprotan. 6. Pembasmian tikus dengan racun, perangkap dan kucing. 7. Pengawasan angkutan padi dan lain-lain dengan pikulan, gerobak, dan sebagainya agar tikus yang tertular pes tidak terangkut dari satu daerah ke daerah yang lain. 8. Perbaikan rumah agar tikus tidak bersarang di dalam rumah. 9. Tindakan kebersihan seperti menjemur alat-alat tidur setiap minggu. Jangan ada sisasisa makanan yang berhamburan dan menarik tikus. b. Pengobatan Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan maupun yang tertular adalah sebagai berukut. 1) Untuk tersangka pes
-

Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari berturutturut.Setelah panas hilang.

2) Untuk Penderita Pes


-

Dilanjutkan dengan pemberian : Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut,kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau Chlomphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut turut, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.

3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:


-

Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo.

Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru.

Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline 500mg/hari selama 10 hari berturut-turut. 11. Penggunaan Epidemiologi Dalam Studi Kasus Penyakit Pes Menggunakan metode epidemiologi dimana dipelajari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kejadian suatu penyakit. Epidemiologi memiliki kemampuan untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan karena epidemiologi dalam menangani suatu penyakit selalu menganalisa dari segi tempat, waktu dan jumlah orang yang terkena Konsep segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa apabila keseimbangan tidak tercapai, dalam artian ada 1 faktor lingkungan yang terganggu, maka manusia bisa sakit. Dalam hal ini dapat dilihat lingkungan memegang peranan penting dalam penyebaran penyakit pes ini. Penyakit pes yang digolongkan ke pola penyakit menular yang berhubungan dengan adanya infeksi/kesehatan lignkungan. Lingkungan yang tidak sehat membuat perkembangan penyakit tersebut semakin cepat, kemudian menginfeksi makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Karena didalam suatu lingkungan kita berinteraksi, maka kemudian penyakit ini menyebar ketika orang sehat tertular saat sedang berinteraksi dengan pengidap pes. Jika tidak dilakukan penanganan serius, maka penyakit ini bisa menjadi endemik. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah penyebaran penyakit berdasarkan ilmu epidemiologi adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit PES Studi epidemiologi mempelajari. Dengan cara ini bisa dianalisa tempat, waktu dan jumlah orang yang terkena penyakit pes. Dengan mengetahui hal itu dapat dianalisa selanjutnya mengenai apa penyebab penyebarannya 2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan. 3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. 4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisa keadaan sautu penyakit dalam upaya mengatasi atau menanggulanginya. 5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.

Dalam penggunaan ilmu epidemiologi untuk memecahkan solusi permasalahan suatu kasus kita perlu menggunakan beberapa pendekatan epidemiologi. Ada 3 (tiga) pendekatan epidemiologi yaitu : 1. Pendekatan Logis Merupakan pendekatan epidemiologi dengan ilmiah sesuai dengan dasar teori melalui program-program dengan menggunakan indikator Morbiditas dan Mortalitas. 2. Pendekatan Progmatif Merupakan suatu bentuk pendekatan epidemiologi yang berkeinginan bebas dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman. 3. Politis Merupakan pendekatan epidemiologi dengan pertimbangan pendapat-pendapat orang-orang penting dalam pengambilan keputusan. 12. Kasus-kasus Penyakit PES di Indonesia a. Penularan Penyakit Pes Di Dusun Sulorowo, Perbukitan Tengger Bromo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Penularan penyakit Pes di dusun Sulorowo, perbukitan Tengger Bromo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Penyakit pes pada dasarnya terjadi akibat adanya hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat. Di dusun ini dilakukan penelitian kualitatif mengenai hal ini dengan pendekatan sosio-ekologi. Data yang dikumpulkan menyangkut aspek sosial budaya yang meliputi adat, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, persepsi serta sikap dan kebiasaan penduduk yang diduga ada kaitan dengan penularan pes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dusun Solorowo masih tradisional. Penduduk sangat akrab terhadap lingkungan alam sekitarnya. Masyarakat sangat mensakralkan tempat-tempat tertentu yang dianggap mempunyai nilai kesejarahan serta nilai budaya seperti Petrenan, yaitu tempat yang disakralkan yang dipercaya sebagai tempat makam leluhur dijadikan tempat pemujaan dan untuk menyelenggarakan upacara ritual dan keagamaan. Adanya hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan alam sekitarnya yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat juga sifat tradisional tersebut menunjang tetap terpeliharanya penularan pes di masyarakat dusun Solorowo. Ditunjang pula oleh pengetahuan dan persepsi penduduk yang salah terhadap penyakit pes, maka penyakit tersebut sewaktu-waktu akan tetap menjadi wabah di dusun Solorowo.

b. Penularan penyakit Pes di Banten Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten, dari 192 tikus yang tertangkap di perkantoran sekitar area Pelabuhan Merak, Bojonegara, Karangantu, Anyer, dan Labuan, ditemukan 173 pinjal dalam tubuh tikus-tikus tersebut. Bakteri pes atau pasteurella pestis hidup dengan menempel pada tubuh tikus. Tak hanya tikus, pinjal juga dapat ditemukan di semua binatang pengerat seperti marmut, hamster, tupai, kucing, anjing, kelinci, rusa, dan kambing. Penyakit ini dapat menular ke manusia hingga menyebabkan infeksi apabila tergigit. Kepala Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten Juanda mengatakan, jika diporsentasekan terdapat 0,91 persen pinjal dari 192 tikus yang berhasil ditangkap. Untuk menangkap tikus-tikus itu pihaknya telah menyebar 250 perangkap yang disebar di beberapa lima wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten. Untuk mengendalikan penyakit ini, pihaknya memberlakukan program pelabuhan sehat. Dalam pelaksanaannya, setiap pelabuhan dan titik rawan seperti permukiman warga sekitar pelabuhan juga akan dipasang perangkap tikus. Masing-masing daerah sebanyak 250 perangkap tikus. Pengambilan tikus akan dilakukan mulai setiap Senin dan Sabtu. Kemudian tikustikus itu dikumpulkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten guna diuji laboratorium. Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten Endang Syarifuddin menambahkan, pelaksanaan program pelabuhan sehat ini tak hanya memberantas tikus sebagai antisipasi penyebaran pes. Melainkan pihaknya juga akan melakukan fogging, pemberian bubuk abate, dan pemantauan jentik nyamuk pembawa penyakit DBD. Di Indonesia, situasi kasus pes pada manusia cenderung fluktuatif selama 20042008. Pada tahun 2007 terjadi 1 kasus pes pada manusia dan pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus pes pada manusia, tetapi ditemukan positif pada beberapa rodent di beberapa daerah survey. Dari beberapa kasus diatas dapat disimpulkan walaupun penyakit pes terjadi 1 kasus pada tahun 2007 penyakit ini hampir tidak ada lagi kejadian pada manusia tetapi pinjal yang berada di tubuh tikus-tikus penyebab pes masih banyak disekitar lingkungan masyarakat.

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KARANTINA PES

Disusun Oleh:
MUHAMMAD FAUZI NIM. 1011015006

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

You might also like