You are on page 1of 6

I.

Mekanisme Kerja Ginjal Berdasarkan Tahapan Filtrasi, Reabsorpsi Dan


Sekresi.
By. DIDI RASIDIN, S.Kep

I.1 Anatomi Fungsional Ginjal


Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Nefron tersebut terdiri
dari struktur vaskuler yaitu glomerlurus dan struktur non vaskuler yaitu capsula
bowman, tubulus proximal, ansa henle pars desendens dan pars asendens, tubulus
distal, dan duktus koligentes. Tiap ginjal mengandung 1,3 juta nefron.
Gambar 1.1 Anatomi Ginjal, Saluran Kencing, Dan Nefron

I.2 Filtrasi Glomerulus


Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya
menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen
relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga
keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus
akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus
distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar
berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane
basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas
membarana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan
permiabilitas kapiler pada jaringan lain.

Gambar 1.2 Membran Glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur


dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak
disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat
dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang
terdapat dalam cairan plasma.
1.2.1 Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wnita
lebih rendah dibandingkan pada pria. Factor-faktor yang mempengaruhi
besarnya GFR antara lain ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler,
tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar
lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya
berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada capsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotic koloid plasma 25 mmHG
Ketiga factor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin
tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan
sebaliknya semakin tinggi tekanan pada capsula bowman. serta tekanan
osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang
terjadi pada glomerulus.

1.2.2 Komposisi Filtrat Glomerulus


Dalam cairan filtrate tidak ditemukan erytrocit, sedikit mengandung protein
(1/200 protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama
dengan yang terdapat dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian
komposisi cairan filtrate glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali
jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate tersebut direabsorpsi
kembali ke dalam tubulus ginjal.
1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut:
a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin
tinggi laju filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid
plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan
capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b. Aliran dara ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulussemakin
meningkat laju filtrasi.
c. Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol
aferen akan menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun.
Keadaan ini akan menyebabakan laju filtrasi glomerulus menurun
begitupun sebaliknya.
d. Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen
akan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun
sebaliknya.
e. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan
sedang akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.
f. Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui
autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
arteriol aferen sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus.

1.3 Reabsorpsi Dan Sekresi Dalam Tubulus


Hampir 99% dari cairan filtrate direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang
terlarut didalam cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang
terlarut dapat direabsorpsi dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino.
Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulus melalui dua cara yaitu:
a. Transfort aktif
Zat-zat yang mengalami transfort aktif pada tubulus proksimal yaitu ion
Na+, K+, PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion
khususnya ion Na+, melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler
peritubuler disebabkan perbedaan ptensial listrik didalam ep-itel tubulus
(-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan electrochemical gradient
ini membentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan konsentrasi
ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses
difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas
sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini
dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang memperluas
permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan dapat
berlangsung terus-menerus.
b. Transfor pasif
Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang
ada pada lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat
yang terlarut dalam cairan filtrate dan perbedaan muatan listrikpada
dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif, misalnya ureum,
sedangkan air keluar dari lumen tubulusmelalui prosese osmosis.
Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan
diluar lumen tubulus menyebabkan terjadinya proses dipusi ion Na+ dari lumen
tubulus kedalam sel epitel tubulus dan selanjutnya menuju kedalam sel
peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan ion Na+ diikuti pula terbawanya ion
Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorsi ini ditentukan pula
oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus.
Untuk menjelaska proses diatas dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini:
Gambar 1.3 Proses Reabsorpsi Dan Sekresi Pada Tubulus

Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif.
Sekresi aktif merupakan kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi
sekresi dari kapiler peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui
proses difusi. Ion NH3- yang disintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk
kedalam lumen tubulus melalui proses difusi. Dengan masuknya ion NH3-
kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat keasaman cairan
tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen
tubulus berbeda-beda.

You might also like