You are on page 1of 25

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyuluh kehutanan memiliki peranan yang strategis dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kemandirian serta partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian hutan. Penyuluh berupaya dan bergiat mengajak, membimbing dan memfasilitasi masyarakat agar dapat berdaya dan mandiri sehingga, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin Dalam tataran praktek, penyuluh kehutanan diharapkan mampu menyampaikan berbagai materi penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan dan juga menyampaikan berbagai masukan demi penyempurnaan dan pengembangan sistem penyuluhan dalam suatu forum diskusi. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang mutlak bahwa penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi yang memadai. Agar komunikasi dan presentasi yang dilaksanakan berjalan efektif, seorang penyuluh diharapkan mampu memahami teknik komunikasi dan presentasi yang efektif sehingga dapat mendukung perannya sebagai fasilitator, mediator, informator, motivator dan konsultan masyarakat. B. Maksud dan Tujuan Penyampaian mata diklat ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pada calon penyuluh ahli mengenai bagaimana komunikasi dan presentasi yang efektif, dengan tujuan agar dapat diimplemantasikan dalam suatu kegiatan penyuluhan. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan mata diklat ini meliputi pengertian, tujuan, unsur, dan bentuk komunikasi; paradigma pemberdayaan; perubahan model komunikasi, hambatanhambatan komunikasi; komunikasi efektif; dan presentasi efektif.

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

D. Kompetensi Dasar Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta diharapkan dapat menjelaskan komunikasi dan presentasi yang efektif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. E. Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pelajaran, diharapkan peserta diklat dapat menjelaskan: 1. Pengertian, tujuan, unsur, dan bentuk komunikasi. 2. Paradigma pemberdayaan. 3. Perubahan model komunikasi. 4. Hambatan-hambatan dan keberhasilan komunikasi. 5. Komunikasi efektif. 6. Presentasi efektif. F. Pokok Bahasan Pokok Bahasan yang akan di sampaikan dalam bahan ajar ini adalah: 1. Pengertian, tujuan, unsur, dan bentuk komunikasi. 2. Paradigma pemberdayaan. 3. Perubahan model komunikasi. 4. Hambatan-hambatan dan keberhasilan komunikasi. 5. Komunikasi efektif. 6. Presentasi efektif.

PENGERTIAN, TUJUAN, UNSUR DAN BENTUK KOMUNIKASI Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Dengan demikian, dua atau lebih orang dikatakan melakukan komunikasi apabila terjadi kesamaan makna dalam diri mereka. Namun demikian pengertian ini masih bersifat dasariah artinya bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif,

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan dan kegiatan, dan lain-lain. Secara paradigmatis, beberapa pakar memberikan definisi komunikasi yang beragam antara lain sebagai berikut: Rogers (1986) mendefinisikan komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka. Berelson dan Steiner (dalam Mulyana, 2001) Komunikasi merupakan tindakan atau proses transmisi informasi, gagasan emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol/kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut sehingga terjadi perubahan perilaku. Komunikasi merupakan aktivitas yang bertujuan. Ada hal yang ingin dicapai oleh seseorang ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Adapun tujuan dilakukannya komunikasi adalah terjadinya perubahan sikap (attitude change), perubahan pendapat/pengetahuan (opinion/knowledge change), perubahan perilaku (behavior change), dan perubahan sosial (social change). Dari pengertian dan tujuan komunikasi sebagaimana dijelaskan di atas dapat diuraikan unsur-unsur komunikasi, yakni: 1. Source (Sumber), Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam konteks penyuluhan, biasanya yang dominan berperan sebagai sumber adalah penyuluh, namun demikian secara transaksional petani atau anggota masyarakat juga dapat berperan sebagai sumber. 2. Message (Pesan) Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol yang terpenting adalah kata-kata (bahasa). Pesan juga dapat dirumuskan secara non-verbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota badan. 3. Channel (Saluran atau Media) Alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Mengingat tingkatan cara berpikir, cara kerja, cara hidup dan keterbukaan petani terhadap hal-hal baru tidaklah sama, maka kecakapan penyuluh dalam memilih saluran akan menjamin suksesnya komunikasi penyuluhan kehutanan. 4. Receiver (Penerima) Orang yang menerima pesan dari sumber. Receiver boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Dalam konteks penyuluhan, biasanya yang sering berperan sebagai receiver adalah petani atau masyarakat, namun demikian secara transaksional penyuluh juga dapat berperan sebagai receiver. 5. Effect (Pengaruh atau Dampak) Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap dan tingkah laku, dan sebagainya. Komunikasi dapat termanifestasi ke dalam berbagai bentuk. Effendy (2000) menyatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi mengacu pada tatanan komunikasi yang dicerminkan oleh sejumlah para pelaku komunikasi yang terlibat dalam proses komunikasi (satu orang, dua orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar), yaitu: 1. Komunikasi Pribadi (Personal communication) a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal communication) b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (Group communication) a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small group communication) b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking)

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

3.

Komunikasi Massa (Mass communication) a. Komunikasi Media Massa Cetak b. Komunikasi Media Massa Elektronik

4.

Komunikasi Medio Lain-lain media tidak termasuk media massa (surat, telepon, pamflet, poster, spanduk, dan lain-lain) PARADIGMA PEMBERDAYAAN Konsep pemberdayaan sebenarnya berawal dari Barat. Kata pemberdayaan sendiri

merupakan terkemahan dari kata empowerment. Kata empowerment mengandung dua arti. Pengertian adalah to give power or authority to, dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama, diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan. Seringkali untuk mencapai apa yang diinginkan dalam pengertian pertama, perlu diawali dengan berbagai upaya yang terkandung dalam pengertian kedua. Pemberdayaan masyarakat, di berbagai negara berkembang, lebih ditekankan pada pengertian kedua. Pengertian yang kedua ini mengandung tiga sisi penting, yaitu; pertama, pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi berkembang. Setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena kalau demikian pasti punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut berbagai penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat makin berdaya. Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengalaman. Ketiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Proses pemberdayaan harus mencegah pihak yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya mengadapi

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

yang kuat. Oleh karena itu, dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah merupakan hal yang sangat mendasar. Melindungi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksplorasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri. Dengan demikian tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang konsep pemberdayaan masyarakat, dapat dirangkum bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan sebagai proses untuk mendorong, memotivasi, dan mestimulasi masyarakat agar memiliki kekuatan atau berdaya, serta upaya untuk mengembangkan dan memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dalam rangka untuk mencapai kemandirian dan kehidupan yang lebih baik atau sejahtera secara sinambung (berkelanjutan). Secara sederhana, Ife (1995) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti menyediakan dan menyiapkan sumberdaya, peluang dan kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada warga dengan tujuan meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka mampu menentukan masa depannya sendiri, berpartisipasi dan mempengaruhi lingkup kehidupan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dengan daya yang dimilikinya diharapkan semua orang mempunyai pilihan dan kemampuan untuk memilih dan memiliki kontrol atas sumberdaya yang mereka butuhkan untuk memperbaiki kondisi hidupnya. Paradigma pemberdayaan masyarakat menekankan pada peran serta aktif masyarakat. Dalam hal ini pembangunan diorientasikan pada arah pembangunan yang berkeadilan yang berpusat pada rakyat. Dalam paradigma ini peran individu bukan sebagai obyek melainkan sebagai pelaku (subyek) yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumberdaya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan masyarakat setempat. Pengembangan ekonomi atau ekonomi suatu daerah di berbagai bidang menghendaki peran serta aktif masyarakat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan ekonomi sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara mandiri oleh

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

anggota masyarakat. Campur tangan birokrasi pemerintah dalam pengambilan keputusan secara bertahap mengalami pergeseran dan makin minimal. Pemberdayaan, dalam implementasinya, ditafsirkan secara berbeda bergantung cara pandang yang digunakan. Dari sisi ilmu sosiologi, pemberdayaan ditekankan pada upaya mengurangi diskriminasi sosial yang dialami oleh sekelompok orang karena perbedaan ras, etnik, religi, dan gender. Dari sisi pembangunan ekonomi, pendekatan pemberdayaan memfokuskan kepada upaya untuk memobilisasi kemampuan sendiri golongan miskin, dibandingkan sekedar menyediakan program kesejahteraan soial untuk mereka. Sementara dalam bidang politik, pemberdayaan adalah perjuangan untuk penegakkan hak-hak sipil serta keetaraan gender. Satu hal yang esensial dalam pemberdayaan adalah ketika individu atau masyarakat diberikan kesempatan untuk membicarakan dan memutuskan apa yang penting untuk perubahan yang mereka butuhkan. Ini akan berimplikasi kepada sisi supply dan demand tentang pembangunan, perubahan lingkungan dimana masyarakat miskin hidup, dan membantu mereka membangun dan mengembangkan karakter mereka sendiri. Pemberdayaan bergerak mulai dari masalah pendidikan dan pelayanan kepada persoalan politik dan kebijakan ekonomi. Pemberdayaan berupaya meningkatkan kesempatankesempatan pembangunan, mendorong hasil-hasil pembangunan, dan memperbaiki kualitas hidup manusia. PERUBAHAN MODEL KOMUNIKASI: DARI LINEAR KE KONVERGEN Komunikasi telah lama dipergunakan oleh pelbagai pihak dalam pembangunan. Ada periode di mana para penggiat pembangunan sangat percaya pada kehebatan komunikasi untuk pembangunan, ada pula masa di mana para ahli tidak menganggap komunikasi penting. Sampai tahun 1970-an, para ahli, pengambil kebijaksanaan, dan adminitrator pembangunan memandang komunikasi sebagai kekuatan besar untuk pembangunan (Melkote dalam Lubis, 2005). Model komunikasi yang dipergunakan juga berubah sesuai dengan perubahan strategi pembangunan yang di anut. Pada awal-awal gerakan pembangunan, media komunikasi menjadi kendaraan pengangkut bagi pesan-pesan pembangunan yang telah dikemas oleh penguasa. Pendekatan ini disebut oleh Rogers (1977) sebagai paradigma

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

dominan dari modernisasi dan pembangunan. Model komunikasi yang dipakai pada masa itu dikenal sebagai model komunikasi linear, dengan unsur utama Sumber, Pesan, Saluran, dan Penerima (SMCR) dengan segala variannya, seperti tercantum pada gambar di bawah ini: SALURAN SUMBER PESAN PENERIMA

(Umpan Balik) Model Komunikasi Linear Aplikasi dari model ini dalam menghantar teknologi adalah model penyuluhan vertikal (Uphoff. 1995). Penelitian Pada model ini, segala informasi yang akan disalurkan kepada petani dirancang oleh suatu lembaga di tingkat pusat. Informasi ini kemudian diberikan kepada Penyuluh penyuluh untuk disampaikan kepada petani. Jadi dalam hal ini, lembaga penelitian dan/atau pengambil kebijaksanaan merupakan Sumber, yang memproduksi Petani Model Vertikal Pesan, dan penyuluh berperan sebagai Saluran untuk menyampaikan pesan tadi kepada petani, yang adalah Penerima. Jadi, teknologi didifusikan dari pusat ke daerah. Para ahli tak lagi percaya pada pendekatan ini, khususnya untuk kegiatan pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam. Kegiatan ini mempunyai banyak dimensi, sehingga mustahil pusat (ilmuan, pengambil kebiijaksanaan) menjadi penguasa tunggal dalam pengambilan keputusan. Karenanya, keputusan haruslah diambil melalui negosiasi oleh para pihak yang berururusan dengan sumberdaya tersebut.

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

Tak puas dengan komunikasi model SMCR, model komunikasi lain dimunculkan oleh Everret M. Rogers dan Lawrence Kincaid (Rogers, 1986). Mereka menamakan model ini sebagai model konvergen (convergence model of communication). I-3

I-1 P-1 lalu MU P-2

I-2 dst I-4 Model Komunikasi Konvergensi

Pada model ini, tidak ada lagi sumber arau penerima, semuanya adalah partisipan yang aktif mempertukarkan informasi. Tujuan akhir dari proses komunikasi adalah memperoleh pengertian bersama (MU = Mutual Umderstanding), yang pada gilirannya bisa menjadi persetujuan/kesepakatan bersama dan akhirnya bertindak bersama. Karena keduanya adalah partisipan, maka posisi pelaku komunikasi adalah setara. Sejalan dengan perubahan pendekatan pembangunan dari paradigma modernisasi ke paradigma pemberdayaan, yang diikuti oleh perubahan model komunikasi linear ke konvergen, penerapan komunikasi untuk pengembangan teknologi juga berubah. PETANI Komunikasi tidak lagi dipandang sebagai alat untuk membawa pesan dari atas ke bawah, melainkan merupakan proses partisipatoris yang PENYULUH PENELITI mengikutsertakan pemanfaatan hasil pembangunan (yang selama ini dijuluki sasaran). Model ini Model Triangulasi dikatakan oleh Uphoff (1995) sebagai model triangulasi. Dalam model ini, ketiga pihak aktif mencari teknologi yang paling cocok diterapkan oleh petani. Pada model ini, pengetahuan lokal (local and indigenous

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

knowledge) yang dimiliki oleh petani dan pengetahuan peneliti dipertemukan, untuk mencari teknologi yang pali pas/tepat untuk petani, ; spesifik lokal. Secara ringkas, perbedaan penggunaan model komunikasi untuk kedua pendekatan pembangunan yang berebda ini disajikan pada tabel berikut: Sumber Paradigma Modernisasi Top down, autarian Pemberdayaan Berbagi pengalaman antar berbadiarahkan dari

gai aktor Perubahan sosial diarahkan oleh dan Partisipatoris, dari pihak luar dalam untuk

mempertahankan

Aras

Media nasional Media besar (TV, radio, surat kabar)

kontrol atas kebutuhan dasar. Akar rumput, lokal Media kecil (video, media tradisional, komunikasi kelompok dan

Akibat

interpersonal) Menciptakan iklim yang baik agar Menciptakan iklim

yang

baik

sasaran menerima ide dan inovasi untuk pengertian bersama antara yang dibawa dari luar Diadaptasi dari: Melkote (dalam Lubis, 2005) pihak luar dan pihak lokal

HAMBATAN KOMUNIKASI Dalam berkomunikasi, terkadang terjadi ketidaksesuaian/ketidaksepahaman makna antara pesan yang dikirim oleh komunikator dengan pesan yang ditamngkap oleh komunikate (penerima). Ketidaksesuaian atau ketidaksepahaman makna pesan ini disebabkan oleh adanya berbagai hambatan.. Pearson (1983) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang mencegah atau merintangi terjadinya pemahaman atau pengertian terhadap pesan dapat disebut sebagai kendala atau hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan ini dapat muncul dalam berbagai konteks komunikasi, seperti komunikasi interpersonal (antapribadi), kelompok kecil, antarbudaya, dan massa. Seorang penyuluh kehutanan seyogyanya mengetahui hal-hal yang menjadi hambatan tersebut sehingga mampu merancang dan melancarkan komunikasi secara efektif. Secara garis besar, menurut Effendy (2000), terdapat empat jenis hambatan komunikasi :

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

10

1.

Hambatan sosio-antro-psikologis Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situasional context). Ini

berarti bahwa komunikator/penyuluh harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan factor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis. a. Hambatan sosiologis Masyarakat terdiri dari berbagai golongan atau lapisan, yang menimbulkan poerbedaan dalam status social, agama, ideology, tingkat pendidikan, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Kesemuanya ini, dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. b. Hambatan antropologis Manusia memiliki budaya, ras, warna kulit, postur yang berbeda-beda yang pada akhirnya menciptakan gaya hidup, norma, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan/ keyakinan,dan bahasa yang berbeda-beda pula. Kesemua hal tersebut secara signifikan akan mempengaruhi seseorang dalam merespon pesan komunikasi yang sampai padanya. Dalam melancarkan komunikasinya seorang penyuluh tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa orang yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan siapa disini bukan nama yang disandang, melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal diri sasaran komunikasinya, akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidupp dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. c. Hambatan psikologis Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila sasaran komunikasi sedang dalam kondisi sedih, bingung, marah, merasa kecewa, stress, merasa iri hati dan kondisi psikologis lainnya; juga jika sasaran komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada penyuluh Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator/penyuluh. Pada orang yang bersikap prasangka, emosinya menyebabkan ia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan perasaan terhadap suatu fakta yang bagaimanapun jelas dan tegasnya. Apalagi apabila prasangka tersebut sudah berakar, seseorang tidak dapat lagi

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

11

berpikir obyektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan dinilai negatip. Prasangka sebagai factor psikologis, dapat disebabkan oleh aspek antropologis dan sosiologis; dapat terjadi terhadap ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok, dan apa saja yang bagi seseorang merupakan perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak. 2. Hambatan semantis Kalau hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada diri sasaran komunikasi, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator/penyuluh. Faktor semantis menyangkut bahasa yang digunakan oleh komunikator/penyuluh sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada sasaran komunikasi. Salah ucap, salah tulis ataupun penggunaan kata yang sama tetapi secara antropologis dalam diri sasaran komunikasi memiliki makna yang berbeda dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bias menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Ringkasnya bahwa hambatan semantis adalah hambatan yang disebabkan ketidaktepatan atau ketidaksesuaian menginterpretasikan pesan akibat adanya perbedaan pengetahuan mengenai pengertian kata-kata. 3. Hambatan mekanis Hambatan mekanis adalah hambatan yang disebabkan saluran komunikasi. Hambatan mekanis banyak dijumpai pada media yang digunakan untuk melancarkan komunikasi. Ketikan huruf yang tidak jelas/buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk ataupun kabur pada pesawat televisi, dan lain-lain. 4. Hambatan ekologis Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap berlangsungnya proses komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Suara riuh orangorang atau kebisingan lalu lintas, suatra hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikasi sedang berlangsung merupakan contoh hambatan ekologis. Kemudian sebagai pelengkap oleh beberapa pakar komunikasi dilengkapi lagi sebuah hambatan yang dapat merintangi efektivitas komunikasi, yaitu:

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

12

5.

Hambatan fisiologis Hambatan fisiologis terjadi disebabkan karena terganggunya fungsi fisiologis

seseorang yaitu panca indera. Orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menggunakan panca inderanya untuk menangkap stimuli atau sensasi ataupun pesan yang datang pada mereka. Ketepatan menafsirkan pesan dipengaruhi oleh berfungsinya alat indera secara baik. Kekurangberfungsian alat indera akan mengurangi ketepatan penyampaian pesan yang akan berujung pada kesalahan menafsirkan pesan. KOMUNIKASI EFEKTIF Secara dasariah komunikasi dikatakan berlangsung efektif apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan antara komunikator dan sasaran komunikasinya. Artinya proses penyandian oleh komunikator harus beririsan (intersection) dengan proses pengawasandian oleh sasaran komunikasi. Menurut Schramm (1972) semakin tumpang tindih pengalaman dan kerangka rujukan (field and frame of references) komunikator dengan pengalaman dan kerangka rujukan sasaran komunikasi, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan sasaran komunikasi akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah-istilah sesuai dengan pengalaman dan kerangka rujukan yang dimiliki masing-masing. Namun demikian kefektifan komunikasi bukan hanya dilihat dari kesamaan makna yang diperoleh masing-masing orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut tetapi sebenarnya dilihat dari tujuan yang hendak dicapai dalam proses komunkasi tersebut, apakah untuk perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan prilaku, perubahan emosional ataupun perubahan sosial. Oleh karena itu, komunikasi yang efektif mengadung pengiriman dan penerimaan pesan yang paling cermat, pengertian pesan yang mendalam oleh kedua belah pihak dan pengambilan tindakan yang tepat terhadap penyelesaian pertukaran informasi. Komunikasi yang efektif berarti bahwa maksud dan tujuan yang terkandung dalam komunikasi disampaikan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti sepenuhnya oleh penerima; artinya harus ada ketepatan pikiran oleh kedua belah pihak yang berunjung pada tercapainya maksud dan tujuan komunikasi tersebut. Dengan demikian dalam konteks penyuluhan terkait dengan pemberdayaan masyarakat, komunikasi dikatakan efektif apabila makna pesan yang disampaikan oleh

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

13

penyuluh dimaknai relatif sama dengan apa yang diterima oleh masyarakat sehingga berujung pada terjadinya tindakan dari masyarakat sesuai dengan yang dikehendaki oleh penyuluh.

FoC Penyuluh enkoding dekoding Pemaknaan Bersama thd Pesan

FoC Masyarakat dekoding enkoding


Perubahan yang diharapkan

Efektivitas Komunikasi dalam Penyuluhan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif Hukum Komunikasi Yang Efektif terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum # 1: Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting, bahkan dalam memberikan kritik, menegur atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan orang tersebut. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan dapat dibangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

14

Hukum # 2: Empathy Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan seseorang untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan orang lain menerimanya. Oleh karena itu, dalam kegiatan penyuluhan memahami perilaku kelayan (sasaran suluh) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku sasarn suluh, maka penyuluh dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan sasaran suluh. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim, perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi sebelum membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, perlu dimengerti dan dipahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali orang yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Hukum # 3: Audible Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan harus dapat diterima atau ditangkap oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

15

akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini tidak hanya berarti bahwa pesan yang disampaikan harus dapat didengar tetapi juga harus dilakukan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum # 4: Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan, karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi perlu dikembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tima. Tanpa adanya keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim. Hukum # 5: Humble Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah, antara lain meliputi: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa manajemen mutu terpadu: Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Tolok Ukur Komunikasi Yang Efektif Menurut Tubb dan Moss (2001), secara umum, paling tidak terdapat lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu timbulnya:

1. Pengertian/Pemahaman

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

16

Pemahaman atau pengertian adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli sebagaimana yang dimaksudkan oleh komunikator. Apabila pesan yang disampaikan oleh penyuluh dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat, terlebih lagi jika pesan tersebut demi kepentingan masyarakat tersebut, maka tugas penyuluh akan semakin mudah untuk mengajak masyarakat ke arah pemberdayaan. 2. Kesenangan/kehangatan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Terkadang komunikasi hanya digunakan sekedar untuk menimbulkan rasa senang (fatic), seperti sapaan singkat selamat pagi, apa kabar?, atau kegiatan minum kopi sambil berbincang-bincang yang hanya sekedar untuk memperoleh kesenangan, dan lain sebagaimya. Seorang penyuluh diharapkan dapat membawa dirinya ketika berkomunikasi dengan masyarakat, dengan berusaha bersikap ramah sehingga memberikan kesan yang baik pada masyarakat. 3. Pengaruh Pada Sikap Pada umumnya paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi orang lain, dan berusaha agar orang lain setuju dengan apa yang kita ucapkan. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, diharapkan komunikasi yang dilancarkan oleh penyuluh akan mempengaruhi masyarakat untuk setuju dengan adanya kegiatan pemberdayaan. 4. Hubungan Sosial yang Semakin Baik Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita memerlukan hubungan dengan orang lain secara positip. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan melakukan komunikasi. Untuk itu, dalam membentuk dan mempertahankan hubungan sosial yang baik diperlukan komunikasi yang efektif. Semakin baiknya hubungan antara penyuluh dengan masyarakat maka dapat dikatakan bahwa keberadaan penyuluh tersebut sangat diterima. Artinya penyuluh akan dapat menghadapi masyarakat secara wajar dan mendapatkan dirinya berada pada dunia masyarakat secara wajar pula. Kondisi ini akan menciptakan situasi yang efektif bagi penyuluh dalam memberikan bantuan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi masyarakat tersebut ke arah kemandirian. 5. Tindakan

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

17

Menimbulkan tindakan nyata merupakan indikator yang paling penting di dalam suatu kegiatan pendampingan masyarakat. Harapan seorang penyuluh adalah masyarakat tidak hanya mengerti dan setuju terhadap apa yang ia sampaikan tetapi juga terjadi tindakan nyata oleh masyarakat sesuai dengan apa yang disampaikannya. PRESENTASI EFEKTIF Presentasi dalam kokteks penyuluhan merupakan strategi penyajian seperangkat materi atau program penyuluhan yang dilakukan oleh fasilitator/penyuluh kepada seorang, sekelompok orang dan/atau masyarakat dalam bentuk kegiatan komunikasi tatap muka (face to face) terprogram untuk mencapai tujuan penyuluhan. Pada dasarnya terdapat tiga hal atau prinsip penting dalam suatu kegiatan presentasi yang perlu diketahui dan dipraktekkan, agar presentasi berjalan dengan baik, yaitu: 1. 2. 3. Kontak. Membangun dan melihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak. Olah Vokal. Gunakan lambang-lambang auditif; atau usahakan agar suara dapat memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa yang digunakan. Olah Visual. Bebicaralah dengan seluruh kepribadian; dengan wajah, tangan dan tubuh. 1. Kontak Presentasi adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun presenter/penyuluh lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus mendengarkan, pesan-pesan yang disampaikan para pendengarnya (baik berupa kata-kata atau bukan katakata). Ia harus menjalin hubungan dengan pendengarnya. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak. Bila khalayaknya banyak dan tidak memungkinkan untuk melihat mereka satu per satu maka presenter/penyuluh dapat menyapukan seluruh pandangan ke semua hadirin. Pada titik-titik tertentu presenter dapat melihat orang-orang yang akan dilipilihnya sebagai wakil dari salah satu bagian hadirin/khalayak. Bila inipun sukar, paling tidak pandanglah khalayak/hadirin dengan perhatian terbagi. Lakukan layaknya sopir yang memandang semua hal yang berada di depannya. Tidak terpusat, tetapi terlihat semua. Disamping kontak visual, perlu dilakukan kontak mental. Perhatikan umpan balik dari khalayak yang hadir, dan sesuaikan pembicaraan dengan umpan balik tersebut.

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

18

Terkadang terjadi terdapat hadirin yang terlihat mengantuk, pada saat itu kiranya perlu dimasukkan bahan-bahan yang menarik perhatian. Bila terlihat dahi dari hadirin berkenyit, jelaskan pembicaraan lebih rinci. Bila ada dari hadirin memberikan komentar, ambil komentar itu dan jadikan bahan pembicaraan. Ambil contoh-contoh atau ilustrasi dengan menyebut nama-nama hadirin. 2. Olah Vokal Mekanisme olah vokal adalah cara presenter mengeluarkan suara dan memberikan makna tambahan atau penekanan atau bahkan membelokkan makna kata, ungkapan, atau kalimat. Tiga hal penting dalam olah vokal, yaitu: kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhythm). Kejelasan dalam presentasi berkaitan dengan artikulasi dan volume bunyi yang dikeluarkan oleh presenter. Artikulasi menunjukkan proses pembentukan dan pemisahan bunyi oleh mekanisme vokal (organ-organ bunyi). Kejelasan artikulasi dipengaruhi oleh faktor pelapalan, dan dialek dari peresenter. Volume adalah keras/nyaring tidaknya bunyi suara yang dikeluarkan oleh presenter. Keragaman merupakan karakteristik vokal yang paling mempengaruhi makna. Keragaman terdiri dari pitch (nada), duration (lama), rate ( kecepatan), pauses (hentian) . Dengan memperhatikan dan menempatkan pitch, durasi, kecepatan, dan hentian yang tepat, teratur/sistematis, dan teroganisir maka presentasi yang dilakukan akan berjalan menarik, lebih hidup dan lebih mudah dipahami. Ritme merupakan keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, tata kalimat, atau paragraf. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut stress atau aksen. Tekanan pada ungkapan yang panjang (seperti paragraf) disebut tempo. 3. Olah Visual Olah visual merupakan pesan non verbal, yang ditangkap oleh indra penglihatan pendengar. Pada umumnya ketika seseorang berkomunikasi, sadar atau tidak sadar, pesan non verbal akan selalu menyertai pesan verbal yang disampaikanmya, demikian pula dalam kegiatan presentasi. Ekspresi wajah, gerakan tangan, body language, kontak mata, sentuhan, kepala, penampilan, dan lain sebagainya dari presenter akan memiliki makna tersendiri bagi hadirin yang melihatnya. Roman muka yang kusut menandakan ada masalah yang sedang dihadapi oleh presenter, atau muka yang pucat dan badan sedikit

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

19

gemetar memperlihatkan kegugupan presenter. Lewat pesan non verbal seseorang dapat memprediksi suasana emosional orang lain (walaupun mungkin prediksi tersebut belum tentu tepat) Pesan non verbal ini dapat berfungsi sebagai reinforcement atau memberi penguatan kepada pesan verbal yang disampaikan. Bahkan dapat juga berfungsi sebagai daya tarik. Namun demikian bila terjadi kontradiktif antara pesan verbal dan non verbal maka orang akan lebih percaya pada pesan non verbal yang sampai padanya daripada pesan verbal. Oleh karena itu, dengan melihat pentingnya pesan non verbal yang mengiringi pesan verbal, maka dalam kegiatan presentasi, seorang presenter diharapkan mampu menampilkan atau mengekspresikan pesan non verbal yang dapat memperkokoh penerimaan pendengar atas pesan verbalnya. Misal saja, mengatakan bagus dengan mengacungkan jempol. Panduan sederhana untuk melakukan presentasi. Apa yang dimaksud dengan keterampilan melakukan presentasi ? Keterampilan melakukan presentasi yang baik merupakan perpanjangan dari keterampilan komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan proses dua arah: pesan harus disampaikan dengan jelas namun prosesnya hanya akan menjadi lengkap bila Anda merasa yakin bahwa pesan Anda telah diterima dengan baik dan dipahami. Apa perbedaan antara presentasi yang baik dan yang buruk? Memberikan presentasi yang baik adalah mudah bila anda mengetahui karakteristik yang memisahkan antara presentasi yang baik dan presentasi yang buruk. Bandingkan karakteristik pada tabel di bawah ini.

Presentasi yang baik Energi dan penuh semangat

Presentasi yang buruk Tujuan tidak jelas

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

20

Kontak mata dengan audiens Berbicara dengan jelas dan cukup keras Sesekali bergerak saat berbicara Menggunakan anekdot dan humor yang sesuai Mengenakan pakaian yang serasi Argumen-argumen terstruktur dengan baik Slide dapat dibaca Tipe slide bervariasi Tidak lebih dari 1 slide per menit Variasi teknologi lain, misalnya video Selesai tepat waktu dan sediakan waktu

Postur tubuh kurang baik, tidak ada kontak mata, dan berbicara dengan suara yang monoton Pengulangan yang tak perlu (dalam presentasi atau dari pembicara sebelumnya) Kurang persiapan Terlalu rumit/sederhana bagi audiens Terlalu banyak slide Slide tidak dapat dibaca Penggunaan efek-efek teknis PowerPoint yang berlebihan Penggunaan warna yang buruk pada slide Penggunaan peralatan teknis yang keliru Melebihi waktu yang dialokasikan untuk presentasi anda.

Melakukan presentasi adalah hal yang mudah dilakukan oleh sebagian orang, terutama oleh mereka yang profesional dalam bidang komunikasi atau public speaking. Namun, tidak semua orang mampu melakukan presentasi secara baik, memuaskan audiens. Mereka yang gagal melakukan presentasi bukan saja para pemula yang kurang berpengalaman, melainkan juga orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi sebagai eksekutif maupun yang aktif dalam kepengurusan berbaga organisasi.

Tip Presentasi Efektif 1. Sebelum presentasi

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

21

Teliti siapa audiens Anda: minat-minat dan keyakinan-keyakinan jenis presentasi yang sesuai (berapa lama, bagaimana formatnya, dan jenis teknologinya). Pilih pakaian yang tepat, sesuai dengan keadaan audiens Anda: kasual atau formal? Siapkan apa yang akan Anda sampaikan: Anda tidak mungkin menuliskan semua kata yang akan disampaikan; buatlah daftar konsep apa saja yang akan disampaikan, dan kembangkan poin-poin percakapan yang mendukung konsep-konsep tersebut. Latihan: berlatih mengucapkan poin-poin tersebut secara urut dan dengan tone percakapan. Rileks: sesaat sebelum presentasi, pikiran harus jernih dan siap menjalankan tugas. 2. Selama presentasi Mengawali dengan anekdot atau kutipan kata-kata. Menyampaikan kerangka pemikiran kepada audiens. Menyampaikan argumen inti (pentingnya topik yang disajikan) pada awal presentasi, didukung data. Membangun sesi interaktif: ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu audiens fokus pada presentasi. Menggunakan teknologi, tetapi jaga supaya tetap komunikatif. Usahakan menarik, tetapi tidak perlu terlewat entertaining (menghibur). Yang penting peserta dibuat berpikir. Menutup dengan sebuah kutipan atau pesan penting untuk menegaskan esensi presentasi. 3. Sesudah presentasi Mengevaluasi: katakan pada diri sendiri, kapan dan apa yang baik dilakukan pada presentasi yang akan datang Follow-up: siapkan dan kirim materi atau data yang Anda janjikan kepada audiens, dan sampaikan ucapan terima kasih secara formal kepada panitia atau pengelola acara.

Strategi Mengatasi Kecemasan Persiapan:

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

22

Setelah memastikan topik presentasi, segera siapkan perlengkapan. Lakukan persiapan 1015 menit sehari agar dapat tampil alami. Tetapkan dan praktikkan kata-kata atau kisah pembuka agar dapat melewati kecemasan tinggi pada awal presentasi. Mengenal Medan: Sebelum presentasi, usahakan menengok setting presentasi akan berlangsung, agar tidak cemas karena situasi yang asing. Kenali juga siapa audien Anda (berapa banyak, latar belakang, pendidikan, atasan keikutsertaan). Bayangkan Sukses: Bayangkan (visualisasi) diri Anda dihadapan audiens di tempat presentasi. Lihat diri Anda dalam keadaan percaya diri sepenuhnya, dapat mengendalikan situasi, dan audiens yang menikmati apa yang Anda bicarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

23

1. Anjali MPK. 2006. Menjadi Pembicara Ulung di Ruang Publik dan Privat. Yogyakarta: DIVA Press. 2. Effendy OU. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja RosdaKarya 3. Lubis DP. 2005. Komunikasi untuk Pemberdayaan Masyarakat. Makalah pada Penyegaran Tenaga Penyuluhan dan Penyuluh di Bogor. Jakarta: Pusbinluhhut. 4. Mulyana D. 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja RosdaKarya. 5. Marpaung, P.M. 2002. Komunikasi dan Presentasi Efektif. Jakarta : LAN RI. 6. Pearson J. 1983. Interpersonal Communication. Glenview, Illinois: Scott, Foreman and Company 7. Rogers EM. 1986. Communication Technology: The New Media in Society.New York: The Free Press. 8. Tubbs SL, Moss S. 2001(editor). Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar. Mulyana D, penerjemah. Bandung: Remaja RosdaKarya. 9. Uphoff N. 1995. Institutionalizing User Participation in System Linkage Among Research, Extention, and Farmer. Makalah pada Workshop Dinamika Penyuluh dan Peranannya di Masa Depan. Bogor: IPB 10. Wiyanto A, Astuti PK. 2004. Terampil Membawa Acara. Jakarta: Grasindo.

BAHAN AJAR
Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

24

TEKNIK KOMUNIKASI DAN PRESENTASI EFEKTIF


DIKLAT

Pembentukan Penyuluh Kehutanan Ahli

BADAN KOORDINASI PENYULUHAN MALUKU UTARA DAN BALAI DIKLAT KEHUTANAN MAKASSAR

MAKASSAR, JUNI 2012

Teknik Komunikasi dan Presentasi Efektif

25

You might also like