You are on page 1of 25

BAB VII MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

A. Tujuan Setelah diharapkan dapat 1. memahami memerapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas yang mampu membuat siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan; 2. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkahlangkah pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran tertentu; 3. mampu mempraktikkan model pembelajaran inovatif baik pada kegiatan peer teaching maupun pembelajaran pada siswa di kelas (real teaching). B. Materi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model pembelajaran baik secara teoretis maupun dari segi praktis. Adanya pembelajaran yang bervariasi diharapkan dapat membangkitkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar, supaya kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum dapat dicapai oleh siswa. Berikut akan diuraikan beberapa pendekatan dan model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran. 1. CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di AS. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan pada guru-guru dari enam membaca dan mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa

Model-Model Pembelajaran Inovatif

65

provinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di AS, melalui Direktorat SLTP Depdiknas. Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. A. Pengertian CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian itu terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Seperti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda, yang secara bersamasama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersamasama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik. B. Komponen CTL Inquiry Questioning Constructivism Learning community Authentic assessment Modeling Reflection 1. INQUIRY Siklus proses dalam membangun pengetahuan/konsep yang bermula dari observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

66

2. QUESTIONING Kegiatan bertanya yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk mengarahkan, membimbing, dan mengevaluasi cara berfikir siswa. Sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. 3. CONSTRUCTIVISM Aliran pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. 4. LEARNING COMMUNITY Kelompok belajar atau sekelompok komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. 5. AUTHENTIC ASSESSMENT Alternatif prosedur penilaian yang menuntut siswa untuk benar-benar menunjukkan kemampuannya secara nyata. 6. MODELING Kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa dapat mencontoh atau belajar, atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. 7. REFLECTION Melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. C. Penerapan CTL di kelas Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! Lakukan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik!

Model-Model Pembelajaran Inovatif

67

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya! Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)! Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran! Lakukan refleksi di akhir pertemuan! Lakukan penilaian yang sebenarnya! 1. KONSTRUKTIVISME Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya. Mari kita kembangkan lebih banyak lagi! 2. MENEMUKAN (INQUIRY) Merumuskan masalah Bagaimanakan cara melukiskan suasana kerja di Instansi saudara? Mengamati atau melakukan observasi Membaca referensi untuk informasi pendukung. Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang instansi saudara. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar dll. Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. Disampaikan pada orang lain untuk mendapat masukan. Bertanya jawab dengan teman. Memunculkan ide-ide baru. Melakukan refleksi. Menempelkan gambar, karya tulis di mading, majalah sekolah, dsb.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

68

3. BERTANYA (QUESTIONING) Hampir pada semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Bisa juga dilakukan saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati, ketika menemui kesulitan. 4. MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY) Prakteknya dapat terwujud dalam: Pembentukan kelompok kecil. Pembentukan kelompok besar. Mendatangkan ahli ke kelas. Bekerja dengan kelas sederajat. Bekerja dengan kelas di atasnya. Bekerja dengan masyarakat. 5. PEMODELAN (MODELING) Guru bukan satu-satunya model. Bisa juga model dari siswa yang memenangkan kontes English Speech untuk mendemonstrasikan kemampuannya. Dari luar kelas oleh native speaker. Atau juga model pembuatan berita dari teks-teks berita dari Harian Kompas, Jawa Pos, dsb. 6. REFLEKSI (REFLECTION) Realisasinya berupa: Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. Oh ternyata saya pernah mengatakan we pay alone alone itu salah yang benar adalah we go halves. Catatan atau jurnal di buku siswa. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran siswa hari itu.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

69

Diskusi. Hasil karya. 7. PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT) Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Dalam pembelajaran bahasa asing (English), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi juga bisa teman lain atau orang lain Karakteristik Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Yang diukur pengetahuan dan keterampilan, bukan mengingat fakta. Berkesinambungan. Terintegrasi. Dapat digunakan sebagai feed back. D. Hal-hal sebagai Dasar Penilaian: Proyek/kegiatan dan laporannya. PR Kuis Karya siswa Presentasi atau penampilan siswa Demonstrasikan Laporan Jurnal Hasil tes tulis Karya tulis

Model-Model Pembelajaran Inovatif

70

Adakah tes dalam CTL? Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber data untuk melihat kemajuan belajar siswa, termasuk Ebtanas. Hanya, untuk pengumpulan data kemajuan belajar itu, dalam CTL tidak hanya menggunakan tes. Prinsip yang digunakan adalah authentic assessment, penilaian yang sebenarnya. Apakah perbedaan CTL dengan CBSA, Pendekatam Proses, Quantum Learning, Student Active Learning, Meaningful Learning, Problem-Based Learning, Cooperative Learning, Work-Based Learning, dll? Jiwa dari pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan CTL, yakni bagaimana menghidupkan kelas. Bedanya pada aspek penekanannya. Bagaimana dengan buku siswa (buku paket)? Buku pelajaran, buku paket, atau buku siswa tetap digunakan dalam kelas CTL. Hanya, buku sejenis itu jangan digunakan sebagai satu-satunya sumber belajar. Media apapun dapat digunakan sebagai sumber belajar: televisi, majalah anak dan remaja, buku-buku bidang studi lain, buku telpon, koran, bungkus obat-obatan, dsb. 2. PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Pengertian Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih

Model-Model Pembelajaran Inovatif

71

mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. B. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Kooperathif Beberapa teori yang mendasari, mengapa siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak daripada kelas yang diorganisasikan secara tradisional adalah sebagai berikut (Slavin, 1995: 16). a. Teori Motivasi Menurut teori motivasi, motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Terdapat tiga pencapaian tujuan seperti berikut ini: 1. Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu menyumbang pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain mencapai tujuan tersebut 2. Kooperatif, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu membuat frustasi pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa mereka akan mencapai tujuan jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. 3. Individualistik, di mana upaya-upaya berorientasi tujuan tiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan teori motivasi, struktur pencapaian tujuan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya dan atau yang lebih penting adalah memberi dorongan atau dukungan pada anggota lain untuk berusaha mencapai tujuan yang maksimal. b. Teori Kognitif Teori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana kebersamaan di dalam kelompok itu sendiri (apakah kelompok mencoba mencapai suatu tujuan

Model-Model Pembelajaran Inovatif

72

kelompok atau tidak). Yang termasuk dalam kategori teori kognitif adalah teori perkembangan atau teori elaborasi kognitif. 1. Teori Perkembangan. Asumsi yang mendasar dari teori perkembangan adalah ingteraksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dalam meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Menurut Vygotsky interaksi antar siswa terjadi pada zona of proximal development jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. 2. Teori Elaborasi Kognitif. Pandangan teori elaborasi kognitif berbeda dengan pandangan teori perkembangan. Penelitian dalam psikologji kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi harus tinggal dalam memori, siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi atas suatu materi. Sebagai contoh, membuat ikhtisar atau outline dari suatu bkuliah merupakan kegiatan belajar yang lebih baik daripada sekedar membuat catatan, karena ikhtisar atau outline menghendaki siswa mereorganisasi materi dan memilih materi yang penting. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi pembicara dan pendengar, dan antara pembicara dan pendengar akan lebih banyak belajar. Bila dibandingkan dengan belajar sendiri, pembicara akan lebih banyak belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa siswa yang menerima penjelasan yang telah dijabarkan akan mendapatkan satu pelajaran lebih bila dibandingkan dengan belajar sendiri, tetapi tidak sebanyak yang diperoleh orang yang menerangkannya. C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yakni perestasi akademik, penerimaan akan penghargaan dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 1997: 111). a. Perestasi Akademik

Model-Model Pembelajaran Inovatif

73

Meskipun pemelajaran kooperatif mencakup berbagai tujuan sosial, namun pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Para pengembang pembelajaran kooperatif telah menunjukan bahwa struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai yang diperoleh siswa dan mengubah norma-norma yang sesuai dengan prestasi itu (Arends, 1997: 111). Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi bersama-sama dalam mengajarkan tugas-tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi secara akademik memperoleh lebih banyak karena ia berfungsi sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang konsep-konsep dalam suatu pelajaran. b. Penerimaan akan Keanekaragaman Efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik, dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. siswa Perkembangan Keterampilan Kooperatif Tujuan ketiga dan penting dari belajar kooperatif adalah mengajarkan kepada keterampilan-keterampilan kerjasama dan elaborasi. Ini merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki dalam suatu masyarakat, di mana banyak pekerjaan orang dewasa dilakukan dalam organisasi besar dan saling ketergantungan dan sangat beragam budayanya. Namun banyak anak-anak dan orang dewasa kekurangan keterampilan ini. Hal ini dibutuhkan dengan seberapa sering ketidaksesuaian di antara individu-individu dapat membawa pada tindak kekerasan atau seberapa sering orang dewasa menyampaikan rasa tidak puasnya saat diminta bekerja dalam situasi kooperatif. Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural. Keempat tipe tersebut mempunyai perbandingan seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

74

Tabel 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Aspek Tujuan kognitif Tipe STAD Informasi akademik sederhana Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok asal dan Pemilihan topik pelajaran Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif Biasanya guru kelompok ahli Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru Tipe Jigsaw Informasi akademik sederhana Kerja kelompok dan kerja sama Investigasi Pendekatan Kelompok Struktural Informasi akademik Informasi tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Kerjasama dalam kelompok kompleks Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen akademik sederhana Keterampilan kelompok an keterampilan sosial Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anngota.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

75

Penilaian

Tes mingguan

Bervariasi dapat Menyelesaikan berupa mingguan tes proyek dan menulis laporan, menggunakan essay Lembar pengetahuan publikasi lain dan dapat tes

Bervariasi

Pengakuan

Lembar pengetahuan dan lain publikasi

Publikasi lain

Bervariasi

Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khususnya. Tabel 3 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan tingkah laku guru pada setiap sintaks. Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1 siswa Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasi siswa ke kelompok-kelompok belajar Fase 4 belajar Fase 5 Evaluasi Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan yang ingin semua dicapai tujuan pada

Menyampaikan tujuan dan memotivasi pelajaran

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa

dalam bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan

Model-Model Pembelajaran Inovatif

76

Demikianlah uraian singkat tentang model pembelajaran kooperatif yang sangat cocok untuk memberi bekal kepada siswa trampil hidup bermasyarakat. 3. PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) Menurut Sidi (2004), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah model pembelajaran yang beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif membangun makna/pemahaman dari informasi dan pengalaman si pembelajar. Menurut Siswono (2004), PAKEM bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan ketrampilanketerampilan, pengetahuan dan sikap bagi kehidupan kelak. PAKEM dapat ditinjau dari segi guru maupun siswa. Aktif diartikan siswa maupun guru berinteraksi tanggapan, untuk menunjang pembelajaran. atau Guru mampu menciptakan suasana yang meningkatkan keaktifan siswa untuk bertanya, memberikan mengungkapkan ide, mendemonstrasikan gagasan/idenya. Guru aktif memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif akan mendorong kreativitas siswa baik dalam belajar maupun memecahkan masalah. Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu belajar. Guru dapat menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran. Siswa akan kreatif, bila diberi kesempatan merancang/membuat sesuatu, menuliskan ide atau gagasan. Kegiatan tersebut akan memuaskan rasa keingintahuan dan imajinasi siswa. Suasana belajar yang aktif dan kreatif akan mendorong siswa untuk senang belajar dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang hidup, semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong pemusatan perhatian siswa terhadap belajar. Agar menyenangkan dipelukan afirmasi (penguatan/penegasan), memberi pengakuan dan merayakan kerja keras siswa. Perayaan dapat diwujudkan dalam bentuk tepuk tangan, poster umum, catatan pribadi atau saling menghargai. Kegiatan belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan harus tetap bersandar pada tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

77

Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka. PAKEM menggambarkan kondisi-kondisi sebagai berikut. 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan (aktifitas) yang mengembangkan keterampilan, kemampuan dan pemahamannya dengan menekankan pada belajar dengan berbuat (learning by doing). 2. Guru menggunakan berbagai stimulus/motivasi dan alat peraga, termasuk lingkungan 3. 4. 5. sebagai sumber belajar agar pengajaran lebih menarik, menyenangkan dan relevan bagi peserta didik. Guru mengatur kelas untuk memajang buku-buku dan materi-materi yang menarik dan membuat pojok bacaan. Guru menggunakan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya sendiri. Dalam pelaksanaan PAKEM perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memahami sifat siswa. Mengenal siswa secara individu/perorangan. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Memberikan umpan balik yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.

4. MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Model-Model Pembelajaran Inovatif

78

A. Pengertian Pembelajaran Langsung Model Pembelajaran Langsung merupakan suatu model pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan menguasai ketrampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah. Ketrampilan dasar yang dimaksud dapat berupa aspek kognitif maupun psikomotorik, dan juga informasi lainnya yang merupakan landasan untuk membangun hasil belajar yang lebih kompleks. Sebelum siswa dapat memperoleh dan memproses sejumlah besar informasi yang akan diterimanya, mereka harus menguasai terlebih dahulu strategi belajar seperti membuat catatan dan merangkum isi materi bacaan. Sebelum siswa dapat berfikir secara kritis, mereka perlu menguasai ketrampilan dasar yang berkaitan dengan logika, membuat referensi dari data, dan mengenal ketidakobyektifan dalam presentasi. Sebelum siswa dapat menulis suatu paragraf mereka dalam menguasai pengkonstruksian kalimat dasar, penggunaan katakata dengan benar, dan disiplin diri dalam tugas penulisan. Sebelum siswa menguasai teknik menembak pistol dengan baik dan benar, maka mereka terlebih dahulu harus mengetahui tentang konsep menembak pistol yang baik dan benar, mengenal bagianbagian pistol dan fungsinya, mengikuti pelatihan menembak pistol secara terbimbing, melaksanakan latihan menembak pistol lanjutan yang dilakukan secara mandiri. Dalam model pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian, ketrampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai subyek didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol daripada peran siswa. Dampak mengembangkan demi setahap. B. Landasan Teoritik dan Empirik Secara historis, beberapa aspek model pembelajaran langsung banyak diterapkan dan dikembangkan dalam prosedur pelatihan-pelatihan oleh dunia kemiliteran dan industri. Pengembangan model pembelajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan empirik tertentu. Diantaranya adalah ide-ide dari bidang instruksional penguasaan dan model pembelajaran sederhana dan langsung kompleks adalah serta ketrampilan

pengetahuan deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan setahap

Model-Model Pembelajaran Inovatif

79

analisis sistem, teori pemodelan sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya. 1. Analisis Sistem. Dalam sebuah proses pembelajaran sebagai suatu sistem, analisis sistem menekankan pada bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan ketrampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik ketrampilan kompleks dan ideide menjadi komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan pandangannya tentang hal ini: Pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka, mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menjadi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan kehidupan masyarakat sekarang atau masa yang akan datang 2. Teori Pemodelan Tingkah Laku. Teori belajar yang banyak memberikan sumbangannya pada model pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial atau belajar melalui observasi yang menurut Arends disebut teori pemodelan tingkah laku. Teori ini mencoba menggunakan mekanisme observasi dan penguatan dari pengamatan konsekuensi-konsekuensi perilaku orang lain untuk menjelaskan perolehan bermacam-macam perilaku sosial seperti agresi dan kerjasama. 3. Beberapa hasil penelitian tentang keefektifan guru. Model Pengajaran Langsung didukung beberapa hasil penelitian, seperti yang ditulis oleh Prof Dr. Muhammad Nur (2000) mengutip hasil penelitian yang dilaksanakan Stallings dan Kaskowitz dengan mengamati penampilan guru di 166 kelas, dan hasilnya menyatakan bahwa model ini lebih berhasil dan

Model-Model Pembelajaran Inovatif

80

memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi dari pada mereka yang menggunakan metode- metode informal dan berpusat pada siswa. C. Pelaksanaan Model Pengajaran Langsung Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling jelek masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Model ini sebenarnya dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, pendidikan olahraga dll. Apabila informasi atau ketrampilan yang akan diajarkan terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah, model pembelajaran langsung sangat cocok dipergunakan. Model pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan ketrampilan sosial atau kreatifitas, proses berfikir tinggi dan abstrak. Pembelajaran langsung dilaksanakan melalui lima Fase, yaitu 1) menyampaikan tujuan dan meyiapkan siswa. 2) Mendemostrasikan ketrampilan atau pemahaman yang merupakan fokus pelajaran itu. 3) Memberikan latihan terbimbing 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik dan 5) Memberikan latihan mandiri. Fase-fase Model Pengajaran Langsung dapat dijelaskan berikut ini: 1. Menyampaikan tujuan mempersiapkan siswa. Guru menjelaskan tujuan Pembelajaran khusus, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan. Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, atau menyajikan informasi setahap demi setahap. 3. Membimbing pelatihan. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Dalam memberikan bimbingan pelatihan guru perlu: a. Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. b. Memberikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/ketrampilan yang dipelajari.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

81

c. Memperhatikan tahap-tahap pelatihan (dibagi dalam segmen-segmen sehingga sangat efektif untuk memantapkan ketrampilan yang pernah dipelajari siswa. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. 5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Karena sifat dan model pengajaran langsung ini teacher centered, maka tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku siswa yang menyimpang. Jika terdapat hal yang demikian maka yang perlu dilakukan guru adalah: 1. Berilah siswa tersebut nasehat sehingga segera menghentikan perilakunya yang menyimpang. Jalinlah komunikasi yang baik sehingga dia betul-betul merubah perilakunya. Lakukan selalu kontak mata dengan siswa itu sebagai tanda perhatian gadik kepada siswanya. 2. Jelaskan dan ingatkan siswa itu tentang aturan atau prosedur yang benar. Tugasi siswa itu mengidentifikasi prosedur yang benar. Beri umpan balik jika dia belum memahami. 3. Terapkan konsekuensi atau hukuman apabila ada yang melanggar. 4. Ubahlah aktifitas kelas, seringkali perilaku yang menyimpang terjadi karena siswa terlampau lama dan bosan melakukan kegiatan tertentu. Memberikan tugas tambahan yang bervariasi, diskusi, mengubah kegiatan yang ada merupakan sarana yang tepat untuk membuat siswa kembali aktif dalam proses belajar mengajar Terdapat beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh para guru dalam mempraktekkan model pembelajaran langsung adalah: 1. Model pembelajaran langsung memerlukan lingkungan pembelajaran yang terstruktur baik dan uraian gadik yang jelas. 2. Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas, perlu mendapat perhatian yang seksama.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

82

3. Dalam melaksanakan pembelajaran langsung, gadik perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku yang benar, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih. 4. Pelatihan perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut : berikan pelatihan singkat, bermakna, dan frekuensi yang tidak berlebihan, siswa benar-benar menguasai ketrampilan yang dilatihkan, menggunakan pelatihan yang berkelanjutan atau pelatihan berselang. 5. Pembelajaran langsung menuntut pengelolaan kelas yang unik, menarik dan mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses pembelajaran. 6. Pengelolaan kelas yang juga perlu memperoleh perhatian adalah mengatur tempo pembelajaran, kelancaran alur pembelajaran, mempertahankan keterlibatan dan peran serta siswa dan menangani dengan cepat penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa. 7. Penilaian hasil belajar siswa ditekankan pada praktek pengembangan dan penerapan pengetahuan dasar yang sesuai, mengukur dengan teliti ketrampilan sederhana dan yang kompleks, serta memberikan umpan balik kepada siswa. Demikianlah uraian singkat dari artikel tentang model pembelajaran langsung yang dapat penulis paparkan. Akhir kata, penulis mengucapkan Selamat mencoba untuk mempraktekkan model tersebut dan bahkan mengembangkannya. 5. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang outentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Pembelajaran berbasis masalah dilandasi teori kontruktivisme yang berpandangan: (1) pembelajaran perlu dimulai dari permasalahan nyata yang pemecahannya memerlukan kerjasama kolaborasi diantara pebelajar;

Model-Model Pembelajaran Inovatif

83

(2) mengandung peran pembelajar sebagai pemandu pebelajar dalam merinci rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan yang dapat dilakukan oleh pebelajar; (3) kemudian memandu bagaimana menggunakan keterampilan dan strategi yang diperlukan agar tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan; dan (4) bergantung pada mempertahankan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan. A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (interdiciplinnary focus) Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintah. 3. Menyelidiki masalah autenti

Model-Model Pembelajaran Inovatif

84

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumlpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4. Memamerkan hasil kerja Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5. Kolaborasi Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu sama lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. C. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000: 7). D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa/mahasiswa. Masalah tersebut dapat berasal dari

Model-Model Pembelajaran Inovatif

85

siswa/mahasiswa atau mungkin juga diberikan oleh pengajar. Siswa/mahasiswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa/mahasiswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa/mahasiswa. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Langkah mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyeimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru/dosen pada tahap ini. Walaupun guru/dosen tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa/mahasiswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih. Dalam hal ini guru/dosen harus berperan sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakan.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

86

Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam PBL adalah pertanyaan berbasis why bukan sekedar how. Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan masalah, keterampilan mahasiswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak semata-mata keterampilan how, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses belajar melalui PBL. Namun yang harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemampuannya untuk memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut serta kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang sangat luas. Apalagi jika PBL digunakan untuk proses pembelajaran di perguruan tinggi. Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagaimana disajikan berikut ini. 1. Mengorientasikan pebelajar pada masalah Pada awal pembelajaran berbasis masalah, pembelajar terlebih dahulu menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Selanjutnya pembelajar melakaukan orientasi masalah hingga masalah muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar. 2. Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok berdasar masalah yakni pebelajaran dibentuk bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan, pembelajar dapat membuat tanda kelompok. 3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok Pada tahap ini pembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan melaksanakan kegiatan aktual sampai mereka benar-benar mengerti dimensi

Model-Model Pembelajaran Inovatif

87

situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja Pebelajar secara mandiri atau kelompok memberikan tanggapan atas hasil kerja temannya. Berdiskusi, berdialog, bahkan berdebat memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan. 5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Tahap akhir pembelajaran berdasar masalah meliputi bantuan pada pebelajar menganalisa dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri sebagaimana kegitan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan di dalam pencapaian hasil pemecahan masalah. E. Kelebihan 1. pebelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut, 2. melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir pebelajar yang lebih tinggi, 3. pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga pembelajaran lebih bermakna, 4. pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari, 5. menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara pebelajar, dan 6. pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar dapat diharapkan. F. Kelemahan 1. Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu untuk kegiatan belajar siswa.

Model-Model Pembelajaran Inovatif

88

2. Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru pembelajaran dapat membawa resiko yang merugikan. Misalnya keselamatan kerja di laboratorium, keselamatan pada waktu pengumpulan data di lapangan, atau kegiatan belajar siswa tidak optimal disebabkan oleh sikap ketidakpedulian para siswa. 3. Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima hipotesis (Sudjana, 1989: 93-94).

Model-Model Pembelajaran Inovatif

89

You might also like