You are on page 1of 25

Bab I Pendahuluan

Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, di mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.1,2 Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.1 Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam: 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit. 2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien

di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit. 3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. 1,2 Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam : 1. Kegiatan yang dilaksanakan Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical services). Karakteristik cmc: - Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat. - Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continiu). - Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya. - Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik). 2. Sasaran Pelayanan Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah keluarga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.2 2

Kerangka Blum mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan.

Definisi kesehatan dalam hal ini akan merujuk pada satu pengertian mengenai kesehatan:3 1. WHO yaitu suatu keadaan complete physical, mental, dan social well-being, and not merely the absence of disease and infirmity. 2. Sosiologi yaitu keadaan kapasitas optimum individu untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah disosialisasikan. 3. Blum yaitu kesehatan manusia terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis, yaitu apa yang dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuan seperti kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehat somatiknya sendiri; dan kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam keluarganya, dengan keluarganya, dan dengan sistem sosial.

Di negara berkembang dan maju banyak penduduknya yang mempunyai pola konsumsi dan gaya hidup yang kurang baik bagi kesehatan. Semakin sibuk, banyak penduduk yang memakan makanan yang tidak bergizi dan bahkan makan makanan siap saji yang memungkinkan timbulnya penyakit bagi tubuh. Salah satu penyakit yang dimaksud akibat pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat adalah hipertensi. Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.4 Kebanyakan jenis hipertensi adalah hipertensi primer sebesar 90% dari semua angka kejadian hipertensi. Sedangkan hipertensi yang lain adalah hipertensi sekunder yang disertai adanya penyakit sistemik. Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi.4 Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negaranegara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.4

Bab II Status Kunjungan Rumah


Puskesmas Nomor register : Kecamatan Pedes :

Data riwayat keluarga: I. Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Alamat : Ny. Aspiah Binti Isap : 52 Tahun : Perempuan : Ibu rumah tangga : Tidak tamat SD : Dusun Bayur I RT 14 RW 05 Desa Payungsari Kecamatan Pedes, Karawang Jawa Barat II. Riwayat Biologis Keluarga Keadaaan kesehatan sekarang Kebersihan perorangan Penyakit yang sering diderita Penyakit keturunan Penyakit kronis Kecacatan anggota keluarga Pola makan Pola istirahat Jumlah anggota keluarga III. Psikologis Keluarga Kebiasaan buruk Pengambilan keputusan :: Istri (suami sudah meninggal) 5 : Baik : Sedang : Sakit kepala : Hipertensi : Hipertensi :: Baik : Baik : 2 orang

Ketergantungan obat Tempat mencari pel kesehatan Pola rekreasi IV. Keadaan Rumah/Lingkungan Jenis bangunan Lantai rumah Luas rumah Penerangan Kebersihan Ventilasi Dapur Jamban keluarga Sumber air minum Sumber pencemaran air Pemanfaatan pekarangan Sistem pembuangan air limbah Tempat pembuangan sampah Sanitasi lingkungan V. Spiritual Keluarga Ketaatan beribadah Keyakinan tentang kesehatan VI. Keadaan Sosial Keluarga Tingkat pendidikan Hubungan dengan orang lain Kegiatan organisasi sosial Keadaan ekonomi

:: Mantri : Kurang

: Permanen : Semen : 40 M2 : Kurang : Sedang : Sedang : Ada : Ada : Air tanah : Tidak ada : Tidak ada : Ada : Ada : Sedang

: Baik : Cukup

: Rendah : Baik : Kurang : Kurang

Hubungan antar anggota keluarga : Baik

VII.

Kultural Keluarga Adat yang berpengaruh Lain lain : Adat Sunda :-

VIII.

Daftar anggota keluarga

(pasien)

IX. X. XI.

Keluhan utama Keluhan tambahan Riwayat Penyakit Sekarang:

: Kepala terasa pusing : Ada rasa mual karena pusingnya dirasa berputar

Sekarang os mengatakan kepalanya agak sedikit pusing sejak 3 hari yang lalu. Pusing yang dirasakan berputar. Os juga mengatakan kadang sampai terasa mual dan ingin muntah. XII. Riwayat peny dahulu : Hipertensi sejak 2 tahun lalu

XIII.

Pemeriksaan fisik: Tekanan darah: 160/100 mmHg Nadi Suhu RR a. Kepala Bentuk tidak ada kelainan, rambut kombinasi putih dan hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut. b. Mata Bentuk tidak ada kelainan, kedudukan bola mata simetris, palpebra superior et inferior tidak edem dan tidak cekung, margo palpebra kanan dan kiri tidak hiperemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat 3 mm, refleks cahaya +/+. c. Telinga Bentuk normal, liang telinga kanan dan kiri lapang, krusta -/-, serumen -/-, kedua membran timpani intak, hiperemis-/-, refleks cahaya +/+. d. Hidung Bentuk tidak ada kelainan, tampak napas cuping hidung, septum nasal tidak ada deviasi, sekret -/-. e. Mulut Bentuk tidak ada kelainan, bibir tidak kering dan tidak sianosis, lidah tidak kotor. f. Tenggorokan Tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis g. Leher Bentuk tidak ada kelainan, kaku kuduk ( - ), KGB tidak teraba membesar h. Thorax Paru-paru : Inspeksi : Gerak napas simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru 8 : 90x/ menit : 36,50C : 20 kali/menit

Auskultasi : Suara dasar napas normovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung : Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di sela iga V garis midklavikula kiri Perkusi : Tidak dilakukan Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) i. Abdomen : Inspeksi Palpasi Perkusi : Membuncit : Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak membesar : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal j. Genitalia eksterna Tidak dilakukan pemeriksaan k. Kulit Warna kulit coklat, turgor kulit kurang. l. Ekstremitas superior et inferior Akral hangat, sianosis tidak ada, edem tidak ada, deformitas tidak ada XIV. Diagnosis penyakit XV. Diagnosis Keluarga : Hipertensi grade II :-

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit Promotif : Menjaga pola makan yang baik, dan memberikan penyuluhan pada anggota keluarga tentang penyakit hipertensi dan pencegahannya. Preventif : Olahraga secara teratur Pola makan yang rendah garam dan lemak Gaya hidup yang sehat Kuratif Rehabilitatif : Obat-obatan : Captopril 12,5 mg 2 x sehari : Olahraga secara teratur 9

XVII. Prognosis Penyakit Keluarga Masyarakat XVIII. Resume: Seorang wanita 52 tahun memiliki keluhan kepala pusing sejak 3 hari yang lalu. Pusing yang dirasakan berputar. Os juga mengatakan kadang sampai terasa mual dan ingin muntah. Ada riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100 mmHg. Pada kunjungan rumah didapatkan kebersihan perorangan pasien sedang, air bersih tersedia yaitu air tanah, penerangan dalam rumah kurang. : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

No 1

Nama Aspiah binti Isap

Hub KK

Umur 52

Pend SD

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Agama Islam

Keadaan kesehatan Baik

Keadaan gizi Sedang

Imunisasi -

KB -

Ket -

Bab III
10

Tinjauan Pustaka
A. Definisi Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.5 B. Klasifikasi Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.5,6 Klasifikasi Tekanan darah Normal Prahipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 C. Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:5 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).5,7 TDS (mmHg) < 120 120 139 140 159 160 TDD (mmHg) < 80 80 89 90 99 100

11

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.5,7 Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:5 1. Penyakit Ginjal * Stenosis arteri renalis * Pielonefritis * Glomerulonefritis * Tumor-tumor ginjal * Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) * Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) * Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal * Hiperaldosteronisme * Sindroma Cushing * Feokromositoma 3. Obat-obatan * Pil KB * Kortikosteroid * Siklosporin * Eritropoietin * Kokain * Penyalahgunaan alkohol * Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya * Koartasio aorta * Preeklamsi pada kehamilan 12

* Porfiria intermiten akut * Keracunan timbal akut. D. Patogenesis Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan tekanan darah tersebut adalah: 1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan genetis 2. System saraf simpatis Tonus simpatis Variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir. 4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin dan aldosteron.5 Patogenesis oleh berbgai faktor diatas yang dapat menyebabkan hipertensi akan digambarkan oleh bagan berikut. (gambar 1).

13

Gambar 1. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan hipertensi

14

E. Kerusakan organ target

Gambar 2 : Kerusakan organ target akibat hipertensi Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:8 1. Jantung 2. Otak Stroke atau transient ischemic attack Hipertrofi ventrikel kiri Angina atau infark miokardium Gagal jantung

3. Penyakit ginjal kronis 4. Penyakit arteri perifer 15

5. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotension II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase.5 Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- (TGF-).8 Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.8 F. Faktor risiko hipertensi Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:9 1. Obesitas (Kegemukan) Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal. 2. Stres Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). 3. Faktor Keturunan (Genetik) Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. 4. Jenis Kelamin (Gender) 16

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. 5. Usia Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. 6. Asupan garam Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. 7. Gaya hidup yang kurang sehat Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan tekanan darah. G. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :8 Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainna seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.

17

Gambar 3 : Alogaritma pengobatan hipertensi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya. Terapi nonfarmakologis terdiri dari : Menghentikan merokok Menurunkan berat badan berlebih Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

18

Latihan fisik Menurunkan asupan garam Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC7:10 Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant) Beta Blocker (BB) Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB) Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu:9 Faktor sosial ekonomi Profil faktor resiko kardiovaskular Ada tidaknya kerusakan organ target Ada tidaknya penyakit penyerta Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien untuk penyakit lain

19

Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan resiko kardiovaskular

Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan yang memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang memaksa dan keadaan khusus lainnya. Indikasi yang memaksa, meliputi:8,9 Gagal jantung Pasca infark miokardium Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi Diabetes Penyakit ginjal kronis Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi:8,9 Populasi minoritas Obesitas dan sindrom metabolik Hipertrofi ventrikel kanan Penyakit arteri perifer Hipertensi pada usia lanjut Hipotensi postural Demensia Hipertensi pada perempuan Hipertensi pada anak dan dewasa muda

20

Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.10

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah:7 CCB dan BB CCB dan ACEI atau ARB CCB dan diuretika AB dan BB Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

H. Kedaruratan hipertensi Keadaan darurat hipertensi jarang terjadi pada pasien yang sebelumnya normotensi. Keadaan ini lebih sering terjadi sebagai komplikasi pada pasien hipertensi

21

yang lama tak terkendali atau hipertensi akselerasi (accelerated hypertension). Pada hipertensi ringan dan sedang penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap. Pada hipertensi maligna dan keaadaan krisis hipertensi pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah secara cepat dengan hitungan waktu dalam jam bahkan menit. Hal ini sangat penting karena peningkatan tekanan darah yang cepat akan mempermudah terjadinya komplikasi. Keadaan darurat hipertensi dibedakan menjadi emergensis dan urgensis yang bergantung pada kebutuhan waktu pengobatan. Apabila pengobatan harus dilakukan dalam 1 jam disebut emergensi skoma dan urgensis jika pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam. Yang termasuk hipertensi emergensis antara lain hipertensis ensefalopati, hipertensi dengan pendarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta yang pecah, dan pada toksemia. Hipertensi maligna tanpa komplikasi, hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada pasien yang memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan antara keduanya kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat diperlukan.11

Bab IV Pembahasan
Dari hasil kunjungan rumah didapatkan bahwa pasien mempunyai penyakit Hipertensi grade II. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, pasien berpola hidup kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya. Pola hidup tidak sehat yang dimaksud antara lain tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi dan kurangnya olahraga.

22

Pasien mengaku sering berobat untuk mengontrol tekanan darahnya di mantri terdekat dari rumahnya. Orang tua pasien memiliki riwayat sakit darah tinggi sehingga anak-anak pasien pun merupakan kelompok resiko tinggi untuk terkena hipertensi. Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori sehat, sebab kebersihan baik, ventilasi dalam rumah cukup banyak, pembuangan sampah baik, sumber air bersih ada berupa air tanah. Dari tinjauan pustaka yang ada, dikatakan bahwa hipertensi perlu dilakukan penatalaksanaan yang benar agar tekanan darah dapat terkontrol sehingga tidak merusak organ organ tubuh. Banyak sekali organ organ tubuh yang menjadi akibat dari tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang lama (sesuai dengan tinjauan pustakayang telah dibuat).

Bab V Penutup
Kesimpulan Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 24 Juni 2011, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi grade II tidak terkontrol. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang 23

salah yaitu tidak menjaga pola makan dan kurang olahraga. Untuk mencegah jatuhnya seseorang ke dalam hipertensi maka faktor resikolah harus dihindari, terutama dalam hal kepatuhan minum obat. Edukasi dari dokter kepada pasien sangatlah penting terutama mengenai komplikasi dan pengaturan pola makan serta gaya hidup yang sehat. Saran Saran bagi pasien yang menderita Hipertensi: 1. Berobat teratur ke fasilitas kesehatan (Puskesmas) minimal sebulan sekali untuk mengontrol tekanan darahnya. 2. Teratur minum obat hipertensi (darah tinggi). 3. Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan, menghindari rokok, berolahraga secara teratur, mengurangi aktivitas yang membutuhkan banyak pikiran, menghindari stress. .

Daftar Pustaka
1. Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. PT. Binarupa Aksara, Jakarta. 1995.

24

2. Arlinda. Pelayanan Dokter Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3535/1/fkarlinda%20sari.pdf. tanggal 6 Maret 2011. 3. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 23-25, 2002. 4. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35. 5. Editorial. Tekanan darah tinggi. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/ Tekanan_darah_tinggi, 25 Juni 2011. 6. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World Congress of Cardiology, Tokyo, 1978. 7. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001. 8. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005. 9. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit FKUI, 2003. 10. Editorial. Penyakit Hipertensi. Diunduh dari http://www.dokterumum.net/article/ penyakit-hipertensi.html, 25 Juni 2011. 11. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-Am., 61.3,531, 1977.

25

You might also like