Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Alex Desrianto
210111080091
FUNGSI TEORI
Mengenai fungsi teori, secara rinci Littlejohn menyatakan 9
fungsi dari teori:
1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan
tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati
realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotong-
sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan
mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan
nyata. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat
dicari dan ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh dari
pola atau hubungan itu kemudian disimpulkan. Hasilnya
(berupa teori) akan dapat dipakai sebagai rujukan atau
dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
2. Memfokuskan. Teori pada dasarnya menjelaskan tentang
sesuatu hal, bukan banyak hal.
3. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu
penjelasan tentang hal yang diamatinya. Misalnya mampu
menjelaskan pola-pola hubungan dan menginterpretasikan
peristiwa-peristiwa tertentu.
4. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi penjelasan, tapi
juga memberikan petunjuk bagaimana cara
mengamatinya, berupa konsep-konsep operasional yang
akan dijadikan patokan ketika mengamati hal-hal rinci yang
berkaitan dengan elaborasi teori.
5. Membuat predikasi. Meskipun kejadian yang diamati
berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil
pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang
keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang
digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di
masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting
bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti
persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam
organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public
relations dan media massa.
6. Fungsi heuristik atau heurisme. Artinya bahwa teori yang
baik harus mampu merangsang penelitian selanjutnya. Hal
ini dapat terjadi apabila konsep dan penjelasan teori cukup
jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
7. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli
penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan dan
terbuka terhadap kritikan-kritikan, yang memungkinkan
untuk menyempurnakan teori. Dengan cara ini maka
modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat
dilakukan.
8. Fungsi kontrol yang bersifat normatif. Asumsi-asumsi teori
dapat berkembang menjadi nilai-nilai atau norma-norma
yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau
pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
9. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di kalangan
pendukung aliran interpretif dan kritis. Menurut aliran ini,
teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan
kultural serta sarana untuk menciptakan pola dan cara
kehidupan yang baru.
PENGEMBANGAN TEORI
Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya
mengikuti model pendekatan eksperimental yang lazim
dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut
pendekatan ini, biasa disebut Hyphotetif-deductive method,
proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai
berikut:
1. Developing questions (mengembangkan pertanyaan),
2. Forming hyphotheses (membentuk hipotesis)
3. Testing the hyphotheses (menguji hipotesis)
4. Formulating theory (memformulasikan theory)
FUNGSI MODEL
Fungsi model ada empat (4):
1. Mengorganisasikan,
2. Membantu menjelaskan,
3. Meuristik dan
4. Memprediksi.
4. Model Schramm
Schramm telah memaparkan tiga model. Model pertama
mirip dengan model yang dikemukakan oleh Shanonnon dan
Weaver. Pada model kedua beliau memperkenalkan gagasan
bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan
sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan karena bagian dari
sinyal itulah yang dianut sama opleh kedua belah pihak.
Kemudian model ketiga yang diperkenalkan oleh Schramm yaitu
anggapan bahwa komunikasi adalah interaksi dengan kedua
pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik,
mentransmisikan, dan menerima sinyal.
Terjadi hubungan antara model kedua dan ketiga dimana
suatu umpan balik dapat terjadi bila antara sumber dan sasaran
terdapat kesamaan pengalaman mengenai hal yang sedang
dikomunikasikan, semakin luas ruang lingkup pengetahuan yang
sama maka semakin mudah pula komunikasi akan terjalin.
Contoh sederhananya adalah masalah bahasa, seorang yang
berbahasa afrika akan mengalami kesulitan berkomunikasi
dengan seseorang berbahasa cina karena terjadi perbedaan
pemahaman mengenai bahasa diantara keduanya yang sangat
signifikan.