You are on page 1of 6

2013

HUKUM OHM
FISIKA

KELOMPOK 4 : 1. YETSA VIRGINIA SAPUTRA 2. NI WAYAN YULI ARTINI 3. PUTU RIA PUSPITA 4. WAYAN TRYANI PERTIWI

(43) (47) (33) (44) X7 SMAN 1 SUKAWATI 4/8/2013

HUKUM OHM
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

Dimana :

adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere. adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt. adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.

Satuan hambatan listrik yang lebih besar dinyatakan dalam kilo ohm (kW) atau mega ohm (MW) : 1 kilo ohm = 103 ohm 1 mega ohm = 106 ohm

Hukum ini dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.

Untuk menghasilkan arus listrik pada suatu rangkaian diperlukan beda potensial. Hasil eksperimen George Simon Ohm (1787-1854) menunjukkan bahwa arus listrik (I) yang mengalir pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial (V) yang diberikan pada ujungujungnya. IV Artinya, jika beda potensial diperbesar, arus yang mengalir juga semakin besar. Sebaliknya, jika beda potensial diperkecil, arus yang mengalir juga semakin kecil. Hasil eksperimen ini dikenal sebagai hukum Ohm. Besar arus listrik pada rangkaian bergantung pada hambatan ( R ) yang diberikan kawat terhadap aliran muatan. Untuk nilai tegangan tertentu, semakin besar hambatan semakin kecil arus yang mengalir. Jadi, arus (I) berbanding terbalik dengan hambatan ( R ). Dengan demikian, tetapan kesebandingan hukum Ohm adalah . Dengan demikian, I = V atau R =

Persamaan ini merupakan definisi umum hambatan antara dua titik ditinjau dari penurunan tegangan. Dalam IS, satuan hambatan adalah volt per ampere atau ohm, sengan symbol huruf besar Yunani (omega). Jadi, 1 = 1 V/A

Untuk bahan yang memenuhi hukum Ohm, hambatan tidak bergantung pada arus. Jadi, perbandingan V/I tidak bergantung pada I. Bahan yang memiliki sifat demikian disebut bahan ohmik, untuk bahan ohmik berlaku : V = I.R, R = tetapan. Persamaan ini merupakan pernyataan matematis hukum Ohm.

Untuk bahan non-ohmik, perbandingan V/I bergantung pada arus sehingga arus tidak sebanding dengan tegangan. Untuk bahan non-ohmik ini hambatan R yang didefinisikan dengan persamaan (7-3) bergantung pada arus I. Hukum ohm digunakan untuk menentukan hubungan arus listrik dan tegangan dalam sebuah hambatan. Hukum Ohm sendiri berbunyi :

Kuat arus yang melalui penghantar sebanding dengan beda potensial pada kedua ujung penghantar.

PERTANYAAN

1. Sebuah aki yang mempunyai tegangan 12 Volt dipakai untuk menyalakan lampu yang mempunyai hambatan 60 W, berapa kuat arus yang mengalir pada lampu?

Penyelesaian Diketahui :

V = 12 Volt R = 60 W :

Ditanya Jawab I = ? :

I= I= I = 0,2 A
Jadi, besar kuat arus listrik yang mengalir pada lampu adalah 0,2 Ampere.

2. Sebuah bola lampu dengan hambatan dalam 20 diberi tegangan listrik 6 V. Tentukan arus yang mengalir melalui lampu tersebut, dan jika tegangannya dijadikan 12 V, berapakah arus yang melalui lampu tersebut sekarang?

Penyelesaian : Diketahui :

R = 20 . V1 = 6 V V2 = 12 V Ditanya I = ? Jawab : :

a. I1 = I1 = I1 = 0,3 A

b. Ketika jika tegangannya dijadikan 12 V, maka :

I2 = I2 = I2 = 0,6 A
Contoh ini menunjukkan bahwa, untuk hambatan tetap, ketika tegangan dijadikan dua kali semula (12 V = 2 kali 6 V), arus listrik yang mengalir menjadi dua kali semula (0,6 A = 2 kali 0,3 A).

You might also like