You are on page 1of 2

Autis Bukan Penyakit Autis, yang saya tahu itu...

Sebenarnya kita sangat akrab dengan kata-kata autis, bahkan untuk beberapa waktu dahulu autis adalah julukan untuk lucu-lucuan antar teman. Dan dulu, saya juga pernah melakukan itu. Maklum sulit membedakan mana yang baik dan mana yang terlihat gaul. Hehe Sampai suatu hari, saat itu kelas dua SMA, tepatnya saat mengerjakan tugas presentasi bahasa Indonesia, materinya saya lupa. Intinya kami disuruh membuat penelitian temanya sih bebas, jadi kami sekelompok memilih Autis sebagai bahasan kami, itupun sebelum kami memutuskan untuk mengganti tema. Dari pengalaman singkat itu, saya menyadari jika autis itu bukan sesuatu yang lucu, bukan julukan kehormatan dan bukan juga julukkan ejekan. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Autis sejauh ini memang belum bisa disembuhkan tetapi ada jalan lain, terapi. Berbagai terapi terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup individu autistik. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, pendidikan khusus, penanganan medikasi dan biomedis, diet khusus. Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba juga sudah tersedia di beberapa kota besar. Satu hal lagi yang perlu diingat adalah autis adalah gangguan perkembangan bukan penyakit. Terapi yang dilakukan bukan untuk membuat autisik menjadi sembuh -karena dari awal bukan penyakit-, terapi ini ditatalaksanakan agar autisitik dapat berbaur dengan lingkungan dan masyarakat luas dan pada akhirnya dapat beradaptasi dengan berbagai situasi. Berdasarkan cerita teman saya yang memiliki keponakan seorang austitik, keponakannya itu takut sekali bertemu dengan orang baru, agresif dan kesulitan bicara. Jadi segala terapi yang ada ditujukkan agar austitik dapat mandiri suatu saat nanti, meskipun gejala-gejala autisnya masih seringkali muncul. Oleh sebab itu saatnya kita harus merangkul austitik satu planet biru ini, saudara satu spesies yaitu Homo sapiens sapiens untuk saling peduli, mengasihi dan mencintainya. Jangan sampai kalah kepedulian pada mereka dengan mencit dan tikus di animal house. Mungkin satu hal yang sangat sangat kecil adalah berhenti menggunakan kata autis sebagi lucu-lucuan. Ayo sayangi mereka. Jadi, di hari Autis se-Dunia yang saya tahu itu tentang belajar saling menyayangi mereka .

You might also like