You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH DI PG.

MADUKISMO

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah merupakan hasil keseluruhan dan konsekuensi langsung dari berbagai aktivitas manusia (Afolayan dkk, 2012). Sedangkan Limbah pertanian merupakan bahan yang terbuang di sektor pertanian. Menurut Mosher (1965) Pertanian adalah jenis usaha tani yang berlandaskan pada prosses pertumbuhan tanaman dan hewan dimana kegitan usaha tani baik dalam skala kecil maupun skala besar jelas menghasilkan berbagai wujud limbah cair, padat dan gas yang jumlah atau volumenya cukup tinggi. Pada pertanian konvensional atau modern pada umumnya tidak terdapat pengelolaan limbah atau minim pengelolaan limbahnnya, sebab dalam pertanian konvensional kebanyakan inputnya seperti pupuk menggunakan bahan kimia. Limbah dianggap suatu bahan yang tidak penting dan tidak bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji dan didikelola dengan baik, limbah pertanian dapat diolah menjadi beberapa produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Saat ini dalam dunia usaha bisnis internasional telah berkembang paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan terbitnya isu manajemen lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO. Selain itu di Indonesia juga mulai diterapkan sistem pertanian terpadu. Isu tersebut menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya utamanya yang disebabkan perncemaran limbah. Paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut memiliki tiga pilar utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial. Secara ekonomi, pembangunan agribisnis atau agroindustri harus dapat menciptakan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi stakeholder agribisnis atau agroindustri. Secara ekologi, pembangunan tersebut hendaknya menekan seminimal mungkin dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan sumber daya alam. Secara sosial, memberikan kemanfaatan pada masyarakat luas (Kristanto, 2004). Maka dari itulah untuk meninjau pembangunan berkelanjutan dan sistem pertanian terpadu khususnya tentang pengelolaan limbah pertanian, kami melakukan kuliah lapang atau fieldtrip di Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru, yang terlatak di. Harapan kami dengan adanya fieldtrip ini adalah dapat menambah wawasan dan mengetahui sistem atau cara pengelolaan pertanian terpadau khususnya tentang pengelolaan limbah pertanian. Sehingga setelah mengetahui hal tersebut, kami dapat mengajarkan kepada masyarakat serta dapat menerapkannya di lingkungan. 1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Fieldtrip di Pabrik Gula Madukismo, Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, baik limbah padat, cair dan gas di keempat tempat tersebut 2. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dari pengelolaan limbah di keempat tempat tersebut 3. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk cair organik dan kompos atau bokashi 4. Untuk mengetahui proses pengolahan dari produk awal sampai pengolahan limbah 5. Untuk mengetahui titik kritis penghasil limbah dalam setiap proses 6. Untuk mengetahui karakteristik limbah BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru A. Sejarah Singkat Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru PT.Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan Pabrik Spiritus.yang terkenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati (Anonim, 2012) . Pabrik gula Madukismo didirikan pada tahun 1995 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setelah itu pada tanggal 29 Mei 1958 diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno. Pabrik gula ini mulai berproduksi pada tahun 1958 sedangkan pabrik alkohol dan spiritus baru berproduksi pada tahun 1959. Kontraktor utama di Pabrik Gula Madukismo adalah Machine Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur. Status perusahaan adalah Perseroan Terbatas(PT) yang memiliki 2 pabrik yaitu Pabrik Gula (PG) dan Pabrik Spiritus (PS) Madukismo. Pemilik saham 65% adalah Sri Sulatan Hamengkubuwono X dan 35% milik pemerintah Republik Indonesia. B. Kronologis Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen. 1. 1955 -1962 : perusahaan swasta PT. 2. 1962-1966 : bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia. 3. 1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan swasta. 4. 1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur.

5. 24 Februari 2004 : PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri C. Produksi Produksi Utama ( dari PG. Madukismo ) adalah Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Sedangkan Produksi Samping ( dari PS. Madukismo ) adalah Alkohol murni ( kadar minimal 95% ) dan Spiritus bakar ( kadar 94% ) Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia. D. Panenan ( Pasca Panen ) Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG ( Forum Musyawarah Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori. E. Proses Pengolahan di PG Madukismo 1. Pemerahan Nira ( Extraction ) Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36x 64. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan. 1. Pemurnian nira Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70-75 c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100-105c. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan. 1. Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO 2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan. 1. Kristalisasi Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog). 1. Puteran gula ( Centripuge ) Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal. 1. Penyelesaian dan Gudang Gula Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak. 1. Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega Listrik Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam masingmasing 440 m VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM. F. Kualitas Produksi Gula Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA. Tabel 1. Kualitas Gula Produksi PG Madukismo Analisa Nilai remisi direduksi PG. Madukismo 70,20 Standard P3GI 70,00

Besar jenis butir (mm) Kadar air (%) Polarisasi

1,05 0,08 99,96

0,9-1,10 0,10 99,80

2.5 Limbah Limbah adalah sisa hasil produksi /buangan yang kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi dan ekologis. Berdasarkan sumbernya, limbah dibagi menjadi 2 yaitu limbah domestik dan limbah industri. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah gas dan partikel, serta limbah padat. Polutan limbah cair dapat berupa padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organic sintetik, nutrient tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, dan bahan radioaktif. Limbah gas dan partikel berasal dari penggunaan bahan baku, proses dan sisa pembakaran. Limbah padat bersumber dari hasil produksi atau hasil pemakaian alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Limbah cair bersumber dari sisa buangan produksi atau pemakaian hasil produksi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia (Mohana, 2011). Pada umumnya limbah cair bersifat merugikan. Adapun kandungan limbah cair meliputi padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organik sintetik, nutrien tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, bahan radioaktif serta panas. Indikator yang dapat menentukan adanya limbah cair yaitu : nilai pH/keasamaan/alkanitas, suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan, nilai BOD, pencemaran mikroorganisme phatogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan bahan radioaktif. Limbah padat merupakan hasil buangan industri atau domestik berupa padatan, lumpur dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Penurunan kualitas lingkungan hidup, salah satunya disebabkan pencemaran yang telah melebihi ambang batas. Sumber pencemar yang cukup besar saat ini umumnya dihasilkan oleh air limbah aktifitas rumah tangga, meskipun juga tidak mengesampingkan air limbah industri yang semakin hari semakin dirasakan peningkatan pencemarannya di dalam badan air. Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan pencemaran umum dan bahan beracun (Rajkumar, 2010). Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan yang secara tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik, lumpur, minyak, asam dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas, dan bahan anorganik. Air limbah yang mengandung bahan bahan pencemar tersebut apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggupengguna air, membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak ekosistem. Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar tersebut langsung dialirkan ke lingkungan (seoerti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada badan air tersebut. Pemerintah telah menetapkan baku mutu efluen dan baku mutu beberapa badan air sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu menetapkan kualitas dan debit maksimal yang harus dipenuhi. Kualitas effluent dalam baku mutu ditetapkan dengan memberikan batasan kadar

maksimal beberapa parameter bahan pencemar yang terdapat dalam effluent suatu jenis industri. Pengelolaan air limbah ditujukan agar effluent dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Baku mutu air limbah juga menetapkan debit maksimal effluent, sehingga pengambilan air juga akan terkendali dan dapat menjaga ketersediaan sumber air baik air permukaan maupun air tanah dalam. Akan tetapi karena kurangnya pengawasan dan tingkat kesadaran dari pelaku usaha, sering terjadi penyumbatan muka air tanah dangkal sehingga kekurangan air bersih di beberapa tempat yang merupakan area industri dan padat penduduk. Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang mengatur pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dinyatakan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kadar parameter pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang harus dilakukan oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke perairan umum, sedangkan di sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat sekitar (Jenie dan Rahayu, 1994). Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat bervariasi pada setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat zat yang terdapat didalam air limbah secara detail (kandungan dan sifat-sifatnya), mempunyai sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain sifat fisik,kimia dan bologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sifat tersebut dilaksanakan secara berbeda beda sesuai dengan keadaannya. Analisa jumlah dan satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisa dengan menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisa kandungan biologisnya. 2.6 Dasar Pengelolaan Limbah di Indonesia Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988, yang dimaksud dengan pencemaran adalah Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehngga kualitas udara/air menajdi kurang atau Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik indutri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pulabtingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas tersbeut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan sebagainya (Rachmayanti, 2004). BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 1. Identifikasi Limbah Asal dan Jenis Limbah Blothong (PG.Madukismo) Tetes (PG.Madukismo) Ampas tebu (PG. Madukismo) Abu ampas (PG.Madukismo) Limbah CO2 (PG. Madukismo) Limbah ternak (Joglo Tani, PT.KPI, PT. LHM) Limbah tanaman (Joglo Tani, PT.KPI, PT. LHM) Limbah kolam ikan (Joglo Tani, PT.KPI, PT. LHM) Bentuk Warna Limbah Padat Hitam Cair Padat Padat Gas Padat dan cair Padat Hitam Bau Menyengat Menyengat Keruh Kekeruhan

Putih kecoklatan Khas tebu Abu-abu Khas abu

Tidak berwarna Tidak berbau Padat: cokelat kehitaman Cair: kuning Hijau kekuningan Menyengat Cair: Keruh

Busuk

Cair

Hijau kecoklatan Bau amis

Keruh

Tabel 2. Pengolahan Limbah No 1 Jenis Bahan baku Teknologi Tahapan Lama Sumber energy Produk kegiatan diterapkan proses proses kegiatan Pem. Pupuk Urine sapi Cara 4 tahapan Total mikroorganisme Pupuk cair cair sederhana waktu 4 minggu Biogas Limbah Cara 3 tahapan 1 hari mikroorganisme Gas metan ternak sederhana Pem. Pupuk Kotoran Cara 6 tahapan Total mikrorganisme Pupuk kandang ternak sapi sedarhana waktu 3 kandang padat minggu Pabrik Molase Mesin 5 tahapan Total mikroorganisme Alcohol alkohol modern waktu 4 dan spirtus minggu Batako pres Abu sisa Mesin 3 tahapan 30 hari Manusia Batako pembakaran modern pres dan ampas

2 3

6 7

tebu Pembakaran Ampas tebu Cara sederhana Pengolahan Air kolam Cara limbah sederhana kolam ikan Pupuk Limbah Cara kompos tanaman sederhana

3 tahapan 1 hari

manusia

1 tahapan 1 bulan manusia

Panas dan listrik Pupuk cair

6 tahapan 3 mikroorganisme kompos minggu

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil fieldtrip di PT. Madukismo yang terletak daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, proses produksi yang dilakukan adalah menggunakan sistem zero waste, dimana limbah yang dihasilkan dalam proses produksi dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Dapat dilihat pada hasil fieldtrip, limbah yang dihasilkan dari pengolahan gula ternyata berupa limbah padat, limbah cair dan gas. Limbah padat yang berupa blothong dimanfaatkan sebagai pupuk dan sebagian besar digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol dan spiritus. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari bekas pencucian dan pendinginan alat digunakan sebagai pupuk cair dengan cara air tersebut dialirkan areal pertanian. Sedangkan limbah gas yang dihasilkan ditangkap dengan zat kimia tertentu sehingga menghasilkan karbon cair. Karbon cair tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang harganya cukup mahal jika dijual. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, pabrik gula Madukismo dapat dijadikan acuan bagi pabrik gula lain di Indonesia, khususnya dalam pengolahan limbah. Semua itu disebabkan karena PT. Madukismo telah memanfaatkan limbah yang pada awalnya berfungsi sebagai pencemar menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Selain keuntungan ekonomi, pengolahan limbah tersebut dapat memberikan keuntungan pula secara ekologi dan sosial. 4.2.2 Pembahasan Titik Kritis Limbah 4.2.3 Pembahasan Identifikasi Pengelolaan Limbah 1. Pengolahan Limbah PG. Madukismo 1. Proses Pengolahan Limbah Padat (Blothong) sebagai Pupuk Kompos Limbah padat Blothong yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo mempunyai volume yang cukup besar tiap harinya sekitar 100 ton/hari. Pabrik membeli seluas lahan di sekitar pabrik untuk menempatkan limbah tersebut, karena limbah blothong biasanya dibuang dengan cara penumpukan (open dumping). Oleh masyarakat sekitar limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Pihak PG. Madukismo melakukan

mengovenan blothong pada oven dengan suhu 105 dalam kurun waktu 3 jam sebelum membuangnya. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat ketika dibuang. Saat ini, pihak PG. Madukismo memanfaatkan blothong tersebut sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk kompos dari blothong adalah sebagai berikut: b. Proses Pengolahan Limbah Padat Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Orgaik Limbah padat ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan pada proses awal penggilingan tebu menjadi nira mentah. Limbah ini jumlahnya cukup banyak sehingga sangat bermanfaat jika dapat diolah sehingga tidak mencemari lingkungan. PG. Madukismo memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai bahan bakar organik yang dikenal dengan istilah Biomass (bahan bakar organik) yang diolah untuk menghasilkan listrik. Proses pengolahan ampas tebu sebagai bahan bakr organik adalah sebagai berikut: c. Proses Pengolahan Limbah Arang Ampas Tebu sebagai Batako Bagasse atau ampas tebu yang dibakar akan menjadi arang, yang bermanfaat untuk pupuk pertanian dan bahan bangunan (batako). Joglo tani juga memanfaatkan arang ampas tebu tersebut sebagai batako. Arang tersebut sebelum diolah dirubah dulu menjadi abu. Proses pembuatan batako adalah sebagai berikut: d. Proses Pengolahan Limbah Cair Tetes sebagai Alkohol Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula dimanfaatkan PG. Madukismo sebagai alkohol. Alkohol yang diproduksi di P.S Madubaru merupakan alkohol jenis etanol. Pembuatan alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah. Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan. Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk PG. Madukismo. Proses pengolahan alkohol dapat dilihat pada lembar berikutnya. 4.2.4 Pembahasan Karakteristik Limbah 1. Limbah Blotong

Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula yang berasal dari stasiun pemurnian nira yang dipisahkan dengan alat rotary vacum filter. Limbah blotong ini berbentuk seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Blotong sendiri merupakan limbah yang dihasilkan sebelum dikristalkan menjadi gula pasir. Pada setiap tempat

penggilingan tebu seperti pabrik gula akan selalu dijumpai tumpukan bahkan gunungan blotong dalam jumlah besar yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal Blotong mempunyai kelebihan yaitu salah satunya mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai kalor limbah pertanian seperti blotong ini adalah dengan proses pembuatan briket dimana densitas blotong ditingkatkan dengan proses densifikasi atau pemadatan dengan cara pengepresan dan biasanya dilakukan dengan alat tekan. Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong kering (Kadar air 25%), oleh laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik Bandung : Pengolahan limbah blotong di Pabrik Madukismo yang didapat dari proses pemurniaan nira direaksikan dengan zat-zat organik. Hal ini dilakukan untuk menjadikan blotong sebagai pupuk organik melalui proses pengomposan. Limbah ini sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk dan sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka. Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong dalaam bentuk kompos : 2. Limbah Tetes

Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 % tebu atau sekitar 1,5 juta ton. Tetes tebu merupakan produk pendamping karena sebagian besar dipakai sebagai bahan baku industri lain seperti vitsin ( sodium glutamate), alkohol atau spritius dan bahkan untuk komoditas ekspor dalam pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan kandungan gula dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang dihasilkan dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang mengalami kendala dalam penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya, seperti tangki tidak cukup menampung karena tetes kurang laku, atau memungkinkan terjadinya ledakan dalam penyimpanan di tangki tetes sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi. Tetes tebu yang dihasilkan oleh PG. Madukismo ini ini termasuk dalam limbah cair. Warna dari limbah tetes ini berwarna hitam dan menghasilkan bau yang sangat menyengat. Dilihat dari tingkat kekeruhannya, limbah tetes tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo ini termasuk dalam tingkat yang keruh. Hal ini dikarenakan tetes tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa pengolahan gula pada saat distasiun pengolahan. Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula di dalamnya. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 60 % ; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Selain itu, molases juga dapat berfungsi sebagai perekat pada pembuatan pelet yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitasnya (Kurnia 2010).

3.

Ampas tebu

Ampas tebu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari serangkaian proses pengolahan gula. Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse)ini dapat dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas, untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan-bakar minyak oleh pabrik. Ampas tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo berwarna putih kecoklatan. Bau yang dihasilkan dari limbah ampas tebu ini berbau khas tebu. Didalam ampas tebu terdapat kandungan polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia yang digunakan untuk mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah pentosan, dengan persentase sebesar 20-27%. Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi Furfural. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri dan juga dapat disintesis menjadi turunan-turunannya seperti : Furfuril Alkohol, Furan, dan lain-lain. Kebutuhan (demand) Furfural dan turunannya di dalam negeri meski tidak terlalu besar namun jumlahnya terus meningkat . Hingga saat ini seluruh kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor. Impor terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia. 4. Abu ampas

Abu ampas tebu merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Abu ampas yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo termasuk dalam klasifikasi limbah padat. Warna dari abu ampas ini abu-abu dan menghasilkan bau yang khas seperti bau abu. Abu ampas yang ada di pabrik ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako. Batako yang dihasilkan bersifat ringan dan berwarna kehitaman. Proses pembuatan batako ini dicampur dengan semen, pasir dan bahan bahan pembuatan batako. Kemudian bahan yang telah tercampur, dicetak dengan cetakan khusus sehingga terbentuklah batako. 8. Limbah CO2

Limbah gas yang ada di pabrik gula Madukismo ini berupa uap (CO 2) yang langsung dilepaskan ke lingkungan (udara). Limbah ini tidak berbau serta tidak berwarna karena berupa gas yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.

BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan fieldrip di PT. Madukismo, Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan PT. Lembah Hijau Multifarm tersebut, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. PT. Madukismo atau Madubaru menghasilkan limbah padat berupa blothong, ampas tebu, abu ampas, limbah cair tetes, serta limbah gas berupa CO2, dimana limbah tersebut telah dikelola menjadi barang bermanfaat 5.2 Saran Dalam melaksanakan fieldtrip sebaiknya semua peralatan yang dibutuhkan dipersiapkan. Selain itu semua penjelasan dari narasumber sebaiknya dicatat secara lengkap. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://PT. Madubaru/madukismo. Tanggal akses 21 November 2012. Afolayan O. S et al.. 2012. Hydrological Implication of Solid Waste Disposal on Ground Water Quality in Urbanized Area of Lagoe State, Nigeria. International Journal of Applied Science and Technology. 2 (5) : 74-82. Mohana V.S. et al.. 2011. Effect of Treated and Untreated Coffea Waste Water on Growth, Yields and Quality of Paramosa Grass (Cymbopogon muttai L.) var motta. International Journal of Research in Chemistry and Environment. 1 (2) : 111-117. Mosher,AT. 1965. Membangun dan Menggerakkan Pertanian. Jakarta: CV. Rachmayanti. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rajkumar et al.. 2010. Ground Water Contaminate Due to Municipal Solid Waste DisposalAGIS Based Study in Erode City. International Journal of Environmental sciences . 1 (1) : 39 55. Rizka, P. 2002. Buku Pengantar Lingkungan. Malang : PT. Gramedia. Yasaguna.

PT. Madubaru yang berlokasi didaerah kabupaten Bantul Provinsi DIY mempunyai usaha pokok pabrik gula dan pabrik alkohol spritus madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu

perusahaan agro industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif mengahadapi persaingan bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati. Dengan menggunakan strategi bisnis overall cost leadership pada usaha pokok dan strategi bisnis differensiasi pada diversifikasi usaha maka PT. Madubaru siap menghadapi persaingan di era globalisasi. PT. Madubaru dengan kepemilikan saham 65% sri sultan hamengkubuwono IX (keraton ngayogyakarta hadiningrat ) dan 35% pt rajawali nusantara indonesia (pt rni),serta pelaksanaan konsep good corporate governance (gcg) secara konsisten akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat petanii tebu dan insvestor yang menanamkan modalnya. 1. A.

SEJARAH SINGKAT

PG-PS Madukismo adalah satu-satunya pabrik gula dan pabrik alkohol atau spritus di Provinsi DIY. : 1955 : Sri Sultan Hamengkubuwono IX : 29 Mei 1958 oleh Presiden Ir. Soekarno : pabrik gula tahun 1958 : 1959 : Machine Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur : Perseroan terbatas, didirikan 14 juni 1955. : Pabrik-Pabrik Gula Madubaru PT. (P2G. Madubaru PT), Memiliki 2 : Pabrik Gula (PG) Madukismo, Pabrik Alkohol atau Pabrik Spiritus (PS) Madukismo : Awal berdiri 75% milik Sri Sultan Hamengkubuwana IX, 25% milik pemerintah RI. Saat ini dirubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X, 35% milik pemerintah RI.

Dibangun Atas prakarsa Diresmikan Mulai produksi Pabrik spritus Kontraktor utama Status perusahaan Diberi nama pabrik Pemilik saham

Kronologis status perusahaan dan perubahan manajemen.

1. 1955 -1962 : perusahaan swasta PT. 2. 1962-1966 : bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia. 3. 1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan swasta.

4. 1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur. 5. 4 maret 1984-24 Februari 2004: diadakan kontrak management dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). 6. 24 Februari 2004 : PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri 7. B.

PRODUKSI

Produksi Utama ( dari PG. Madukismo )

Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).

Produksi Samping ( dari PS. Madukismo ) Alkohol murni ( kadar minimal 95% ) Spiritus bakar ( kadar 94% )

Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia. 1. C. PANENAN ( PASCA PANEN )

Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG ( Forum Musyawarah Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori. 1. D.

PROSES PENGOLAHAN DI PG MADUKISMO

Pemerahan Nira ( Extraction )

Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36x 64.

Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.

Pemurnian nira

Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70-75 c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100-105c. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.

Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.

Kristalisasi

Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).

Puteran gula ( Centripuge )

Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal.

Penyelesaian dan Gudang Gula

Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.

Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega Listrik

Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam masingmasing 440 m VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM.

Kualitas Produksi Gula

Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA. 1. E. ANALISI GULA

Analisa PG. Madukismo Standard P3GI Nilai remisi direduksi 70,20 70,00 Besar jenis butir (mm) 1,05 0,9-1,10 Kadar air (%) 0,08 0,10 Polarisasi 99,96 99,80 1. F. PROSES PENGOLAHAN TEBU ( GAMBAR )

Pengangkutan Hasil Panen Tebu Tebu Masuk ke Pabrik dan Diangkut dengang Lori Tebu Masuk ke Penggilingan ( 5x giling ) Air Tebu Masuk ke Bak Penampungan Ampas Tebu yang Akan Digunakan Sebagai Bahan Bakar Tempat Pemanas Nira Proses Kristalisasi Gula yang Sudah Mengkristal Pengemasan Gudang Penyimpanan Gula yang Akan Didistribusikan PROSES PENGOLAHAN DI PABRIK ALKOHOL/SPIRITUS

1. G.

Didirikan bersama-sama PG. Madukismo pada tahun 1955 dengan kontraktor dari jerman timur dan mulai berproduksi 1959 (1 tahun setelah PG. berproduksi). Bahan bakunya tetes tebu (Molasses), yang merupakan hasil samping dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah

peragian (Fermentasi) dan ragi yang dipakai Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang dihasilkan oleh ragi ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas CO2. Reaksi Kimia Saccarosa dihidrolisa menjadi glukosa C12H22O11 + H2O2C6H12O6 Glukosa bereaksi menjadi alkohol+gas CO2 C6H12O62C2 H5 OH+ 2CO2alkohol

Alkohol dibedakan atas dasar kualitas: Proses Produksi terdiri dari 3 tahap:

1. Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehide,kadar 94 digunakan untuk membuat spiritus bakar. 2. Alkohol murni: inimal kadar 95 bisa dipakai pada industry farmasi, kosmetik dan lainlain. 3. Hasil samping: minyak fusel ( amlaamyl alcohol ) 4. Pemakaian tetes: rata-rata 1 hari 900 kwt 5. Produksi rata-rata 25.000 l alcohol/24 jam, terdiri dari (90 alcohol murni, 10alk0hol teknis). 6. Rendemen :27,0 l alcohol/kwt tetes a. Masakan

Tetes diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber pospor dipakai pupuk NPK, PH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain. b. Peragian

Peragian dilaksanakan mulai volume3.010,18000 liter dan 75000 liter, waktu peragian utama berkisar 50-60jam dan kadar alcohol disampai antara 9 sampai 10. c. Penyulingan

Adonan yang telah selesai diragikan , dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom dan penyulingan dilakukan dengan mengunakan tenega uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 120C.

1.

Kolom Maische Alcohol kasar kadar 45masuk kolom vorloop Hasil bawah: vinase dibuang Kolom Voorloop

2.

Hasil atas: alkohol teknis kadar: 94 masih mengandung aldehide, ditampung sebagai hasil. Hasil bawah: alkohol muda kadar 25masuk kekolom rektifiser Kolom Rektifiser

3.

Hasil atas: alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95 ditampung sebagai hasil. Hasil tengah: alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk kolom nachloop. Hasil bawah: lutter waser, air yang bebas alcohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom voorloop sebagai bahan penyerap alcohol dan sebagian dibuang. Kolom Nachloop

4.

Hasil atas: alkohol teknis kadar 94 ditampung sebagai hasil. Hasil bawah: air yang bebas alkohol, dibuang .

Minyak fusel (Amyl Alkohol) merupakan hasil samping pabrik sepiritus, ini biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan Essence (Amylacetat). 1. H. LIMBAH INDUSTRI

PG. / PS. Madukismo telah menyusun dokumen amdalnya dan telah mendapat persetujuan dari pembinanya, sebagai berikut : PG. Madukismo Disetujui oleh PS. Madukismo : KA-SEL, SEL, RKL dan RPL. : departemen pertanian RI. : PEL, RKL dan RPL.

Disetujui oleh departemen perindustrian RI Jenis limbah industry yang timbul dan cara pengolahannya 1. a) Limbah Padat Pasir atau Lumpur

Kotoran yang terbawa nira mentah, dipisahkan dgn dorrchone, dimanfaatkan untuk uruk lahan atas permintaan masyarakat b) Abu Ketel Uap

Sisa pembakaran di stasiun ketel uap, ditampung dengAn lori jading dan dimanfaatkan juga untuk uruk lahan yang memerlukan. Sekarang untuk bahan baku pupuk Mix Madros . c) Debu/Langes dari Ketel Uap

Debu /langes yang terbawa keluar lewat cerobong asa, ditangkap dengan alat penangkap debu (Dust Collector) dan ditampung dalam lori jading. d) Blothong

Endapan kotoran dari nira tebu yang terjadi di stasiun pemurnian nira dipisahkan dengan alat rotary vacuum filter, dimanfaatkan untuk pupuk tanaman lain, bisa juga dimanfaatkan untuk bahan lain. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 100 ton/hari. Sekarang untuk bahan baku pupuk Mix Madros. 2. a) Limbah Cair Bocoran Minnyak Pelumas

Berasal dari pelumas mesin-mesin di stasiun gilingan dan pelumas yang terbawa pada air cucian kendaraan garasi pabrik. Bocoran minyak pelumas ini dipisahkan dalam air limbah di dalam penangkap minyak, kemudian ditampung dalam drum-drum untuk di manfaatkan lagi. b) Vinasse (Slop)

Berasal dari sistem penyulingan alkohol, di stasiun sulingan PS. Madukismo, jumlahnya cukup besar, sebelum sekitar 20 m/jam, suhu: 90 pH 4-5, warnanya coklat hitam. Sebelum dibuang ke sungai, diolah terlebih dahulu di unit pengolahan limbah cair (UPLC) yang ada, dengan menggunakan sistem/cara biologis. Operasionalnya masih perlu disempurnakan lagi secara bertahap, agar hasilnya memenuhi baku mutu limbah cair dari pabrik gula. Dan limbah pabrik spiritus banyak dimanfaatkan untuk air irigasi oleh pertanian di sekitar pabrik, karena mengandung unsur N, P, dan K yang diperlukan untuk pupuk. c) Limbah Soda

Berasal dari cucian pan-pan penguapan di pabrik gula yang kandungan COD dan BODnya cukup tinggi. Jumlahnya relative sedikit, pengolahannya diikutkan di UPLC yang ada. 3. a) Gangguan Lingkungan Yang Lain Suara Bising

Berasal dari bocoran uap yang berlebih di stasiun ketel uap, untuk meredam suara tersebut, saat ini sudah dilengkapi dengan silencer (alat peredam suara) di setiap ketel uap. b) Limbah Gas

Bau belerang dan bau busuk yang lain, ditanggulangi pada alat-alat yang terkait (Inhouse Keeping).

You might also like