You are on page 1of 10

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI DASAR KONSTRUKTIVISTIK


Digunakan untuk memenuhi tugas Matakuliah Belajar dan Pembelajaran

yang dibina oleh Bapak Kentar Budadja.

Disusun oleh: Kelompok 6 1. 2. 3. Sita Erry Vrintiana Layli Hidayah Arni Gemilang H (207151453640) (207151453671) (207151453688)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Program Studi S1 PGSD Oktober 2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah - Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Konstruktivistik untuk memenuhi tugas Matakuliah Belajar dan Pembelajaran semester lima. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini, tim penulis harap agar para pembaca dapat mengenal dan mengetahui. Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam menyelesaikan tugas ini, antara lain : 1. Bapak Kentar Budadja selaku dosen Matakuliah Belajar dan Pembelajaran. 2. Orang tua karena berkat restu dan dorongannya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. 3. Teman-teman kelas I yang telah membantu pada saat penulis mengalami kesulitan. 4. Berbagai media yang telah memberikan informasi yang akurat. Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu tim penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat tim penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Malang, Oktober 2009

Tim Penulis

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Belajar dirasakan penting oleh manusia dalam kehidupannya. Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menentukan tujuan, metode, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses pembelajaran. Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat pernyatanan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut: Mengingat pelaksanaan Pembelajaran adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Kemudian, pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: . Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Sehingga perencanaan pembelajaran adalah sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik. Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar itu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik. Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian,mencoba merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia. mulai dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut. Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan manusia. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progesifismejohn dewey. Yang intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Selain itu, ada sebuah teori baru lagi yang melatar belakangi teori Konstruktivisme.yaitu teori kognitif, siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam

segala kegiatan dikelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi. Berpijak dari dua pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnay pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. 1.2 Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang diatas maka dtemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Apakah pengertian konstruktivistik? Apa sajakah ciri-ciri pembelajaran konstrutivistik? Apa sajakah prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivistik? Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran konstruktivistik? Bagaimanakah proses belajar menurut konstruktivistik?

1.3Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. Memahami pengertian pembelajaran konstruktivistik. Mengetahui ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivistik. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran konstruktivistik. Memahami proses belajar menurut konstrutivistik.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSTRUKTIVISTIK Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.Sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas oranglain Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan

antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima 2.2 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SECARA KONSTRUKTIVISME 1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar 2. Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran 3. Mendukung pembelajaran secara koperatif dengan menghargai sikap dan pembawaan murid 4. Menggalakkan & menerima daya usaha yang dilakukan oleh siswa 5. Menggalakkan siswa bertanya dan berdialog dengan sesama siswa dan guru 6. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran 7. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen. 2.3 PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah : 1.Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri 2.Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar 3.Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah 4.Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancer 5.Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa 6.Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan 7. mencari dan menilai pendapat siswa 8.Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

2.4 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI KONSTRUTIVISME

a. Kelebihan Berfikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan. Faham :karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan dapat mengapliksikannya dalam semua situasi. Ingat :karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membangun sendiri kefahaman mereka. Mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. Sosialisasi:Kepandaian diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru. Senang :karena mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan berasa senang belajar dalam membina pengetahuan baru. b.Kelemahan Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung pembelajaran konstruktivistik E. PROSES BELAJAR MENURUT KONSTRUKVISTIK Pada bagian ini akan dibahas proses belajar dari pandangan kontruktifistik dan dari aspek-aspek siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. 1.Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang didapat 2.Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri. 3.Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. 4.Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

5.Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Adapun Model Pengajaran Konstruktivisme Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne) Guru lebih tanggap kepada ide dan persoalan pelajar. Guru menyediakan aktivitas yang memfokuskan kapada ide dan persoalan oleh guru Guru menyediakan aktivitas yang menuntut pelajar membuat penyiasatan. guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar kepada pelajar. Pelajar membuat tugas dalam kelompok kecil. Pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan guru.guru hanya berperan sebagai fasilitator

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pembelajaran dengan menggunakan konstrutivistik dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, dapat meningkatkan sosialisasi siswa,dapat mematangkan cara berfikir siswa.

3.2 Saran Sebaiknya guru mengaplikasikan teori konstruktivistik untuk pengembangan proses pembelajaran dan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

BAB IV DAFTAR RUJUKAN Arrosailtep//http.www.freewebs.com/arrosailtep/makalah/Konstruktivisme(Online: 13 Oktober 2009)

You might also like