You are on page 1of 12

MAKALAH TENTANG MOTIFASI BELAJAR

D I S U S U N OLEH

1. 2. 3.

SMA NEGERI 7 MATARAM 20212-2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang atas berkat dn rahmat-Nya penulis dapat menyelesikan tugas strategi pembelajaran dengan baik. Tujuan utama penulisan laporan ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, penulisan laporan ini juga bertujuan untuk menyimpulkan mengenai motivasi berlajar siswa. Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Liftiah selaku dosen pengampu mata kuliahPsikologi Pendidikan, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan disini yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih kurang dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... KATA PENGANTAR.......................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Pengertian .................................................................................... 2.2 Pentingnya Motifasi Dalam Belajar .............................................. 2.3 Faktor-Faktor ................................................................................ 2.4 Teori-teori..................................................................................... 2.5 Strategi ......................................................................................... BAB III : PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................... 3.2 Saran .............................................................................................

i ii iii 1

BAB I PENDAHULUAN

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Dari sinilah penulis ingin membahas secara tuntas tentang motivasi belajar yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut.

BAB II ISI

2.1 PENGERTIAN MOTIVASI Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran morivasi tersebut, banyak para ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut. Motivasi merupakan suatu kondisi kejiwaan individu yang dapat mendorongnya untuk melakukan suatu aktivitas guna pemenuhan kebutuhan atau mencapai tujuan. Motivasi menjadi daya bagi individu untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Menurut Tabrani Rusyam pada hakekatnya motivasi adalah perbuatan energi dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa motivasi mengandung suatu kekuatan yang timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan untuk memenuhi keinginannya. Dalam pengembangan suatu organisasi atau lembaga, motivasi dipandang sebagai suatu karakteristik dan suatu keadaan. Pandangan tentang hal ini dikemukakan oleh Soejono Trimo (1986 : 174) sebagai berikut : a. Motivasi itu pada hakikatnya merupakan suatu karakteristik atau suatu kepribadian yang cukup stabil sehingga setiap individu dipandang berbeda dari individu yang lain, termasuk orientasinya terhadap pekerjaan/tugasnya. b. Motivasi itu sebenarnya merupakan suatu keadaan (state) psikologis yang dapat diubah/dibentuk. Berkaitan dengan motivasi yang dianggap sebagai suatu karakteristik (kepribadian), dimana seorang melaksanakan tugas/pekerjaannya tidak didasarkan pada ada tidaknya penghargaan bagi penyelesaian tugas/pekerjaan tadi, melainkan pada aktivitas pekerjaan itu sendiri serta adanya perasaan puas yang diperolehnya dalam melakukan pekerjaan tersebut. Setiap individu yang tampil dengan motivasi seperti ini lebih tertarik pada konteks pekerjaan (job context) dari pada penghargaan atau upah yang diperolehnya. Sedangkan motivasi yang termasuk sebagai suatu keadaan maksudnya yaitu seseorang (individu) dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang dimilikinya sangat bergantung pada suatu keadaan yang dihadapi pada saat itu. Keadaan utama yang paling menentukan motivasi kerja seseorang adalah jenis penghargaan (rewards) yang disediakan dalam lembaga/organisasi tempatnya berkiprah. Tetapi kadang-kadang motivasi kerja itu akan datang dari keinginan untuk memperoleh kepuasan kerja yang muncul dalam diri individu sendiri. Jadi motivasi kerja yang timbul sangat bergantung pada keadaan yang di hadapi pada saat itu. Motivasi tidak hanya penting untuk membuat peserta didika melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan berapa banyak peserta didik dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau informasi yang mereka hadapi. Peserta didik yang termotivasi peserta didik menunjukkan proses kognitif apa yang telah di pelajari. Tugas utama pendidik adalah merencanakan cara-cara mendukung motivasi peserta didik.

Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor seperti karakteristik kepribadian. Individu mungkin memiliki minat yang cukup dan mantap dalam berpartisipasi pada berbagai kegiatan seperti akademik, olahraga, dan aktivitas sosial. Motivasi dapat berasal dari karakteristik dari suatu tugas. Intrinsik dan ektrinsik suatu tugas. Pembelajaran matematika yang menyenangkan merupakan bentuk karakteristik dari suatu tugas belajar. Motivasi juga dapat berasal dari sumber ektriksik suatu tugas. Penilaian terhadap peserta didik merupakan bentuk karakteristik ekstrinsik dari suatu tugas belajar. 2.2 PENTINGNYA MOTIVASI DALAM BELAJAR Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapayt dua anak yang memiliki kemampuan sama dan pemberian peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang di capai oleh anak yang termativasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat di ketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar,m maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu, hal itu kadangkadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi peserta didik anak itu rendah, umumnya diasumsikan bahwa peserta didik yang bersangkutan rendah. Motivasi bukan saja penting, karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Secara historik, pendidik selalu mengetahui kapan peserta didik perlu di motivasi selama proses belajar, sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lancar, menurunkan kecemasan peserta didik meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar. Pembelajaran yang di ikuti oleh peserta didik yang termotivasi akan benar-benar menyenagkan, terutama bagi peserta didik. Peserta didik yang menyelesaikan pengalaman belajar dan mengelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang telah dipelajari. Hal ini juga logis untuk mengasumsikan bahwa semakin anak memiliki pengalaman belajar yang termotivasi, maka semakin mungkin akan menjadi peserta didik sepanjang hayat. Walaupun motivasi merupakan prasyarat penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu terjadi pada diri anak. Ada faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus di perhatikan pula. Jika anak diberikan tugas-tugas belajar diluar kemampuannya, bagaimanapun mereka termotivasi, anak tersebut tidak akan mampu melakukannya. Kenyataannya, ada penurunan titik penggembalian pada kedua faktor tersebut, termasuk juga motivasi. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah berkenaan dengan masalah kemampuan anak dalam melakukan aktivitas belajar, dan kegiatan pembelajaran yang menarik agar anak tersebut termotivasi. Olahraga merupakan contoh umum. Banyak atlet yang membuat kejutan di dalam olahraga tertentu karena usaha-usaha tertentu, namun akhirnya mengalami titik balik dimaan presentasinya tidak mengalami kemajuan lagi.

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI 1. SIKAP Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya san memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membentu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga akan membentu seseorang merasa aman di suatu lingkungan yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksi secara lebih optimis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kehidupan sehari-hari yang bersifat unik. Sifat merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identivikasi, perilaku peran. Biasanya pengalaman belajar baru merupakan kegiatan yang banyak mengandung resiko karena hasilnya kadang-kadang tidak menentu. Seorang peserta didik dapat harus menyakini bahwa sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran. Pada setiap awal pembelajaran, peserta didik umumya segera membuat penilaian mengenai pendidik, mata pelajaran, situasi pembelajaran, dan harapan personalnya untuk sukses. 2. KEBUTUHAN Kebutuhan merupakan kondisi yang di alami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memnadu poeserta didik untuk mencapai tujuan. Perolehan tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan dan tekanan. Semua orang merasa kebutuhan yang tidak pernah berakhir. Kebutuhan nama yang dialami peserta didik sekarang ini akan bergantung pada sejarah belajar individu, situasi sekarng, dan kebutuhan terakhir yang dipenuhi. Kebanyakan kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekan di dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila peserta didik membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung sangat termotivasi. Pendidik dapat menumbuhkan motivasi belajar berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik. 3. RANGSANGAN Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Seseorang melihat sesuatu dan tertarik padanya. Rangsangan secara langsung membentu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran.

4. AFEKSI Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Tidak ada kegiatan belajar yang terjadi di dalam kevakuman emosional. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong peserta didik untuk belajar keras. 5. KOMPETENSI Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Peserta didik secara intrinsik termotivasi utnuk mneguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Demikian pula setiap orang secara genetik diprogram untuk menggali, menerima, berfikir, memanipulasi, dan mnegubah lingkungan secara efektif. 6. PENGUATAN Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan tau menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Penggunaan hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel yang sangat penting di dalam perancangan pembelajaran. 2.4 TEORI-TEORI MOTIVASI 1. TEORI BELAJAR BEHAVIORAL Konsep motivasi erat berhubungan dengan suatu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat di masa lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau di hukum. Para pakar behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori belajar dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah penguatan. Peserta didik diperkuat untuk belajar akan termotivasi untuk belajar, namun bagi peserta didik yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar maka anak itu tidak termotivasi untuk belajar. Demikian pula peserta didik yang memperoleh hukuman pada waktu belajar, misalnya dicemooh oleh teman-temannya padawaktu belajar, akan termotivasi untuk tidak belajar. 2. TEORI KEBUTUHAN MANUSIA Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan. Banyak kebutuhan dasar yang semuanya harus dipenuhi, seperti makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif. Setiap anak berbeda kepentingananya di dalam memenuhi kebutuhannya. Beberapa anak ada yang lebih membutuhkan rasa afeksi dan perhatian, sementara yang lain memiliki kebutuhan psikologis dan keamanan. Banyak anak mempunyai kebutuhan yang berbeda pada waktu yang berbeda pula. 3. TEORI DISONANSI Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak di arahkan pada upaa pemenuhan sntandar personalnya. Misalnya anak memiliki kenyakinan bahwa

dirina adalah seorang anak yang baik dan jujur, maka anak itu akan berperilaku baim dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang melihatnya. Fenomena ini merupakan kondisi dimana anak sellau berkeinginan untuk mempertahankan citra diri yang positif. Demikian pula apabila anak itu memiliki keyakinan bahwa dia adalah anak yang mampu dan cerdas, maka anak itu akan memenuhi dengan cara berperilaku yang intelegen. 4. TEORI KEPRIBADIAN Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Anak akan termotivasi untuk makan manakala dia tidak makan dalam waktu tertentu. Penggunaan konsep motivasi itu ditujukan untuk menggambarkan kecenderungan umum yang mendorong ke arah tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering kali dipandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak yang termotivasi untuk berprestasi, dan banyak pula yang termotivasi untuk bersosialisasi dengan anak lain.demikian pula anak mengekspresikan motivasinya dengan berbagai cara. Motivasi sebagai karakteristik kepribadian yang stabil merupakan konsep yang berbeda dengan motivasi untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu pula. 5. TEORI ATRIBUSI Teori atribusi pada dasarnya menjelaskan empat hal tentang keberhasilan dan kegagalan dalam situasi berprestasi, yaitu: kemampuan, usaha, kesulitas tugas, dan keberuntungan. Atribusi kemampuan dan usaha berasal dari dalam individu, atribusi kesulitan tugas dan keberuntungan berasal dari luar individu. Kemampuan bersifat relatif stabil, tidak berubah, dan usaha dapat berubah. Secara sama, kesulitan tugas bersifat stabil, sementara itu keberuntungan bersifat tidak stabil dan tidak dapat diprediksikan. 6. TEORI HARAPAN Aspek penting dalam teori harapan adalah bahwa situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang sangat tinggi akan dapat menjadi pengganggu motivasi. Teori harapan ini implikasinya penting bagi pendidikan, yaitu tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Demikian pula tidak memberikan saran bahwa pertanyaan yang disajikan dalam ujian memiliki tingkat kesulitan rendah atau hanya dapat dijawab oleh separoh peserta didik. Ini karena soal-soal ujian itu biasanya tidak memerlukan usaha keras, namun memerlukan pengetahuan yang telah diperileh sebelumnya. 7. TEORI MOTIVASI BERPRESTASI Salah satu teori motivasi yang penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi karena kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan. Peserta didik yang mempunyai motivasi berprestasi, mereka cenderung memilih partner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas. Sebaliknya, peserta didik yang mempunyai motivasi berafiliasi merupakan kebutuhan yang diekspresikan untuk mencintai dan menerima lebih menyukai memilih partner kerja berdasarkan pada persahabatan.

Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi katif di dalam suatu kegiatan. Keberhasilan yang di capai dipandang sebagai buah dari usaha dan kemampuan personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas. 2.5 STRATEGI MOTIVASI BELAJAR Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik sebanyak mungkin. Hak ini berarti bahwa pendidik harus mampu menarik minat dan meningkatkan hasrat ingin tahu peserta didik terhadap materi yang di sajikan. Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik dalam meningkatkan motivasi instrinsik peserta didik. 1. Membangkitkan minat belajar Pengaitan pembelajaran dengan minat peserta didik adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik mengenai pelajaran yang akand atang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh pendidik. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan kepada peserta didik tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan cara-cara mempelajarinya. 2. Mendorong rasa ingin tahu Pendidik yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskonveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik. 3. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik Motivasi intrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik, dan juga penggunaan variasi metode penyajian. 4. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan dirumuskan atau di tetapkan oleh orang lain. Oleh karena itu pendidik hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar merumuskan dan mencapai tujuan belajarnya sendiri. Cara lain yang dapat dilakukan adalah apabila pendidik yang merumuskan tujuan pembelajaran, maka sampaikan tujuan pembelajaran itu kepada peserta didik agar mereka merasa memiliki tujuan pembelajaran tersebut.

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu banyaknya peran morivasi tersebut, banyak para ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana dapat mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di capai anak dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut. Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapayt dua anak yang memiliki kemampuan sama dan pemberian peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil yang di capai oleh anak yang termativasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan dirumuskan atau di tetapkan oleh orang lain.

3.2 SARAN Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi katif di dalam suatu kegiatan. Keberhasilan yang di capai dipandang sebagai buah dari usaha dan kemampuan personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1992 ) h. 73 Dr. Achmad Rifai RC. M.Pd, dkk, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2009)

You might also like