You are on page 1of 6

VII. DATA DAN ANALISA DATA VIII.

PEMBAHASAN Tujuan praktikum ini adalah untuk untuk mengetahui cara pencucian dan sterilisasi karet dan glassware. Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (fungi, mycoplasma, virus, bakteri, protozoa) yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan steril adalah keadaan dimana suatu bahan atau alat terbebas dari mikroorganisme baik bentuk vegetatif maupun sporanya. Sterilisasi wadah merupakan langkah awal dalam pembuatan sediaan farmasi steril. Sterilisasi dalam sediaan farmasi berarti penghancuran secara lengkap semua mikroba dan sporanya atau penghilangan secara lengkap semua mikroba dari sediaan. Dalam pembuatan sediaan steril, wadah sangat berperan penting dalam sterilitas sediaan, sehingga perlu adanya sterilisasi wadah sediaan. Hal ini disebabkan karena wadah berinteraksi langsung dengan obat. Terdapat beberapa cara sterilisasi yaitu cara fisika (pemanasan), cara kimia (dengan zat kimia), cara mekanik (penyaringan), cara gabungan mekanik dan kimia. Dan pada praktikum ini sterilisasi dilakukan dengan cara fisika yaitu dengan pemanasan kering dan pemanasan lembab. Pemanasan kering merupakan proses sterilisasi dengan menggunakan panas tanpa bersama-sama dengan uap air. Cara sterilisasi pemanasan kering dilakukan dengan menggunakan oven, dan zat zat yang boleh disterilisasi dengan oven adalah alat dari kaca dan gelas, alat-alat bedah. Sedangkan cara sterilisasi pemanasan lembab adalah bila panas digunakan bersamasama dengan uap air. Cara panas lembab ini dilakukan dengan autoklaf. Bahan yang boleh disterilisasi dengan autoklaf adalah alat yang tidak rusak pada pemanasan dan tekanan tinggi seperti alat-alat dari gelas, kain kasa, kapas. Dalam praktikum ini, alat yang disterilisasi adalah ampul, vial, dan karet penutup. Berikut uraian mengenai wadah yang akan disterilkan: a. Vial

Adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. b. Ampul Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. c. Karet penutup Merupakan bagian dari pengemas yang berhubungan langsung atau mungkin berhubungan langsung dengan obat. Tutup karet umumnya merupakan campuran kompleks dari berbagai bahan meliputi polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator, vulcanizing agent (bahan vulkanisir), dan pigmen. Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum ini adalah melakukan pencucian ampul, vial, dan tutup karet dengan menggunakan larutan HCl. HCl berguna untuk melarutkan kotoran-kotoran yang ada pada bahan yang akan disterilkan. Sedangkan bahan direndam selama 10 menit dalam larutan HCl, tujuannya adalah agar kotoran-kotoran yang menempel dapat hilang dengan sempurna. Selain itu juga untuk membunuh bakteri-bakteri yang tidak tahan terhadap asam. Setelah dilakukan pencucian dalam larutan HCl, dilakukan perebusan dalam campuran larutan Na bikarbonat dan Teepol sampai mendidih. Teepol yang digunakan dalam sterilisasi kali ini berguna sebagai desinfektan. Sedangkan Natrium bikarbonat digunakan sebagai penjernih. Campuran dari kedua larutan ini (Na bikarbonat & teepol) dapat bersifat bakterisid yaitu mampu membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroba.

Sejumlah alat yang direndam dalam campuran teepol dan Na bikarbonat dilakukan pemanasan sampai mendidih. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk membuat spora jamur yang masih ada menjadi bentuk aktif (vegetatif) sehingga bahan desinfektan dapat membunuh spora jamur tersebut. Perebusan terutama digunakan pada tutup karet karena tutup karet tidak tahan terhadap panas dari oven, sehingga dipanaskan dengan cara direbus. Perebusan pada tutup karet dilakukan secara duplo untuk memastikan bahwa spora dan mikroorganisme yang ada pada tutup benar-benar mati. Setelah dilakukan perebusan, karet disterilisasi dengan autoklaf dalam keadaan terendam oleh campuran etanol dan aquadest. Tutup karet disterilisasi dengan autoklaf karena tutup karet tahan terhadap uap jenuh. Pada prinsipnya, sterilisasi dengan autoklaf ini didasarkan pada pemaparan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi laten uap yang berakibat pada proses pembunuhan mikroorganisme secara irreversibel akibat denaturasi dan koagulasi protein. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dianggap sebagai metode yang paling efektif karena metode ini bersifat nontoksik, mudah diperoleh dan relatif mudah dikontrol. Penggunaan tenaga uap dalam metode sterilisasi ini juga menambah keefektifan dari metode ini, dimana uap merupakan suatu pembawa energi yang paling efektif karena semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi. Prinsip sterilisasi dengan autoklaf adalah terjadinya koagulasi yang lebih cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan kering.Autoklaf digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan15 psi (2 atm) dan suhu 121C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan menggunakan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121C dan tekanan 15psi (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121C atau 249,8F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan

laut (sea level) air mendidih pada suhu 100C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, namun jika laboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu diset ulang. Adapun prosedur dalam penggunaan autoclave yaitu : Menuangkan air suling ke dalam autoclave hingga batas yang dianjurkan Memasukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga uap air secara merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut. Menutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan tekanan pada autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15 menit. Autoclave akan otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah selesai. Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan dan suhunya turun. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi karena pada tekanan diatas 0 psi masih ada uap panas yang dapat mengenai praktikan. Sterilisasi tutup karet dengan autoklaf dilakukan secara duplo untuk memastikan semua mikroorganisme baik bentuk vegetative maupun sporanya benar-benar mati sehingga didapat hasil wadah yang steril. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap (autoklaf) adalah :

a.Waktu Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat bersamaan. Terminologi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap

mikroorganisme akan memiliki D-value yang berbeda dan tentunya D-value akan bergantung pada suhu. b.Suhu Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secaradramatis. c.Kelembapan Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembapan akan menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi protein. Adanya cairan dalam uap mengindikasikan kualitas uap. Sementara itu, ampul dan vial dilakukan sterilisasi dengan oven. Prinsip sterilisasi dengan oven adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Pada sterilisasi ampul dan vial dengan oven, digunakan suhu 170oC. Digunakan suhu sebesar 170oC untuk mencapai efektivitas sterilisasi. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar. Dibandingkan dengan panas lembab (autoklaf), panas kering (oven) kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban tidak ada panas laten. Pada saat dipanaskan dalam oven, penempatan bahan yang akan disterilisasi harus diberi jarak/renggang. Hal ini bertujuan agar pada saat pemanasan, bahan tidak pecah atau retak karena bahan tersebut akan memuai pada pemanasan.

Pada saat melakukan sterilisasi, wadah dan atau tutup yang di sterilisasi sebaiknya di sterilkan sampai benar-benar steril. Hal ini dimaksudkan agar wadah dan atau tutup tidak mencemari bahan obat yang akan dimasukan kedalamnya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi yaitu: a. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai b. Peralatan harus bersih c. Peralatan yang dibungkus harus diberi label yang jelas d. Menyusun peralatan didalam sterilisator sedemikian rupa sehingga seluruh bagian dapat disterilkan e. Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan harus tepat f. Memindahkan peralatan yang sudah kering/steril harus dengan korentang steril

IX. KESIMPULAN 1. Sterilisasi hendaknya memperhatikan sifat dari bahan yang akan disterilkan agar didapat sterilisasi yang maksimal. 2. Tutup karet disterilisasi dengan panas kering (oven) 3. Ampul dan vial disterilisasi dengan panas lembab (autoklaf)

You might also like