You are on page 1of 9

BOBBY TRY MAYENDRA

MAKNA PANCSILA DALAM AL-QURAN


1. KETUHANAN YANG MAHA ESA Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dan keimanan kepada tuhan yang maha esa, sebagaimana tercermin dalam surat al-baqarah ayat 163 : Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa; tidak ada tuhan melainkan dia yang maha pemurah lagi maha penyayang. Dan dalam surat al-ankabut ayat 46 : Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka [1155], dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Pada sila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan bersikap adil, hal ini diperintahkan dalam al-quran surat al-maidah ayat 8 : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 3. PERSATUAN INDONESIA sila ketiga merupakan suatu ajaran persatuan serta kebersamaan serta tidak bercerai-berai, sebagaimana ajakan allah dalam surat al-imron ayat 103 : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu allah

menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN DAN PERWAKILAN Sila yang memberi petunjuk dalam pelaksanaan kepemimpinan berdasarkan kebijakan yaitu bermusyawarah seperti dalam surat shaad ayat 20 : dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. Dan dalam surat al-imron ayat 159

maka disebabkan rahmat dari allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada allah. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-nya. 5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Sila yang menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman, dan damai. Hal ini disebutkan dalam surat an-nahl ayat 90 : sesungguhnya allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Bhineka tunggal ika hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mengenal.(qs al-hujurat 13) manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-nya. Dan allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-nya kepada jalan yang lurus.(qs al-baqarah 213)

Makna pancasila dalam pepatah petitih adat minangkabau


1. Pepatah Petitih adat Minangkabau yang mengkristal ke dalam Dasar ketuhanan yang maha Esa Keyakinan pada Tuhan bagi masyarakat Minangkabau, merupakan sesuatu yang mutlak adanya, sehingga eksistensi Tuhan berada pada posisi yang paling tinggi. Hal tersebut dimanifestasikan dalam konsep keimanan seseorang dalam setiap tindak tanduknya sebagaimana ungkapan pepatah berikut ini : Hiduik Baraka mati bariman (Navis, 1996: 158). (Hidup mempergunakan akal mati berlandaskan Iman). Iman nan tak buliah ratak kamudi nan tak buliah patah padoman indak buliah tagelek haluan nan indak buliah barubah (Nasroen, 1971: 186). (Iman yang tidak boleh retak kemudi yang tidak boleh patah pedoman tidak boleh goyang haluan tidak boleh berubah). Pepatah ini menunjukkan realitas masyarakat yang mensinergikan peranan akal dan posisi keimanan dalam menjalankan kehidupan ini. Artinya, keimanan merupakan realitas metafisis tentang Tuhan, sedangkan akal merupakan realitas metafisis dari manusia dalam kehidupan duniawinya. Keimanan harus dijaga agar jangan sampai tergelincir, dan kemudi harus dijaga agar jangan sampai patah, karena keduanya menjadi pedoman dalam kehidupan bagi setiap orang. Konsep tentang Tuhan dalam pepatah adat Minangkabau juga terlihat jelas dari keyakinan terhadap adanya akhir kehidupan (kematian) dan pembalasan perbuatan manusia pada hari akhir, sebagaimana pepatah berikut ini : Mumbang jatuah karambia jatuah (Majolelo, 1981: 1999). (Putik kelapa jatuh kelapa jatuh). Pepatah di atas menjelaskan akan kepastian kematian bagi setiap makhluk hidup termasuk manusiatanpa mengenal usia, baik tua maupun muda, sebagaimana halnya mumbang (putik kelapa) pada kondisi tertentu dapat jatuh seperti halnya buah kelapa yang sudah tua. Pepatah ini sekaligus menjelaskan kepada manusia adanya kekuatan adikodrati yang mengatur kehidupan ini. Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang kuat memegang adat dan taat menjalankan agamanya. Pepatah Adat Minangkabau lainnya juga memperkuat Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana ungkapan pepatah-petitih berikut ini : Adaik basandi syarak,syarak basandi Kitabullah,Syarak mangato, adat mamakai, syarak balinduang adat bapaneh.

Dituruik parentah Allah Dapakai Kato Kabulatan Kok syarak lah taujudullah Kok adaik taambun jantan Indak dapek sarimbang padi Batuang dibalah ka parahu Indak dapek bakandak hati Kandak Tuhan nan balaku. Nan tuo dihormati, nan ketek dikasihi Samo gadang bao bakawan Ibu bapak labiah sakali (Hakimy, 1994: 187-190) Pesan yang terkandung : Bahwa antara Adat dan agama adalah dua hal yang sama penting bagi kehidupan masyarakat Minangkabau. Adat merupakan penjabaran sikap beragama. Pesan berikutnya, hormat menghormati dan bekerjasama antara sesama pemeluk agama, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah, dan tidak memaksakan agama dan kepercayannnya pada orang lain. 2. Pepatah Petitih adat Minangkabau yang mengkristal ke dalam Dasar kemanusiaan Yang Adil dan Beradab : Pepatah petitih adat Minangkabau menilai bahwa setiap individu memiliki ikatan yang kuat dalam sebuah sistem masyarakatnya, dan tujuan hidup manusia adalah tercapainya kebahagiaan melalui prinsip seseorang dengan bersama, dan bersama untuk seseorang. Artinya, bahwa setiap individu tersebut menunjukkan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak ada seorang individu pun yang tidak berfungsi, sesuai dengan kompetensinya masing-masing sebagaimana ungkapan pepatah berikut ini : Nan buto pahambuih lasuang nan pakak palapeh badia nan lumpuah pahuni rumah nan kuat pambao baban nan binguang ka disuruah-suruah nan cadiak lawan barundiang (Nasroen, 1971: 58) (Yang buta penghembus lesung (alat utk menghidupkan api dalam tungku) yang tuli pelepas bedil yang lumpuh penghuni rumah yang kuat pembawa beban yang bodoh untuk disuruhsuruh yang cerdik lawan berbicara) Ungkapan pepatah di atas menunjukkan bahwa setiap orang tetap bermanfaat dalam komunitasnya meskipun dalam fungsi yang berbeda-beda, sebagaimana keragaaman aktivitas yang dijalankan manusia dalam kehidupannya. Filsafat adat Minangkabau mempunyai dasar, cara, dan tujuan yang sama dalam mengelola keragaman fungsi dan potensi tersebut, yaitu sehina dan semalu. Kalau ada di antara individu dalam masyarakat tersebut yang mempunyai kelebihan, maka kelebihan itu mereka gunakan untuk kepentingan bersama dan mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat luas, sebagaimana yang diungkapkan dalam pepatah berikut ini : Kayu baringin di tangah padang nan bapucuak sabana bulek nan baurek sabanna tunggang daun rimbun tampek balinduang batang gadang tampek basanda urek kuek tampek baselo dahannyo tampek bagantuang nan tinggi tampak jauah dakek jolong basuo tampek balinduang kapanasan bakeh bataduah kahujanan (Hakimy, 1997: 159). (Kayu beringin di tengah padang yang berpucuk benar-benar bulat yang berakar benar-benar tunggang daun rimbun tempat berlindung batang besar tempat bersandar urat kuat tempat duduk bersila dahannya tempat bergantung yang tinggi kelihatan dari jauh dekat mula bertemu tempat berlindung ketika kepanasan untuk berteduh bila kehujanan). Kok gadang jan malendo kok cadiek jan manjua (Nasroen, 1971: 126).

(Kalau besar jangan menabrak kalau pintar jangan menipu). Pepatah di atas merupakan kiasan terhadap kelebihan yang dimiliki seseorang sehingga dijadikan pemimpin (penghulu) dalam komunitasnya. Seorang penghulu yang diibaratkan sebagai pohon rindang yang tumbuh di tengah padang luas, akan mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat yang dipimpinnya, jika mampu menerapkan prinsip seseorang dengan bersama dan bersama untuk seseorang dalam kepemimpinannya. Seorang pemimpin seharusnya mengayomi masyarakat yang dipimpinnya dan masyarakat mendapatkan perlindungan, bimbingan, dan arahan dari kewibawaan dan kearifan seorang pimpinan, ibarat pohon rindang yang dijadikan tempat berlindung dari panasnya sinar matahari di waktu siang dan tempat berteduh jika kehujanan. Sebaliknya seseorang yang memiliki kelebihan jangan semena-mena dalam bertindak, yang akan meresahkan orang lain atau masyarakat, ibarat orang yang pintar tetapi menjadikan kepintaran itu sebagai alat untuk menipu dan merugikan orang lain Pepatah adat Minangkabau lainnya menyebutkan : Duduak samo randah,Tagak samo tinggi, Nan bungkuak katangkai bajak, nan luruih katangkai sapu, Nan buto pahambuih lasuang, Nan pakak pamasang badia, Nan lumpuah panunggu rumah, Nan cadiak tampek batanyo, Nan pandai tampek baguru, Nan kayo tampek batenggang. Kahilia sarangkuah dayuang, ka mudiak saantak galah, tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum ambun, tarapung samo anyuik, tarandam samo basah. Kok sakik silau-menyilau Kok mati janguak manjanguak Kaba buruak bahamburan Kaba baik bahimbauan Rusuah bapujuak, jatuah bajawek Senteang babilai, kurang batukuak Lamah batueh, anyuik bapintehi Luluih basalami, hilang bacari. Satapak tak namuah lalu Salangkah tak namuah suruik Di mato tak dipiciangkan Diparuik tak dikampihkan Di dado tak dibusuangkan Nan bana barasak tidak . ( Hakimi, 1994:190192) Pesan yang terkandung dalam pepatah petitih di atas adalah : sikap untuk mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban. Saling mencintai sesama, bersikap tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar melaksanakan kegiatan kemanusiaan serta berani membela kebenaran. Sebagai bagian dari bangsa-bangsa dunia, bangsa Indonesia siap bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain. 3. Pepatah Petitih Adat Minangkabau yang mengkristal ke dalam Dasar Persatuan Indonesia Perilaku dan tindakan manusia di dalam ungkapan pepatah petitih adat Minangkabau merupakan pencerminan seseorang terhadap pemahaman nilai-nilai persatuan dan kebersamaan dalam hidup. Ungkapan pepatah adat menyatakan bahwa :

Batingkek naik batanggo turun badunsanak mamaga dunsanak bakampuang mamaga kampuang banagari mamaga nagari babangso mamaga bangso (Nasroen, 1971: 51). (Bertingkat naik bertangga turun bersaudara memagar saudara berkampung memagar kampung bernegara memagar Negara berbangsa memagar bangsa) Ungkapan adat di atas mengandung pengertian bahwa setiap orang, selain memperhatikan seluruh kepentingan pribadi, juga memperhatikan seluruh kepentingan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Prinsip harmoni kehidupan dalam ungkapan pepatah petitih adat Minangkabau sangat diperhatikan baik dalam hubungan antar individu, kehidupan bertetangga, kehidupan bernagari, dan kehidupan berbangsa. Melalui konsep harmoni tersebut, kehidupan individu seseorang senantiasa dalam bingkai kehidupan sosialnya dalam masyarakat, sehingga seorang manusia individu harus menjaga (mamaga) tatanan nilai sosial masyarakat di manapun dia berada. Keberadaan seseorang sebagai individu selalu diperhitungkan dalam setiap keadaan, tidak ada yang lebih tinggi satu dengan yang lainnya. Martabat diri seseorang merupakan kesatuan dalam pergaulan hidup di tengah masyarakatnya. Ungkapan pepatah adat sakabek bak siriah, sarumpun bak sarai (seikat seperti sirih, serumpun seperti serai) merupakan wujud dari penghargaan setiap pribadi dalam satu kesatuan kehidupan masyarakat. Sakabek arek sabuhua mati, Saciok bak ayam, sadanciang bak basi. Ka lurah samo manurun, Ka Bukik samo mandaki, Barek samo dipikua, Ringan samo dijinjiang. Hujan batu di nagari awak, hujan ameh di nagari urang, namun kampuang takana juo. Basilang tombak dalam parang Sabalum aja bapantang mati, Baribu sabab mandating Namun mati hanyo sakali. (Hakimi, 1994: 192-93) Pesan yang terkandung dalam ungkapan pepatah petitih di atas adalah agar setiap warga menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Cinta tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara. Bangga sebagai banagsa Indonesia

4. Pepatah Petitih Adat Minangkabau yang mengkristal ke dalam Dasar Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan Salah satu pola pikir yang secara konsisten masih lekat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau adalah proses pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat. Musyawarah sebagai bentuk dialektika masyarakat, memiliki syarat dan ketentuan-ketentuan yang dijalankan oleh masyarakat hingga hari ini, yaitu harus berdasarkan persetujuan bersama melalui permusyawaratan menurut alur dan patut. Kata mufakat ini menempati kedudukan yang kuat dalam adat, karena kebenarannya didasarkan atas persetujuan dan

kesepakatan bersama, sebagaimana kekuatan kata pusaka yang didasarkan pada kenyataan dalam alam nyata. Kesepakatan dapat dicapai setelah dirundingkan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa mufakat merupakan dasar pengambilan keputusan dalam segala bidang kehidupan, sebagaimana pepatah adat yang berbunyi : Elok kato jo mupakaik buruak kato dilua mupakaik (Navis, 1996: 120). (Baik kata dalam mufakatburuk kata di luar mufakat) Maksud dari pepatah di atas adalah bahwa kata yang dihasilkan oleh mufakat adalah kata yang terjamin kebenarannya dan itulah kata yang baik, sedangkan kata yang dihasilkan bukan oleh suatu mufakat adalah kata yang tidak baik. Ungkapan pepatah lainnya yang menjadi landasan berfikir masyarakat dalam bermusyawarah adalah sebagai berikut : Bulek aie dek pambuluah bulek kato dek mupakat aie batitisan batuang bana batitisan urang (Nasroen, 1971: 52). (Bulat air oleh pembuluh bulat kata oleh muafakat air titisan betung benar titisan orang). Bulek alah buliah diguliangkan pipiah alah buliah dilayangkan data balantai papan licin balantai kulik (Hakimy, 1988: 79). (Bulat telah boleh digulingkan pipih telah boleh dilayangkan rata berlantai papan licin berdinding kulit). Kedua ungkapan pepatah di atas menjadi prinsip-prinsip utama dalam pengambilan keputusan di Minangkabau baik dalam situasi sengketa maupun non-sengketa. Pepatah pertama mensyaratkan pengambilan keputusan harus melalui proses musyawarah mufakat. Pepatah yang pertama, menggunakan kata kiasan pada air, dimana air yang bulat hanya terdapat dalam pembuluh (bambu yang bulat tempat lewat dan mengalirnya air) dan kata yang bulat hanya terdapat dalam mufakat, sehingga apapun yang akan dilakukan harus ditempuh secara mufakat. Keputusan menjadi benar apabila sakato atau mufakat telah dicapai oleh semua pihak yang terlibat. Ungkapan musyawarah untuk mufakat dianggap sebagai dasar dari bentuk khas demokrasi di Indonesia (Bechmann, 2000: 1-2). Pepatah kedua merupakan penjelasan lebih lanjut dari adanya mufakat bulat sebagaimana yang dijelaskan dalam pepatah yang pertama, bahwa adat Minangkabau mengakui mufakat yang didukung oleh seluruh anggota, bukan mufakat atas dasar suara terbanyak. Mufakat yang didalamnya masih terdapat suara yang tidak senang, disebut bulat berbongkol dan tipis bersegi. Bulat berbongkol tidak akan dapat digulingkan dan tipis bersegi tidak akan dapat dilayangkan. Bulat baru dapat digulingkan, apabila tidak ada sanding atau bongkolnya dan lantai tempat menggulingkannya harus rata (Syarifuddin, 1982: 283). Pepatah adat Minangkabau juga mengungkapkan beberapa nilai-nilai musyawarah berikut ini : Lamak kato dilega bumi, Lamak siriah dilega carano, Nan bana kato saiyo, Nan rajo kato mufakat.

Pandang jauah dilayangkan Pandang dakek ditukiakkan Nak tampak ujuik jo mukasuik Saukua mangko manjadi Sasuai mangko takanak Nan bana kato saiyo Nan rajo kato mufakaik Kato surang dibuleki Kato basamo dipaikan Tuah kato mufakaik Cilako kato basilang Elok kato dalam mufakaik Buruak kato dilua mufakaik Lah digiliang bulek-bulek Lah ditapiak picak-picak Bulek aia ka pambuluah Bulek kato ka mufakaik (Hakimi, 1994: 193-195) Pesan yang terkandung dari pepatah di atas adalah : agar setiap orang mengutammakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan, tidak memaksakan kehendak pada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, bertenggang rasa, Tidak memaksakan kehendak pada orang lain. Ikut bertanggungh jawab atas keputusan bersama. 5. Pepatah Petitih Adat Minangkabau yang mengkristal ke dalam Dasar Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, antara lain : Barek samo dipikue, ringan samo dijinjiang, nan lamak samo ditueh, nan condong samo ditungkek, nan rusuah samo dipujuak, nan senteang samo dibilai Mandapek samo balabo, Kahilangan samo marugi, Samo bapokokbabalanjo Samo bajariah bausaho Nan babarih nan bapahek Nan saukua nan bakabuang Curiang barih buliah diliek Cupak papek gantang babubuang Jan mangguntiang dalam lipatan Panuhuak kawan sairiang Manahan jarek dipintu Mamapeh dalam balango Malabihi ancak-ancak, Mangurangi sio-sio Bayang-bayang sapanjang badan Jan tinggi duduak dari tagak Usah gadang pasak dari tiang Jan gadang singguluang dari badan (Hakimi, 1994: 195-198) Pesan yang terkandung : Solidaritas sosial atau kesetia kawanan sosial, mengembangkan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan, menghormati hak-hak orang lain, bersikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, siap memberikan pertolongan pada orang lain, tidak bergaya hidup mewah dan suka bekerja keras.

UU No 2 Th 1989 pasal 39 ayat 2 (1) Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri, Menteri lain atau pimpinan lembaga Pemerintah lain setelah mendapat pertimbangan senat universitas/institut yang bersangkutan. Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara universitas/institut yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan senat universitas/institut. Apabila rektor universitas/institut yang diangkat tidak memenuhi persyaratan dan/atau proses pengangkatan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, Menteri bisa meminta badan penyelenggara universitas/institut untuk mengulang proses pengangkatan. Pimpinan dan anggota badan penyelenggara universitas/institut yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak dibenarkan menjadi pimpinan universitas/institut yang bersangkutan. Pembantu Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan senat universitas/institut . Pembantu Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan senat universitas/institut dan pertimbangan badan penyelenggara universitas/institut.

(2)

(3)

(4) (5) (6)

SK Mendiknas RI No 232/U/2000 Bahwa kelompok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam Kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Prndidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Uu no 20 th 2003
a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; c. bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan; d. bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

You might also like