You are on page 1of 4

Tata Ruang, Moda dan Teknologi Transportasi

Penataan ruang dan pengembangan sistem tranportasi merupakan dua aspek yang saling berinteraksi dan mempengaruhi. Pengembangan wilayah di suatu daerah akan menciptakan atau menimbulkan sistem taransportasi yang baru, demikian pula sebaliknya, pembuatan jaringan trasnportasi akan memicu tumbuhnya wilayah-wilayah terbangun. Dalam hal ini sangat dibutuhkan pengembangan secara terpadu, baik kawasan permukiman baru maupun jaringan transportasi beserta moda nya, sehingga masing-masing tidak akan tumbuh liar. Interaksi perkembangan wilayah dengan sistem transportasi merupakan hubungan yang tak terpisahkan yang mana pengaruhnya terakumulasi sejalan dengan waktu. Suatu wilayah dengan segala karakteristiknya menawarkan daya tarik tertentu bagi berlangsungnya suatu aktivitas, sementara sistem transportasi menyediakan aksesibiltas yang sangat diperlukan agar aktivitas-aktivitas yang diinginkan bisa dilaksanakan dan berkembang. Berbagai aspek perkembangan wilayah di atas memunculkan permasalahan transportasi yang meliputi aspek-aspek operasional jaringan, finansial, ekonomi, lingkungan, dan keselamatan. Indikasi dari permasalahan yang timbul dalam aspek-aspek tersebut terlihat dari kemacetan lalu-lintas,proporsi penggunaan kendaraan pribadi yang terus meningkat, tingkat kecelakaan yang tinggi, konsumsi bahan bakar yang tidak efisien, dan sebagainya. Isu-isu perkembangan wilayah ini mengingatkan bahwa permasalahan transportasi memerlukan pemikiran dan penanganan yang komprehensif dengan kesadaran bahwa fokus perlu diberikan terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas infrastruktur yang ada, serta optimalisasi sumber daya yang terbatas untuk pengembangan sistem transportasi dalam mewujudkan kota yang ramah lingkungan. Upaya untuk mewujudkan kota yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan upaya mengurangi tingkat perjalanan yang tidak perlu atau dengan penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan bermotor. Upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan yang tidak perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu dengan guna lahan yang mix used maupun transit-oriented development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport (TDM-Transport Demand Management) serta Transit Oriented Development (TOD). Transit Oriented Development adalah upaya revitalisasi kawasan lama atau kawasan terpadu

baru yang berlokasi pada jalur-jalur transportasi utama dengan mengembangkan kawasan berfungsi campuran (mixed-use) antara fungsi hunian, komersial dan perkantoran. Dengan akses yang mudah terhadap aktivitas hunian, komersial dan perkantoran serta jaringan transportasi umum yang terpadu dengan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda. Konsep kawasan TOD diharapkan dapat mengurangi kebutuhan pergerakan transportasi antar kawasan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Sebuah kawasan TOD umumnya memiliki pusat kawasan berupa stasiun kereta, metro, trem atau stasiun bus yang dikelilingi oleh blok-blok hunian, perkantoran atau komersial berkepadatan tinggi yang makin berkurang kepadatannya ke arah luar. Selain sifatnya yang mixed used, kawasan TDM umumnya dicirikan oleh fasilitas pejalan kaki yang sangat nyaman, penyeberangan dan jalan yang tidak terlalu lebar. Kawasan ini juga umumnya membatasi jumlah lahan parkir untuk kendaraan pribadi. melalui penerapan kebijakan dan strategi transportasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mendistribusikan beban transportasi yang ada ke dalam moda transport, lokasi dan waktu berbeda. Upaya ini dianggap merupakan penanganan transportasi yang relative murah untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan transportasi. Dengan demikian penerapan TDM juga diharapkan dapat menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan tingkat kelayakan huni suatu kota. Sarana transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari, listrik dan lain-lain. Bentuk-bentuk moda angkutan yang ramah lingkungan antara lain, penyediaan sarana dan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kendaraan pribadi; sepeda dengan yang dapat digunakan dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam dengan daya jelajah 1-5 km; kendaraan hybrid dengan sumber tenaga menggunakan campuran antara bahan bakar minyak dan listrik ataupun kendaraan yang berbahan alternatif bakar dengan bahan bakar alternatif seperti biodiesel, ethanol atau hydrogen.

Lima Aspek Dalam Membangun Kota Baru Berkelanjutan

Tingkat kepadatan lalu lintas di kota-kota besar, sampai saat ini masih menjadi masalah khususnya pada upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi tidak saja menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas , polusi udara, dan kebisingan. Kebutuhan moda transportasi yang berwawasan lingkungan sangat diharapkan realisasinya, khususnya untuk angkutan umum dalam rangka menurunkan tingkat emisi dan konsumsi bahan bakar. Beberapa aspek yang perlu di perhatikan dalam membangun kota baru berkelanjutan yang mereduksi emisi kendaraan, yakni aspek perencanaan, transportasi membutuhkan perencanaan yang komprehensif untuk menjamin terlayaninya kebutuhan masyarakat secara baik dan terpadu dengan memprediksi kebutuhan transportasi di masa yang akan datang.. Perencanaan perangkutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota dengan mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan yang akan terjadi sebagai akibat rencana itu sendiri. Sebab tanpa perencanaan hal ini akan menyebabkan dampak kesemrawutan di

kemudian hari yang akan menghasilkan dampak ikutan seperti meningkatmya jumlah kecelakaan, pelangaran lalu lintas, menurunnya sopan santun lalu lintas, tingkat emisi kendaraan yang tinggi dan lain.lain. Perencanaan yang telah dirumuskan kemudian di tuangkan dalam sebuah masterplan sitem transportasi yang harus disesuaikan dengan tipologi lingkungan dan budaya setempat dan sesuai dengan kaidah-kaidah transportasi. Aspek regulasi yang dituangkan dalam peraturan yang mendukung bagi transportasi berwawasan lingkungan, dalam setiap pembangunan infrastruktur jalan, perlu disyaratkan penanaman pohon di sepanjang pinggir jalan untuk menyerap polusi dan menahan kebisingan. Adanya kebijakan dalam hal mengembalikan biaya beban kepada pencemar (pengguna kendaraan pribadi-bisa dalam bentuk pajak lingkungan). Beban pencemaran tidak lagi di tanggung oleh public namun oleh pencemar dan digunakan kepada masyrakat dalam bentuk tunjangan kesehatan atau lainnya. Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi (mobil dan motor) untuk setiap keluarga. Adanya peraturan tentang zona pembatasan kenderaan dan peningkatan biaya parkir. Namun sebelum itu, kualitas dan kuantitas angkutan massal harus ditingkatkan (bus, trem, mass rapid transit, feeder bus, monorel, kereta listrik dan lain-lain) sebagai layanan

publik yang bila perlu disubsidioleh pemerintah sehingga semua komponen masyarakat akan terlayani dengan angkutan publik dengan baik dan dengan harga yang terjangkau. Aspek ekonomi, bertujuan untuk mengurangi mobilitas penduduk dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan dengan pengenaan pajak sehingga akan mendorong mereka kepada penggunaan transportasi publik yang akan berdampak pada pengurangan emisi kendaraan. Berbagai macam pajak yang dapat diterapkan pengguna kendaraan pribadi yakni pengenaan pajak bahan bakar bagi jenis kendaraan tertentu, pengenaan biaya parkir yang tinggi diikuti dengan pembatasan penyediaan tempat parkir sehingga dapat menurunkan permintaan rata-rata dibandingkan dengan tempat parkir gratis. Aspek informasi, merupakan langkah lunak di banding aspek ekonomi yang memaksakan untuk mempengaruhi pola dan perilaku masyarakat melalui peningkatan kesadaran untuk menggunakan moda alternatif. Aspek ini dapat dilakukan dengan cara kampanye kesadaran masyarakat dan pelatihan perilaku pengendara mengemudi ramah lingkungan (eco driving) seperti bagaimana merawat kendaraan dan perilaku mengemudi, penggunaan sepeda dan berjalan kaki. Aspek peningkatan teknologi kendaraan bermotor diharapkan dapat mengurangi emisi

kendaraan bermotor dengan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan. Penggunaan teknologi mesin yang hemat dan dapat mengontrol emisi gas buang.

Sumber: Tamin, Ofyar Z. , Dimas Dharmowijoyo. 2009. Pengembangan Model Perilaku Hubungan Antara Sistem Tataruang Dan Sistem Transportasi Di Wilayah Perkotaanmenggunakan Pendekatan System Dynamic Draft Pedoman Kriteria Transportasi Berkelanjutan ] Dalkman, Holger., Brannigan Charlotte, et al,. 2008. Transportasi dan Perubahan Iklim.GTZ

You might also like