1. Dokumen tersebut membahas tentang viskositas, yaitu ukuran kekentalan suatu fluida. Viskositas merupakan gaya gesekan internal antara molekul yang membentuk suatu fluida.
2. Koefisien viskositas digunakan untuk menunjukkan tingkat kekentalan suatu fluida. Koefisien viskositas dipengaruhi oleh suhu dan jenis fluida. Semakin tinggi suhu, semakin rendah koefisien viskositasnya.
3
1. Dokumen tersebut membahas tentang viskositas, yaitu ukuran kekentalan suatu fluida. Viskositas merupakan gaya gesekan internal antara molekul yang membentuk suatu fluida.
2. Koefisien viskositas digunakan untuk menunjukkan tingkat kekentalan suatu fluida. Koefisien viskositas dipengaruhi oleh suhu dan jenis fluida. Semakin tinggi suhu, semakin rendah koefisien viskositasnya.
3
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
1. Dokumen tersebut membahas tentang viskositas, yaitu ukuran kekentalan suatu fluida. Viskositas merupakan gaya gesekan internal antara molekul yang membentuk suatu fluida.
2. Koefisien viskositas digunakan untuk menunjukkan tingkat kekentalan suatu fluida. Koefisien viskositas dipengaruhi oleh suhu dan jenis fluida. Semakin tinggi suhu, semakin rendah koefisien viskositasnya.
3
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Pengantar Pernah lihat minyak pelumas-kah ? oli motor yang cowok pasti tahu, soalnya tiap hari kebut2an di jalan. He2. Coba bandingkan oli dengan air. Manakah yang lebih kental ? Ah, gurumuda ini. Cuma gitu kok nanya oli lebih kental dunk. Ich, pinter sekarang giliran cewe. Kalau yang cewe khan dekat dengan ibu, jadi pasti tahu minyak goreng. Wah, kalau anak mami, pasti cuma bisa rebus mi sedap piss. Mana yang lebih cair, minyak goreng lebih kental atau es teh ? es teh-lah anak sd juga bisa jawab. Ich, pinter2 ya, pelajar jaman sekarang Hehe btw, pada kesempatan ini kita akan mempelajari kekentalan suatu fluida, baik zat gas maupun zat cair. Istilah kerennya viskositas. Viskositas = ukuran kekentalan fluida. Met belajar ya semoga tiba dengan selamat di tempat tujuan Konsep Viskositas Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pernah lihat air khan ? air apa dulu gurumuda air sumur, air leding, air minum, air tawar, air putih he2 ini mah jenisnya sama, cuma nama panggilannya berbeda maksud gurumuda adalah zat cair yang jenisnya berbeda misalnya sirup dan air. Sirup biasanya lebih kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli, darah, dkk. Tambahin sendiri Tingkat kekentalan setiap zat cair tersebut berbeda-beda. Btw, pada umumnya, zat cair tuh lebih kental dari zat gas. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida (fluida tuh zat yang dapat mengalir, dalam hal ini zat cair dan zat gas jangan pake lupa ya). Istilah gaulnya, viskositas tuh gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek- menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Dirimu bisa membuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut. Oya, perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dkk. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam 2
pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana alias tidak beribet. Ok, kembali ke laptop. Koofisien Viskositas Viskositas fluida dilambangkan dengan simbol (baca : eta). Ini hurufnya orang yunani. Hurufnya orang yunani aneh2, kakinya sebelah panjang, sebelahnya pendek = koofisien viskositas. Jadi tingkat kekentalan suatu fluida dinyatakan oleh koofisien viskositas fluida tersebut. Secara matematis, koofisien viskositas bisa dinyatakan dengan persamaan. Sekarang, siapkan amunisi secukupnya kita akan menurunkan persamaan si koofisien viskositas. Untuk membantu menurunkan persamaan, kita meninjau gerakan suatu lapisan tipis fluida yang ditempatkan di antara dua pelat sejajar. Ok, tancap gas Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan
Lapisan fluida tipis ditempatkan di antara 2 pelat. Gurumuda sengaja memberi warna biru pada lapisan fluida yang berada di bagian tengah, biar dirimu mudah paham dengan penjelasan gurumuda. Masih ingat si kohesi dan adhesi tidak ? kohesi tuh gaya tarik menarik antara molekul sejenis, sedangkan si adhesi tuh gaya tarik menarik antara molekul yang tak sejenis. Gaya adhesi bekerja antara pelat dan lapisan fluida yang nempel dengan pelat (molekul fluida dan molekul pelat saling tarik menarik). Sedangkan gaya kohesi bekerja di antara selaput fluida (molekul fluida saling tarik menarik). Mula-mula pelat dan lapisan fluida diam (gambar 1). Setelah itu pelat yang ada di sebelah atas ditarik ke kanan (gambar 2). Pelat yang ada di sebelah bawah tidak ditarik (pelat sebelah bawah diam). Besar gaya tarik diatur sedemikian rupa sehingga pelat yang ada di sebelah atas bergeser ke kanan dengan laju tetap (v tetap). Karena ada gaya adhesi yang bekerja antara pinggir pelat dengan bagian fluida yang nempel dengan pelat, maka fluida yang ada di 3
sebelah bawah pelat juga ikut2an bergeser ke kanan. Karena ada gaya kohesi antara molekul fluida, maka si fluida yang bergeser ke kanan tadi narik temannya yang ada di sebelah bawah. Temannya yang ada di sebelah bawah juga ikut2an bergeser ke kanan. Temannya tadi narik lagi temannya yang ada di sebelah bawah. begitu seterusnya Ingat ya, pelat yang ada di sebelah bawah diam. Karena si pelat diam, maka bagian fluida yang nempel dengan pelat tersebut juga ikut2an diam (ada gaya adhesi.. jangan pake lupa). Si fluida yang nempel dengan pelat nahan temannya yang ada di sebelah atas. Temannya yang ada di sebelah atas juga nahan temannya yang ada di sebelah atas demikian seterusnya. Karena bagian fluida yang berada di sebelah atas menarik temannya yang berada di sebelah bawah untuk bergeser ke kanan, sebaliknya bagian fluida yang ada di sebelah bawah menahan temannya yang ada di sebelah atas, maka laju fluida tersebut bervariasi. Bagian fluida yang berada di sebelah atas bergerak dengan laju (v) yang lebih besar, temannya yang berada di sebelah bawah bergerak dengan v yang lebih kecil, demikian seterusnya. Jadi makin ke bawah v makin kecil. Dengan kata lain, kecepatan lapisan fluida mengalami perubahan secara teratur dari atas ke bawah sejauh l (lihat gambar 2) Perubahan kecepatan lapisan fluida (v) dibagi jarak terjadinya perubahan (l) = v / l. v / l dikenal dengan julukan gradien kecepatan. Nah, pelat yang berada di sebelah atas bisa bergerak karena ada gaya tarik (F). Untuk fluida tertentu, besarnya Gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus dengan luas fluida yang nempel dengan pelat (A), laju fluida (v) dan berbanding terbalik dengan jarak l. Secara matematis, bisa ditulis sebagai berikut : Sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan bahwa Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, sebaliknya fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koofisien viskositas. Nah, jika fluida makin kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam hal ini, gaya tarik berbanding lurus dengan koofisien kekentalan. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
Keterangan : 4
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm 2
= poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh). 1 poise = 1 dyn . s/cm 2 = 10 -1 N.s/m 2
Fluida Temperatur ( o C) Koofisien Viskositas Air 0 1,8 x 10 -3
20 1,0 x 10 -3
60 0,65 x 10 -3
100 0,3 x 10 -3
Darah (keseluruhan) 37 4,0 x 10 -3
Plasma Darah 37 1,5 x 10 -3
Ethyl alkohol 20 1,2 x 10 -3
Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10 -3
Gliserin 0 10.000 x 10 -3
20 1500 x 10 -3
60 81 x 10 -3
Udara 20 0,018 x 10 -3
Hidrogen 0 0,009 x 10 -3
Uap air 100 0,013 x 10 -3
Persamaan Poiseuille Sebelumnya kita sudah mempelajari konsep2 viskositas dan menurunkan persamaan koofisien viskositas. Pada kesempatan ini akan berkenalan dengan persamaan Poiseuille. Disebut persamaan Poiseuille, karena persamaan ini ditemukan oleh almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (1799-1869). Seperti yang sudah gurumuda jelaskan di awal tulisan ini, setiap fluida bisa kita anggap sebagai fluida ideal. Fluida ideal tidak mempunyai viskositas alias kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu fluida ideal mengalir dalam sebuah pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju (v) yang sama. Berbeda dengan fluida ideal, fluida riil alias fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari mempunyai viskositas. Karena mempunyai viskositas, maka ketika mengalir dalam sebuah pipa, misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-beda. Lapisan fluida yang berada tengah-tengah bergerak lebih cepat (v besar), sebaliknya lapisan fluida yang nempel dengan pipa tidak bergerak alias diam (v = 0). Jadi 5
dari tengah ke pinggir pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju yang berbeda- beda. Untuk memudahkan pemahamanmu, amati gambar di bawah.
Keterangan : R = jari-jari pipa/tabung v 1 = laju aliran fluida yang berada di tengah/sumbu tabung v 2 = laju aliran fluida yang berjarak r 2 dari pinggir tabung v 3 = laju aliran fluida yang berjarak r 3 dari pinggir tabung v 4 = laju aliran fluida yang berjarak r 4 dari pinggir tabung r = jarak Gambar ini cuma ilustrasi saja. Oya, lupa laju setiap bagian fluida berbeda-beda karena adanya kohesi dan adhesi (mirip seperti penjelasan sebelumnya, ketika kita menurunkan persamaan koofisien viskositas). Si viskositas bikin fluida sebel Fluida terseok-seok dalam pipa (tabung). Hehe. Agar laju aliran setiap bagian fluida sama, maka perlu ada perbedaan tekanan pada kedua ujung pipa atau tabung apapun yang dilalui fluida. Yang dimaksudkan dengan fluida di sini adalah fluida riil/nyata, jangan lupa ya. Contohnya air atau minyak yang ngalir melalui pipa, darah yang mengalir dalam pembuluh darah dkk Selain membantu suatu fluida riil mengalir dengan lancar, perbedaan tekanan juga bisa membuat si sluida bisa mengalir pada pipa yang ketinggiannya berbeda. 6
Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, mantan ilmuwan perancis yang tertarik pada aspek-aspek fisika dari peredaraan darah manusia, melakukan penelitian untuk menyelidiki bagiamana faktor-faktor, seperti perbedaan tekanan, luas penampang tabung dan ukuran tabung mempengaruhi laju fluida riil. (sstt.. pembuluh darah kita juga bentuknya mirip pipa, cuma ukurannya kecil sekali). Hasil yang diperoleh Almahrum Jean Louis Marie Poiseuille, dikenal dengan julukan persamaan Poiseuille. Sekarang mari kita oprek persamaan almahrum Poiseuille. Persamaan Poiseuille ini bisa kita turunkan menggunakan bantuan persamaan koofisien viskositas yang telah kita turunkan sebelumnya. Kita gunakan persamaan viskositas karena kasusnya mirip walau tak sama. Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena adanya gaya tarik (F). Bedanya, persamaan Poiseuille yang akan kita turunkan sebenarnya menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran fluida riil dalam pipa/tabung dan fluida mengalir akibat adanya perbedaan tekanan. Karenanya, persamaan koofisien viskositas perlu dioprek dan disesuaikan lagi. Kita tulis persamaannya dulu ya Karena fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan (fluida mengalir dari tempat yang tekanannya tinggi ke tempat yang tekanannya rendah), maka F kita ganti dengan p 1 -p 2 (p 1 > p 2 ). Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar. Setiap bagian fluida tersebut mengalami perubahan kecepatan teratur sejauh l. Untuk kasus ini, laju aliran fluida mengalami perubahan secara teratur dari sumbu tabung sampai ke tepi tabung. Fluida yang berada di sumbu tabung mengalir dengan laju (v) yang lebih besar. Semakin ke pinggir, laju fluida semakin kecil. Jari-jari tabung = jarak antara sumbu tabung dengan tepi tabung = R. Jarak antara setiap bagian fluida dengan tepi tabung = r. Karena jumlah setiap bagian fluida itu sangat banyak dan jaraknya dari tepi tabung juga berbeda-beda, maka kita cukup menulis seperti ini : v 1 = laju fluida yang berada pada jarak r 1 dari tepi tabung (r 1 = R) v 2 = laju fluida yang berada pada jarak r 2 dari tepi tabung (r 2 < r 1 ) v 3 = laju fluida yang berada pada jarak r 3 dari tepi tabung (r 3 < r 2 < r 1 ) v 4 = laju fluida yang berada pada jarak r 4 dari tepi tabung (r 4 <r 3 < r 2 < r 1 ) .. v n = laju fluida yang berada pada jarak r n dari tepi tabung (r n < < r 4 < r 3 < r 2 < r 1 ) Jumlah setiap bagian fluida sangat banyak dan kita juga tidak tahu secara pasti berapa jumlahnya yang sebenarnya, maka cukup ditulis dengan simbol n. Setiap bagian fluida 7
mengalami perubahan laju (v) secara teratur, dari sumbu tabung (r 1 = R) sampai tepi tabung (r n ). Dari sumbu tabung (r 1 = R) ke tepi tabung (r n ), laju setiap bagian fluida makin kecil (v 1 > v 2 > v 3 > v 4 > . > v n ). Cara praktis untuk menentukan jarak terjadinya perubahan laju aliran fluida riil dalam tabung adalah menggunakan kalkulus. Tapi kalau pakai kalkulus malah gak nyambung alias beribet.. Dari penjelasan di atas, kita bisa punya gambaran bahwa dari R ke r n , laju fluida semakin kecil. Ingat ya, panjang pipa = L. Jika dioprek dengan kalkulus, akan diperoleh persamaan : Wuh, bahasa apa ini. he2. Ini adalah persamaan laju aliran fluida pada jarak r dari pipa yang berjari-jari R. Kalau bingung sambil lihat gambar di atas. Perlu diketahui bahwa fluida mengalir dalam pipa alias tabung, sehingga kita perlu meninjau laju aliran volume fluida tersebut. Cara praktis untuk menghitung laju aliran volume fluida juga menggunakan kalkulus. Gurumuda jelaskan pengantarnya saja Di dalam tabung ada fluida. Misalnya kita membagi fluida menjadi potongan-potongan yang sangat kecil, di mana setiap potongan tersebut mempunyai satuan luas dA, berjarak dr dari sumbu tabung dan mempunyai laju aliran v. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut : dA 1 = potongan fluida 1, yang berjarak dr 1 dari sumbu tabung dA 2 = potongan fluida 2, yang berjarak dr 2 dari sumbu tabung dA 3 = potongan fluida 3, yang berjarak dr 3 dari sumbu tabung . dA n = potongan fluida n, yang berjarak dr n dari sumbu tabung Potongan2 fluida sangat banyak, sehingga cukup ditulis dengan simbol n saja, biar lebih praktis (n = terakhir). Laju aliran volume setiap potongan fluida tersebut, secara matematis bisa ditulis sebagai berikut : 8
Setiap potongan fluida tersebut berada pada jarak r = 0 sampai r = R (R = jari-jari tabung). Dengan kata lain, jarak setiap potongan fluida tersebut berbeda-beda jika diukur dari sumbu tabung. Jika kita oprek dengan kalkulus (diintegralkan), maka akan diperoleh persamaan laju aliran volume fluida dalam tabung :
Keterangan :
Berdasarkan persamaan Poiseuille di atas, tampak bahwa laju aliran volume fluida alias debit (Q) sebanding dengan pangkat empat jari-jari tabung (R 4 ), gradien tekanan (p 2 -p 1 /L) dan berbanding terbalik dengan viskositas. Jika jari-jari tabung ditambahkan (koofisien viskositas dan gradien tekanan tetap), maka laju aliran fluida meningkat sebesar faktor 16. Kalau dirimu mau kuliah di bagian teknik perledingan atau teknik pertubuhan, pahami persamaan almahrum Poiseuille ini dengan baik. Konsep dasar perancangan pipa, jarum suntik dkk menggunakan persamaan ini. Debit fluida sebanding dengan R 4 (R = jari-jari tabung). Karenanya, jari-jari jarum suntik atau jari-jari pipa perlu diperhitungkan secara saksama. Misalnya, jika kita menggandakan jari-jari dalam jarum (r x 2), maka debit cairan yang nyemprot = menaikan gaya tekan ibu jari sebesar 16 kali. Salah hitung bisa overdosis he2.. 9
Persamaan almahrum Poiseuille juga menunjukkan bahwa pangkat empat jari-jari (r 4 ), berbanding terbalik dengan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa. Misalnya mula-mula darah mengalir dalam pembuluh darah yang mempunyai jari-jari dalam sebesar r. Kalau terdapat penyempitan pembuluh darah (misalnya r/2 = jari-jari dalam pembuluh darah berkurang 2 kali), maka diperlukan perbedaan tekanan sebesar 16 kali untuk membuat darah mengalir seperti semula (biar debit alias laju aliran volume darah tetap). Coba bayangkan apa jantung gak copot gitu, kalau harus kerja keras untuk memompa biar darahnya bisa ngalir dengan debit yang sama makanya kalau orang yang mengalami penyempitan pembuluh darah bisa kena tekanan darah tinggi, bahkan stroke karena jantung dipaksa untuk memompa lebih keras. Demikian juga orang yang gemuk, punya banyak kolesterol yang mempersempit pembuluh darah. Pembuluh darah nyempit dikit aja, jantung harus lembur mending langsing saja, biar pembuluh darah normal, jantung pun ikut2an senang. Kalau si jantung gak lembur khan dirimu ikut2an senang, pacaran jalan terus he2. About these ads . http://zhuldyn.wordpress.com/2010/11/07/viskositas-zat-cair/ VISKOSITAS ZAT CAIR
DASAR TEORI Konsep Viskositas Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Yang dimaksud dengan fluida adalah gaya gesekan internal fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair Viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesil (gaya tarik menarik antara molekul sejenis) sedangkan dalam zat gas viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir contohnya adalah air. Sebaliknya fluida yang lebih kental, lebih sulit mengalir, sebagai contoh minyak goreng, oli, madu. Tingkat kekentalan suatu fluida juga tergantung pada suhu semakin tinggi suhu zat cair, semakin kental zat cair tersebut. Perlu diketahui, bahwa Viskositas atau kekentalan Cuma ada pada fluida riil. Yang dimaksud fluida riil adalah fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seperti air, sirup, oli, asap knalpot.
Koefisien Viskositas Viskositas fluida dilambangkan dengan symbol q (eta). Jadi tingkat kekentalan suatu fluida dinyatakan oleh koefisien viskositas bisa dinyatakan dengan persamaan. Lapisan fluida tipis ditempatkan diantara dua pelat sejajar. Lapisan fluida tipis ditempatkan diantara. Kohesi adalah gaya tarik menarik antara molekul tidak sejenis. Gaya adhesi bekerja antara pelat dan lapisan fluida yang menempel dengan pelat (molekul fluida dan molekul pelat saling tarik-menarik). Sedangkan gaya kohesi bekerja diantara selaput fluida (molekul fluida saling tarik menarik). 10
Perubahan kecepatan lapisan fluida (V) dibagi jarak terjadinya perubahan () = V . V
dikenal dengan gradient kecepatan. I I Pelat yang berada disebelah atas dapat bergerak karena adanya gaya tarik menarik (F). Untuk fluida tertentu, besarnya gaya tarik yang dibutuhkan berbanding lurus dengan luas fluida yang menempel dengan pelat (A), laju fluida (V) dan berbanding terbalik dengan jarak . Secara matematis dapat ditulis F ~ AV (1).
Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien Viskositas. Jika fluida makin kental maka gaya tarik yang dibutuhkan juga makin besar. Dalam hal ini, gaya tarik berbanding lurus dengan koefisien kekentalan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : F ~ q (2) Disubstitusikan persamaan 1 ke persamaan ke 2 F ~ q AV (3)
Persamaan 3 dapat ditulis sebagai berikut : F = q AV
F. = q AV q = F AV 11
Dengan : q = Koefisien Viskositas (Ns/m 2 ) = Pa . S F = Gaya = Jarak A = Luas Permukaan V = Laju ~ = Sebanding
Persamaan Poiseuille Persamaan Poiseuille ini kita turunkan menggunakan bantuan persamaan koefisien Viskositas yang telah diturunkan sebelumnya. Ketika menurunkan persamaan koefisien Viskositas, terlebih dahulu meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena gaya tarik (F). F = q AV
Karena fluida bisa mengalir akibat adanya perbedaan tekanan (fluida) mengalir dari tempat yang tekanannya tinggi ke tempat yang tekanannya rendah, maka F diganti dengan P 1 P 2 (P 1 ) P 2 ) . (P 1
P 2 ) = q AV (i)
Pada percobaan bola kecil dijatuhkan ke dalam cairan yang hendak di ukur angka kekentalannya. Bola tersebut mula-mula akan mengalami percepatan karena gaya beratnya. Tetapi karena sifat kekentalan cairan besar, percepatan ini makin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut, kecepatan ini makin berkurang dan disebut Kecepatan Terminal. Hubungan antara kecepatan terminal dengan angka kekentalan dapat diperoleh dari Hukum Stokes : Vm = 2r 2 g ( - 0 ). (1) q Dimana : Vm = Kecepatan terminal (cm/at) q = Angka kekentalan r = Jari-jari bola g = Percepatan gravitasi bumi (cm/at 2 ) = Rapat massa bola (gr/cm 3 ) 12
0 = Rapat massa cairan (gr/cm 3 ) Pada persamaan 1 dianggap bahwa diameter tabung relatif sangat besar dibanding dengan diameter bola. Bila perbandingan kedua diameter tersebut tidak terlalu besar perlu ditambah faktor koreksi terhadap persamaan tersebut, yaitu : F = ( 1 + 2,4 r ) R Dengan : r = Jari-jari tabung bagian dalam R = 1,76 cm Sehingga persamaan 1 menjadi q = ( . 0 ) ..................... (2) F.Vm Dengan : F = (1 + 1,36 r) = 2 g Dengan demikian bila harga dan 0 diketahui, sedangkan harga r dan Vm diukur, maka harga q dapat dari persamaan 2. Ketika menurunkan persamaan koefisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar. Setiap bagian fluida tersebut mengalami perubahan kecepatan teratur sejauh . Untuk kasus ini laju aliran fluida mengalami perubahan secara teratur dari sumbu tabung sampai ke tepi tabung. Fluida yang berada di sumbu tabung mengalir dengan laju (V) yang lebih besar semakin ke pinggir, laju fluida semakin kecil. Jari-jari tabung = jarak antara sumbu tabung dengan tepi tabung = R. Jarak antara setiap bagian fluida dengan tepi tabung = r. Karena jumlah setiap bagian fluida itu sangat banyak dan jaraknya dari tepi tabung juga berbeda-beda, maka kita cukup menulis : V 1 = Laju fluida yang berada pada jarak r 1 dari tepi tabung (r 1 = R) V 2 = Laju fluida yang berada pada jarak r 2 dari tepi tabung (r 2 < r 1 ) V 3 = Laju fluida yang berada pada jarak r 3 dari tepi tabung (r 3 < r 2 < r 1 ) V 4 = Laju fluida yang berada pada jarak r 4 dari tepi tabung (r 4 < r 3 < r 2 < r 1 ) Vn = Laju fluida yang berada pada jarak r n dari tepi tabung (r n < .. r 4 < r 3 < r 2 < r 1 ). Jumlah setiap bagian fluida sangat banyak dan kita juga tidak tahu secara pasti berada jumlahnya yang sebenarnya, maka cukup ditulis dengan symbol n. Setiap bagian fluida mengalami perubahan laju (V) secara teratur, dari sumbu tabung (r 1 = R) sampai tepi tabung (r n ). Dari sumbu 13
tabung (r n ) laju setiap bagian fluida makin kecil (V 1 > V 2 > V 3 > V 4 .. > Vn). Cara praktis untuk menentukan terjadinya persamaan perubahan laju aliran fluida riil dalam tabung adalah menggunakan kalkulus. Dari penjelasan diatas mempunyai gambaran bahwa dari R ke r n , laju fluida semakin kecil. * Panjang pipa = L, maka akan diperoleh persamaan : (P 1 P 2 ) = q V AL .. (ii) (R 2 r 2 ) Karena yang kita tinjau adalah laju (V) aliran fluida, maka persamaan 2 menjadi q AL = (P 1 P 2 ) (R 2 r 2 ) V = (P 1 P 2 ) (R 2
r 2 ) 4 qL V = (R 2 r 2 ) (P 1 P 2 ) (iii) 4q L Persamaan laju aliran fluida pada jarak r dari pipa yang berjari-jari R. Perlu diketahui bahwa fluida mengalir dalam pipa, sehingga perlu meninjau laju aliran volume fluida tersebut.
KESIMPULAN - Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. - Fluida ideal tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. - Zat cair lebih kental dari zat gas. - Viskositas = gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. - F ~ AL
* q = F AV Dengan : q = Koefisien Viskositas F = Gaya = Jarak A = Luas Permukaan 14
V = Laju ~ = Sebanding * F = q AV
15
- Home - Posts RSS - Comments RSS - Edit Viskositas Zat Cair Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas zat cair dengan viscometer Oswald
Landasan Teori
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Anonim, 2009). Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Anonim, 2009). Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2010). Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viskositas (viscosity). Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian- bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir (Anonim, 2010).
Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida pada jarak yang jauh. Viskositas intrinsik ] merupakan analog dari koefisien virial (dan mempunyai dimensiq[ 1/konsentrasi), (Atkins, 1996: 242). Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1987: 57). Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran turbulen, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar (Dogra, 1990: 209). Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu viskometer Oswald : waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah dihitung dengan hubunganqtertentucairan dicatat, dan "t = (" q (P) R^4 t)/8Vl Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju cairan dengan laju aliran yang koefisien viskositasnya diketahui. Hubungan itu adalah 16
_2 = (d_1 t_1)/(d_2 t_2 )q_1/q (Dogra, 1990: 211). Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam viskometer Oswald, waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa dicatat, dan dibandingkan dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk penentuan ), karena perbandingan viskositas larutan dan pelarut murni, sebandingq( dengan waktu pengaliran t dan t* setelah dikoreksi untuk perbedaan rapatan dan * = t/t^*q/q x /^* (Atkins, 1996: 242). Dalam menafsirkan pengukuran viskositas, banyak terdapat kerumitan.kebanyakan pengukuran (tidak semuanya) didasarkan pada pengamatan empiris, dan penentuan massa molar biasanya didasarkan pada pembandingan dengan sampel standar (Atkins, 1996: 242). Salah satu kerumitan dalam pengukuran dalam pengukuran intensitas adalah: dalam beberapa kasus, ternyata fluida itu bersifat non-Newtonian, yaitu viskositasnya berubah saat laju aliran bertambah. Penurunan viskositas dengan bertambahnya laju aliran menunjukkan adanya molekul seperti batang panjang, yang terorientasi oleh aliran itu, sehingga saling meluncur melewati satu sama lain dengan lebih bebas. Dalam beberapa kasus, tekanan yang disebabkan oleh aliran menjadi sangat besar, sehingga molekul panjang terputus-putus. Ini membawa konsekuensi lebih lanjut pada viskositas (Atkins, 1996: 242). Pada viskometer Oswald, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viskometer) dipipet ke dalam viskometer. Cairan kemudian diisap melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas a. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan (Bird, 1987: 57). Menurut Anonim (2010), alat yang dipakai untuk menentukan Viskositas dinamakanViskometer. Ada beberapa jenis viskometer, yaitu : Viscometer Ostwald Viscometer Lehman Viscometer bola jatuh dari Stokes Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air (Anonim, 2010). Menurut Anonim (2010), Viscometer bola jatuhStokes. Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya, yaitu : Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan. Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu. Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya
Alat dan Bahan
Alat Piknometer 50 mL 1 buah Piknometer 100 mL 1 buah 17
Neraca analitik 1 buah Eksikator 1 buah Viskometer Oswald 3 buah Gelas kimia 250 mL 1 buah Gelas kimia 1000 mL 1 buah Thermometer 0-100oC 1 buah Labu semprot 1 buah Ball pipet 1 buah Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah Lampu spiritus 1 buah Klem kayu 1 buah Stopwatch 3 buah Statif dan klem 1 buah Pipet tetes
Bahan Aquades Methanol (CH3OH) Etanol (C2H5OH) Es batu Korek api Tissue
Cara Kerja
Penentuan massa jenis zat Mengukur berat piknometer kosong Memasukkan aquades dengan suhu 20oC ke dalam piknometer Mengusahakan agar tidak ada gelembung pada piknometer Mengukur berat piknometer yang telah diisi dengan aquades 20oC Mengulangi pengukuran dengan aquades 40o dan 60oC, etanol 20o, 40o, dan 60o C, serta methanol 20o, 40o, dan 60o C
Pengukuran viskositas Mengisi viskometer dengan aquades melalui pipa sebelah kanan Mengusahakan permukaan lebih rendah dari tanda b Memasukkan viskometer Oswald ke dalam penangas air yang dilengkapi thermometer untuk mengukur suhunya. Suhu air dalam viskometer harus sama dengan suhu percobaan Menghisap zat cair melalui pipa kiri agar zat cair masuk ke dalam B pada suhu yang ditetapkan dalam percobaan Membiarkan zat cair mengalir melalui pipa kapiler kembali ke A Mencatat waktu yang diperlukan untuk mengalir dari tanda a ke tanda b Melakukan hal yang sama dengan mengganti air dengan etanol dan methanol Melakukan pengukuran pada suhu 20o, 40o, dan 60o C Menghitung koefisien zat cair dengan rumus _2 = (_1 t_1)/(_2 t_2 )q_1/q
Hasil Pengamatan
Pengukuran massa jenis 18
Massa piknometer kosong (50 mL) = 28,705 gram (Air dan etanol) Massa piknometer kosong (100 mL) = 35,101 gram (metanol) Jenis Zat Massa piknometer + zat Suhu 20oC Suhu 40oC Suhu 60oC Aquades 78,996 gram 78,961 gram 78,226 gram Etanol 69,063 gram 67,965 gram 67,324 gram Methanol 111,483 gram 111,241 gram 110,298 gram
Pengukuran viskositas Jenis Zat Waktu (t) dalam viskometer Suhu 20oC Suhu 40oC Suhu 60oC Aquades 224 s 201 s 173 s Etanol 340 s 331 s 301 s Methanol 181 s 179 s 170 s
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa jenismasing-masing zat yang akan dicobakan, yaitu aquades, etanol, dan methanol dengan suhu 20oC, 40oC, dan 60oC. Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan piknometer yang bertujuan untuk menghilangkan air dan zat-zat lain yang mungkin terdapat dalam piknometer. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sebagai berat piknometer kosong. Saat pengisian ke dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil penimbangan. Dari hasil percobaan ini diperoleh massa jenis air 20oC sebesar 1,006 g/mL; 40oC sebesar 1,005 g/mL; dan 60oC sebesar 0,990 g/mL. Untuk etanol 20oC sebesar 0,807 g/mL; 40oC sebesar 0,785 g/mL; dan 60oC sebesar 0,772 g/mL. Untuk methanol 20oC sebesar 0,764 g/mL; 40oC sebesar 0,761 g/mL; dan 60oC sebesar 0,752 g/mL. Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa jenisnya dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya. Pada percobaan ini digunakan tiga jenis larutan dengan suhu yang berbeda yaitu aquades 20oC, 40oC, dan 60oC; etanol 20oC, 40oC, dan 60oC; serta methanol 20oC, 40oC, dan 60oC. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair. Setelah diperoleh waktu pada percobaan, koefisien viskositas dapat dihitung dengan rumus : _2 = (_1 t_1)/(_2 t_2 )q_1/q Dari hasil analisis data diperoleh viskositas etanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut- turut adalah 1,228 Cp; 0,841 Cp; dan 0,638 Cp. Sedangkan viskositas methanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 0,619 Cp; 0,441 Cp; dan 0,351 Cp. Dari hasil analisis di atas, diperoleh bahwa methanol memiliki koefisien viskositas lebih rendah debandingkan etanol. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun.
Kesimpulan dan Saran
21
Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding terbalik dengan viskositas Viskositas etanol lebih tinggi dibandingkan methanol Koefisien viskositas etanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 1,228 Cp; 0,841 Cp; dan 0,638 Cp Koefisien viskositas methanol 20oC, 40oC, dan 60oC secara berturut-turut adalah 0,619 Cp; 0,441 Cp; dan 0,351 Cp Saran Sebaiknya saat praktikum, lebih teliti memperhatikan ada atau tidaknya gelembung pada viskometer karena dapat mempengaruhi hasil percobaan
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Viscositas. http://www.ccitonline.com/mekanikal/viskositas/ diakses pada 27 November 2010. Anonim. 2010. Fluida dan Viscositas. http://www.scribd.com/doc/13762740/Viscositas/ diakses pada 27 November 2010. Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik Jilid II Edisi IV. Jakarta : Erlangga. Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Malang : Jakarta : UI-Press