You are on page 1of 5

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN

Disusun Oleh : SHERLO ADHA MAULANA (F1D012024) YURITA AFRILIANI (F1D012028) Dosen Pengampu :

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BENGKULU 2012

IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN

I.

PENDAHULUAN Dalam menegakkan Tauhid, seseorang haruslah menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Sehingga dengan demikian, bertauhid dalam pengertian mengesakan Tuhan dengan yakin dan percaya pada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, melafalkannya dengan lisan, dan membuktikannya dengan perbuatan pun dapat terlaksana. Inilah alasannya mengapa seseorang belumlah dapat dikatakan beriman dan bertaqwa apabila orang tersebut belum melafalkan kalimat tauhid dalam syahadat, dan mengiringinya dengan perbuatan yang menunjukkan ketaatan pada perintah Allah dan penjauhan diri akan segala yang dilarangNya. Tidak dapat dielakkan bahwa pengaruh iman dan taqwa dalam kehidupan kita ini sangatlah besar dan vital, terlebih lagi di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, yang mana dari segala sisi pencapaian pastilah terdapat sisi baik dan sisi buruknya. Sehingga tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa keberadaan keimanan dan ketaqwaan dalam diri seseorang sungguhlah amat sangat penting. Berikut kita bahas problematika-problematika kehidupan modern yang perlu diwaspadai agar tidak menjerumuskan keimanan dan ketaqwaan kita dalam menapaki kehidupan sebagai hamba Allah yang selalu mencoba taat padaNya:

II.

PROBLEMATIKA KEHIDUPAN MASA KINI

Manusia adalah homo sapiens (Hewan rasional). Dengan kemampuan akal manusia dapat mengatasi keterbatasan pada dirinya. Tapi dengan akal pulalah manusia menciptakan berbagai kerusakan di muka bumi ini. Adapaun jenis-jenis problematika yang dihadapi oleh umat Islam di zaman yang modern ini antara lain adalah:

1. Ghazwul Fikri Yang dimaksud dengan invasi pemikiran (Ghazwul Fikri) adalah usaha suatu bangsa untuk menguasai pemikiran bangsa lain (kaum yang diinvasi), lalu

menjadikan mereka (kaum yang diinvasai) sebagai pengikut setia terhadap setiap pemikiran, idealisme, way of life, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa, etika, serta norma-norma kehidupan yang ditawarkan kaum penginvasi. Invasi pemikiran ini jelas-jelas berbahaya bagi umat Islam karena jika tidak pandai-pandai dalam memilah-milah pemikiran, maka bisa mengganti norma dan budaya Islam dengan budaya Barat dan menjauhkan umat Islam dengan agamanya sendiri. Hal ini dimungkinkan terjadi karena akses informasi menjadi sangat mudah bagi masyarakat internasional. Televisi, radio, internet; semua barangbarang itu menjadi sarana penyebaran informasi yang bila tidak pandai-pandai dalam menyaringnya dapat memengaruhi pemikiran seseorang.

2. Sekulerisme Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu non-agama memang merupakan bagian dari upaya untuk menghilangkan peran agama dalam masyarakat dan memunculkan keraguan akan kebenaran agama. Sekulerisme ini berbahaya bagi umat Islam karena dapat menyebabkan Atheisme dan keragu-raguan dalam menjalankan kehidupan beragama. Sekulerisme berdampak cukup serius kepada umat Islam, selain hilangnya kepahaman akan Syariat Islam juga menjadikan agama hanya sebatas ritualritual semata. Agama yang merupakan sumber terbesar dari energi serta aspirasi dan merupakan pemandu menuju kehidupan yang bermakna di atas bumi ini menjadi begitu berubah. Agama hanyalah urusan akhirat. Dan yang menyebar justru kemudian hal-hal yang menyangkut dengan mistik, takhayul, demikian Ai Syariati mengungkap dampak negatif dari sekulerisasi ini.

3. Kapitalisme, Materialisme, Ilmiah-Positivisme, dan Modernisasi. Hal-hal di atas muncul dan menjadi masalah besar bagi umat Islam sebagai salah satu produk ghazwul fikri. Berawal dari temuan metode ilmiah dan pengembangan IPTEK yang bersumberkan pada paradigma material kemudian berlanjut dengan kapitalisme, yang merasuki sistem pembangunan dan ekonomi umat Islam. Hal ini tidak menyebabkan apa-apa kecuali semakin terpuruknya umat Islam secara ekonomi dan politik. Maka yang terjadi

sekarang adalah imperialisme epistemologi oleh Barat kepada umat Islam. Keterbelakangan pada banyak hal menyebabkan umat Islam terpaksa mengikuti pola ini sadar atau tidak untuk tetap bisa bertahan hidup.

III.

INDIKATOR MANUSIA BERTAQWA

Melihat begitu kompleksnya problematika yang di hadapi umat Islam pada masa kini, maka menjadi suatu tantangan besarlah bagi umat Islam untuk menyelesaikannya. Dan, satu-satunya jalan yang tersedia bagi umat Islam adalah dengan mempertahankan nilai-nilai ketaqwaan dalam diri dan tidak

membiarkannya tergerus oleh nilai-nilai yang tidak islami. Sehingga, perlulah diketahui oleh kita apa saja indikator yang menunjukkan seorang itu adalah seorang yang bertaqwa atau tidak. Berikut indikator seorang manusia yang bertaqwa berdasarkan surat Al-Baqarah: 1-5 dan 177, Ali Imron: 133 dan 135, serta surat Adz-Dzariyat: 15 dan 19: 1. Iman (kepada Allah, yang ghaib, para Nabi, kitab-kitab, hari akhir) 2. Memelihara ibadah formal, seperti mendirikan shalatlimawaktu dan shalat malam, dan menunaikan zakat 3. Mengeluarkan harta yang dicintainya, baik di waktu lapang maupun sempit kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang meminta-minta dan lain-lain 4. Memelihara kehormatan diri dengan cara menepati janji 5. Mohon ampun kepada Allah atau bertaubat atas segala kesalahan dan dosa 6. Sabar dalam kesempitan dan penderitaan serta peperangan 7. Menahan amarah dan suka memaafkan kesalahan orang lain

IV.

FAEDAH MANUSIA BERTAQWA

Tiadalah suatu apa pun yang Allah perintahkan melainkan selalu ada kebaikan di dalamnya, begitu pulalah dalam perintah taqwa. Menempa diri menjadi pribadi bertaqwa bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih ia harus memenuhi indikatorindikator tertentu sebelum ia dapat dinyatakan bertaqwa. Namun, di balik susah payahnya menempa diri menjadi pribadi bertaqwa, Allah sudah sediakan berjuta faedah bagi dirinya. Faedah yang membuat orang bertaqwa tidak akan pernah

menyesal telah berupaya menjadi pribadi kecintaan Allah dengan sikap taqwanya. Di antara sedikit faedah itu adalah berikut: 1. Pahala dan surga (QS. Yusuf: 57, QS. Al-Baqarah: 103, QS. Ali Imran: 15, 133, 179, 198, dan QS. Maryam: 63) 2. Mendapat keberuntungan dan kemenangan (QS. Al-Maidah: 100, QS. AnNur: 52, dan QS. An-Naba: 31) 3. Mendapat furqonan (petunjuk yang membedakan baik dan buruk), dihapuskan segala dosa dan ampunan (QS. Al-Anfal: 29, dan QS. At-Thalaq: 5)) 4. Bersama Allah dan dicintai Allah (QS. Ali Imran: 76, dan QS. At-Taubah: 4 dan 123, QS. An-Nahl: 128) 5. Mendapatkan keselamatan (QS. An-Naml: 53, dan QS. Az-Zumar: 61) 6. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (QS. At-Thalaq: 2) 7. Mendapatkan rahmat dan keberkahan (QS. Al-Anam: 155, QS. Al-Araf: 156, dan QS. Al-Araf: 96) 8. Mendapatkan rizki dengan mudah (QS. At-Thalaq: 3) 9. Mendapatkan kemudahan dalam urusan (QS. At-Thalaq: 4)

You might also like