You are on page 1of 30

Kelompok 1

Suatu senyawa dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.

P E N G G O L O N G A

Menurut Kegunaan Obat


N

Menurut Cara Penggunaan Obat

O Menurut Sumber Obat B A Menurut Bentuk Sediaan Obat T

Menurut Cara Kerja Obat

Menurut Proses Fisiologis & Biokimia Dalam Tubuh


Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000

O
L O N G A N O B A t

l a i

Obat Generik
Obat Nama Dagang Obat Tradisional

n
n y a

Menurut kegunaannya, terbagi atas obat: Untuk menyembuhkan (terapeutik) Untuk mencegah (profilaktik) Untuk diagnosa (diagnostik)

terbagi atas obat: Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar)

terbagi atas obat: Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat Sistemik: obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh

Obat dapat bersumber dari: Tumbuhan (flora, nabati), misalnya digitalis, kina, minyak jarak. Hewan (fauna, hayati), misalnya minyak ikan, adeps lanae, cera. Mineral (pertambangan), misalnya iodkali, garam dapur, parafin, vaselin. Sintetis (tiruan/buatan), misalnya kamper sintetis, vitamin C. Mikroba/fungi/jamur, misalnya antibiotik (penicillin).

terbagi atas obat: Bentuk padat: serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria Bentuk setengah padat: salep/unguentum, krim, pasta, cerata, gel/jelly, occulenta (salep mata). Bentuk cair/larutan: potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma, epithema, injeksi, infus intravena, douche, lotio, dan mixture. Bentuk gas: inhalasi/spray/aerosol.

terbagi atas obat:


Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap manusia dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh , misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom. Obat kemoterapetik, dapat membunuh parasit dan kuman dalam tubuh manusia.

Obat-obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini. Obat diagnostic, yaitu obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya dari saluran lambung-usus (barium sulfat), dan saluran empedu (natrium iopanoat dan asam iod organik lainnya)

Obat digolongkan dalam (5) golongan yaitu : A. Obat Bebas B. Obat Bebas Terbatas C. Obat Keras D. Obat Wajib Apotek (OWA) E. Obat Psikotropika dan Narkotika

disebut obat OTC (Over The Counter), obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter . Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh nya yaitu promag, bodrex, biogesic, panadol, puyer bintang toedjoe, diatabs, entrostop, dan sebagainya.

Dulu obat ini disebut daftar W = Waarschuwing (Peringatan)

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan (P No. 1 s/d P No. 6).
tanda peringatan berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih.

Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh obat golongan ini adalah: obat batuk, obat pilek, krim antiseptic, neo rheumacyl neuro, visine, rohto, antimo, dan lainnya.

dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya

merupakan obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter
Obat keras ditandai dengan lingkaran bulat berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi.

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain)

merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien dengan memenuhi persyaratan dalam penyerahan OWA obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien dan memenuhi kriteria obat yang sesuai dengan Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993 Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal

1.

Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku Contohnya adalah amfetamin, ectasy, sabu-sabu. Termasuk juga yang sering disalah gunakan adalah obat anti depressan (seperti diazepam, clobazam, lithium), obat antiansietas (seperti benzodiasepin, alprazolam) atau antipsikotik (seperti chlorpromazine, haloperidol).

Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan yaitu:


Gol. I
Gol. II
u/ tujuan ilmu pengetahuan, tdk digunakan u/ terapi, potensi ketergantungan kuat u/ tujuan IP, u/ terapi & pengobatan, potensi ketergantungan kuat u/ tujuan IP, u/ terapi & pengobatan, potensi ketergantungan sedang u/ tujuan IP, u/ pengobatan & terapi secara luas, potensi ketergantungan ringan

Gol. III
Gol. IV

2.

Narkotika
disebut sebagai obat bius atau daftar O (Golongan Opiat/Opium)

ditandai dengan logo yang berbentuk seperti palang (+)


Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan yaitu:


Gol. I
Gol. II Gol. III
u/ tujuan IP, tdk digunakan u/ terapi, potensi ketergantungan yg sangat tinggi u/ tujuan IP, u/pengobatan pilihan terakhir, potensi ketergantungan yg tinggi u/ tujuan IP, u/ terapi & pengobatan, potensi ketergantungan ringan

1.

Obat Generik (Unbranded Drug)

Yaitu obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan-sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal

2.

Obat Nama Dagang (branded Drug) Disebut juga sebagai merek terdaftar. Merupakan nama sediaan obat yang diberikan oleh pabriknya dan terdaftar di departemen kesehatan suatu negara Obat nama dagang yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasa disebut sebagai me-too product

3.

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengelompokan obat bahan alam Indonesia ini dibagi menjadi jamu sebagai kelompok yang paling sederhana, obat herbal terstandar sebagai yang lebih tinggi, dan fitofarmaka sebagai yang paling tinggi tingkatannya.

A.

Jamu (Empirical based herbal medicine)

obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak

tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris

B.

Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral) Dibutuhkan peralatan yang lebih rumit dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. sudah terstandarisasi komposisinya, dan sudah diujikan dan terbukti berkhasiat lewat penelitian pada hewan.

C.

Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)


bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.

J e n i s

o b a t

p s i k o t r o p i k

& N a r k o b a

Candu Morfin Heroin (putaw)

Codein
Demerol

Methadone
Kokain (shabu-shabu) Cannabis

You might also like