You are on page 1of 21

Membangun Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Nadya Jondri 1107101010135

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai makhluk sosial adalah kebutuhan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Komunikasi adalah suatu jalan bagi sesama manusia untuk dapat saling berhubungan satu sama lain. Bentuk komunikasi yang paling sederhana adalah komunikasi interpersonal yang melibatkan dua individu. Komunikasi yang terjadi antara dokter-pasien merupakan salah satu berntuk dari komunikasi interpersonal yang terjadi di masyarakat. Membangun komunikasi efektif dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Dokter tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, namun juga diperlukan keterampilan dalam membangun suatu bentuk komunikasi interpersonal yang efektif antara dokterpasien. Hal ini sangat penting bagi seorang dokter untuk melakukan sebuah diagnosa penyakit.

Keyword: Komunikasi, Komunikasi interpersonal, Komunikasi efektif dokterpasien

Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan mampu bertahan hidup sendiri tanpa adanya hubungan dan interaksi dengan orang lain. Hal ini merupakan salah satu wujud dari pemenuhan kebutuhannya sebagai makhluk yang hidup di tengahtengah masyarakat. Kenyataan ini dapat dilihat ketika seorang manusia hampir selalu melibatkan orang lain dalam setiap kegiatan yang dilakukannya sehari-hari. Bentuk dari interaksi yang dilakukan dapat berupa interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, diperlukan suatu proses yang kita sebut sebagai komunikasi. Hal ini merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi setiap manusia untuk dapat saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain. Proses komunikasi meliputi suatu gagasan yang muncul di benak seseorang, kemudian gagasan itu diterjemahkan ke dalam bentuk pesan atau informasi yang disampaikan kepada orang lain melalui media tertentu. Kemudian si penerima pesan menerjemahkan apa yang dia terima, untuk kemudian dapat ditanggapi berdasarkan pemahaman yang didapatkannya. Hal yang ditanggapi oleh si penerima pesan dalam proses komunikasi bukanlah katakata dari si pemberi pesan, namun makna dari kata-kata yang disampaikan. Tujuan dari melakukan komunikasi adalah agar tercapainya suatu kesamaan makna di antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Kajian Teori
1. Pengertian Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang dimaksud dengan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Secara umum pengertian komunikasi adalah kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya. (Hardjana, 2003).

Wujud komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Bentuk komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui ucapan yang dilakukan secara langsung sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa kata-kata. Komunikasi ini ditunjukkan melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh, serta nada suara. (Soetjaningsih, 2008)

Salah satu bentuk komunikasi yang paling sederhana adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi yang sedikitnya melibatkan dua orang. Dalam komunikasi ini terjadi pertukaran informasi dari dua orang yang berbeda sifat, sikap, perilaku, serta pandangan. Untuk mencapai kesamaan di antara mereka, maka diperlukanlah suatu bentuk komunikasi interpersonal yang efektif.

2. Pentingnya Komunikasi
Komunikasi dapat mendatangkan suatu kebahagiaan dalam hidup manusia. Berikut peran komunikasi dalam hidup manusia:

1. Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia. Hal ini merupakan proses yang dilalui manusia sejak ia lahir hingga dewasa dan bagaimana ia mengikuti pola meluasnya ketergantungan terhadap orang lain.

2. Komunikasi dengan orang lain dapat membentuk identitas dan jati diri manusia. Secara tidak sadar setiap berkomunikasi seseorang selalu

memperhatikan bagaimana tanggapan orang lain terhadapnya. Hal inilah yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

3. Menguji kebenaran pendapat diri sendiri tentang yang terjadi di sekitarnya dengan membandingkan pendapat tersebut dengan orang lain.

4. Kualitas komunikasi dari seseorang dengan orang yang berpengaruh dominan dalam hidupnya dapat berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Apabila hubungan seseorang dengan orang lain tersebut diliputi berbagai masalah, tentu akan timbul rasa sedih, cemas, dan frustasi.

3. Jenis-Jenis Komunikasi

a. Berdasarkan Jumlah Pelakunya Komunikasi Perseorangan atau Interpersonal

Merupakan komunikasi yang melibatkan dua orang individu, masing-masing berperan sebagai komunikator dan komunikan.

Komunikasi Kelompok

Merupakan komunikasi yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya, atau bisa juga pribadi yang mewakili suatu kelompok dengan kelompok lainnya, dan komunikasi yang terjadi antara suatu kelompok denga perseorangan.

b. Berdasarkan Lingkup Keintiman Suasana Komunikasi Pribadi

Dalam komunikasi pribadi dibicarakan masalah-masalah pribadi yang kadang bersifat rahasia. Bentuk komunikasi ini mengandalkan hubungan kedekatan batin antara pihak-pihak yang terlibat. Komunikasi Lingkungan Terbatas

Merupakan

komunikasi

terbuka

yang

berada

pada

suatu

lingkungan yang terbatas seperti di sebuah perkampungan, sekolah, lingkungan kerja, dan lain-lain. Komunikasi ini bukanlah bentuk dari suatu komunikasi pribadi, namun bukan juga bentuk komunikasi yang melibatkan masyarakat luas. Komunikasi Publik

Merupakan komunikasi dalam lingkup terbuka dan luas, dimana seluruh masyarakat ikut serta dalam proses terjadinya komunikasi ini.

c. Berdasarkan tujuan Komunikasi Informatif

Merupakan suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi. Komunikasi Interogatif

Merupakan suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk meminta informasi. Komunikasi Diskursif

Komunikasi ini bertujuan untuk bertukar informasi mengenai suatu hal. Contohnya adalah kegiatan musyawarah, diskusi, dan debat. Komunikasi Imperatif

Komunikasi imperatif bertujuan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu. Entah itu meminta seseorang untuk bersikap tertentu atau melarangnya melakukan sikap tertentu.

4. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu bentuk komunikasi yang melibatkan dua individu yang saling berbeda karakter guna mencapai suatu kesamaan makna. Individu yang terlibat berperan sebagai seorang komunikator dan seorang komunikan. Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan dalam sebuah proses komunikasi, sedangkan

komunikan adalah pihak yang menerima pesan. Dalam komunikasi ini dituntut adanya proses saling memberi dan menerima antar pihak yang terlibat. Menurut Altman dan Taylor, semakin banyak hal yang kita ketahui mengenai lawan bicara kita, maka semakin pribadi pulalah tingkat komunikasi yang kita lakukan. Sikap dan perilaku yang etis juga dapat menentukan keberhasilan dari komunikasi interpersonal. Dengan adanya perilaku etis dan sikap konsentrasi terhadap lawan bicara, komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan baik karena pihak lawan bicara sudah merasa diperhatikan dan dipercayai.

4.1. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal


Proses komunikasi interpersonal dapat berlangsung karena adanya unsur-unsur pokok atau elemen-elemen yang menyusunnya, antara lain:

a.

Pengirim Pesan

Seringkali pengirim pesan juga disebut sebagai source atau sumber. Pengirim pesan berperan sebagai pihak yang mengawali terjadinya proses komunikasi. Sebelum masuk ke tahap

komunikasi, pengirim pesan terlebih dahulu melakukan proses pengolahan di dalam pikirannya mengenai informasi atau gagasan yang kemudian dikemas sedemikian rupa agar dapat dicerna oleh yang akan menerima pesan nantinya. Proses pengemasan ini disebut dengan encoding.

b. Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan bersifat informatif, yaitu berupa peristiwa, data, fakta, maupun pendapat. Tujuan dari penyampaian pesan ini dapat untuk menghibur, berbagi informasi, dan bisa juga mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Pesan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal.

c. Media

Setelah pesan dikemas sedemikian rupa dalam pikiran, pesan dapat disampaikan kepada orang lain melalui berbagai macam media seperti media lisan, media tertulis, maupun media elektronik.

d. Penerima Pesan

Pesan yang telah sampai kepada si penerima pesan akan masuk ke dalam ingatan atau memorinya. Pesan tersebut berusaha

dihubungkan dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang telah ada dalam ingatan si penerima dan kemudian diterjemahkan menjadi suatu pengetahuan baru. Penerjemahan pesan dapat seratus persen sesuai dengan apa yang disampaikan pengirim pesan, ada yang hanya setengahnya saja, atau bahkan ada yang tidak sesuai sama sekali. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor fisik yang kurang fit atau karena adanya faktor sejauh mana hubungan kedekatan antara si pengirim dan penerima pesan.

e.

Umpan Balik

Umpan balik atau feedback merupakan tanggapan dari si penerima pesan terhadap apa yang telah disampaikan oleh si pengirim pesan. Umpan balik dapat berupa umpan balik positif dan umpan balik negatif. Umpan balik positif apabila tanggapan penerima sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengirim. Umpan balik positif dapat mengakibatkan hubungan komunikasi terus berlanjut serta hubungan pengirim dan penerima pesan menjadi lebiah baik. Sedangkan umpan balik negatif terjadi apabila penerima pesan tidak dapat menerjemahkan pesan dengan baik sehingga tujuan dari komunikasi tidak dapat tercapai. Adanya umpan balik negatif dapat menjadi suatu evaluasi bagi pengirim untuk dapat memperbaiki caranya dalam menyampaikan pesan

4.2. Karakteristik Komunikasi Interpersonal


Untuk lebih memperjelas apa yang dimaksud dengan

komunikasi interpersonal, diperlukan pemahaman tentang karakteristik dari komunikasi interpersonal itu sendiri. Menurut De Vito, karakteristik dari komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:

a.

Keterbukaan

Apabila setiap pihak yang terlibat dalam proses komunikasi bersifat terbuka, maka setiap individu dapat saling belajar. Dalam berkomunikasi, seseorang harus terbuka dalam menceritakan sesuatu kepada lawan bicaranya. Hal ini bukan berarti

menceritakan seluruh kehidupan pribadi, namun yang paling penting adalah kemauan untuk membuka diri pada masalahmasalah yang umum. Keterbukaan juga menunjukkan suatu bentuk kepedulian kita dalam menanggapi atau memberi umpan balik terhadap apa yang disampaikan oleh lawan bicara. Tanggapan disampaikan secara spontan, jujur, dan terus terang. Namun perlu diperhatikan juga situasi dan kondisinya agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam suatu proses komunikasi interpersonal.

b. Empati

Dalam proses komunikasi interpersonal, seseorang secara emosional dan intelektual mampu menempatkan diri pada posisi orang lain yang sedang dilanda masalah, serta ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Disamping itu, pihak yang terlibat dalam komunikasi juga ikut mencarikan solusi bagi masalah yang dihadapi lawan bicaranya.

c. Perilaku Suportif

Komunikasi interpersonal tidak akan berlangsung efektif jika tidak adanya perilaku suportif dari dalam diri pelakunya. Kemampuan berempati juga tidak akan terlihat jika tidak adanya perilaku suportif yang meliputi deskriptif, spontanitas, dan provisionalisme.

d. Perilaku Positif

Perilaku positif sangat diperlukan agar proses komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan baik. Sebagai seorang komunikator dan komunikan, seseorang harus memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri, begitu juga terhadap orang lain. Seseorang harus selalu berpikiran positif terhadap berbagai situasi komunikasi. Orientasi pada Orang Lain

e. Orientasi pada Orang Lain

Agar tercapainya suatu komunikasi interpersonal yang efektif, seseorang harus mampu menempatkan dirinya sesuai dengan situasi dan kondisi orang lain yang dihadapinya. Artinya orang tersebut mampu beradaptasi dan melihat kepentingan dari orang lain serta dapat saling menghargai pendapat orang lain.

4.3. Faktor Penghambat Terjadinya Komunikasi Efektif

1.

Hambatan dalam Proses Komunikasi Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan

antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka

tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

2.

Hambatan Fisik

Hambatan fisik dalam suatu komunikasi dapat berupa gangguan kesehatan pada pihak yang terlibat komunikasi, atau adanya gangguan dari alat komunikasi yang digunakan sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung efektif.

3.

Hambatan Semantik

Hambatan semantik adalah hambatan yang timbul karena adanya kesalahan dalam proses penyampaian suatu informasi dari pengirm pesan kepada penerima pesan. Contohnya adanya kesalahan dalam penggunaan kata-kata, atau cara penyampaiannya yang cenderung berbelit-belit.

4.

Hambatan Psikologis

Hambatan

psikologis

dan

sosial

kadang-kadang

mengganggu komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

3.4. Konflik dalam Hubungan Interpersonal


Dalam setiap hubungan interpersonal, adakalanya terjadi suatu pertentangan pendapat ataupun perbedaan kepentingan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya sebuah konflik. Seringkali konflik dianggap sebagai perilaku negatif yang dapat merusak suatu hubungan interpersonal sehingga harus dihindarkan. Namun belakangan ini semakin banyak masyarakat yang menyadari bahwa penyebab rusaknya suatu hubungan interpersonal bukanlah diakibatkan oleh konflik itu sendiri, melainkan bagaimana upaya seseorang dalam mengatasi konflik tersebut. Kini konflik lebih dipandang sebagai suatu hal yang positif karena dianggap sebagai bumbu dalam suatu hubungan interpersonal. Konflik dapat memberikan manfaat positif jika penyelesaian dari suatu konflik dapat dikelola dengan baik. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penyelesaian konflik yang baik antara lain:

Mendorong seseorang untuk melakukan perubahan-perubahan pada dirinya ke arah yang lebih baik.

Menumbuhkan

kesadaran

dalam

diri

seseorang

untuk

menyelesaikan suatu masalah yang selama ini tidak jelas dan dibiarkan tidak muncul ke permukaan.

Menjadikan hidup lebih menarik. Perbedaan pendapat yang terjadi pada suatu komunikasi menyebabkan seseorang berusaha untuk menggali lebih dalam informasi tentang suatu pokok permasalahan.

Perbedaan pendapat dapat membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan yang lebih matang dan bermutu.

Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang selama ini dirasakan dalam sebuah hubungan interpersonal. Ketegangan dapat dihilangkan setelah semua keluhan-keluhan yang dirasakan terluapkan pada saat terjadinya upaya penyelesaian konflik.

5. Mendengar Aktif
Komunikasi interpersonal tidak akan berjalan dengan efektif jika salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi tidak mendengarkan secara sungguh-sungguh dari apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Hal ini merupakan suatu cerminan dari sifat manusia yang senantiasa ingin diperhatikan serta ingin didengar saat ia berbicara, karena setiap kata-kata yang diucapkannya merupakan ekspresi dari perasaannya. Oleh karena itu dalam proses komunikasi antar manusia sangat diperlukan keterampilan mendengar secara aktif. Kegiatan mendengar bukan sekedar mendengar sebuah suara yang mampir ke telinga kita, namun pendengar harus mendengarkan apa yang disampaikan oleh lawan bicara dengan serius dan sungguh-sungguh.

Mendengar juga bukan berarti kita hanya mengangguk dan mengiyakan, namun diperlukan adanya sebuah umpan balik dari pihak yang mendengarkan terhadap hal-hal yang disampaikan oleh orang yang berbicara. Hal ini akan memperlihatkan kepada lawan bicara bahwa si pendengar mengerti tentang apa yang disampaikan oleh si pembicara. Untuk memastikan pemahaman terhadap apa yang didengar, seorang pendegar juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan menyangkut apa saja yang baru dibicarakannya, agar komunikasi dapat terjalin tepat sasaran dan efektif.

6. Komunikasi Dokter-Pasien
Salah satu contoh nyata komunikasi interpersonal yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu komunikasi antara dokter-pasien. Dalam profesi kedokteran, keterampilan komunikasi dokter-pasien

merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Bentuk komunikasi interpersonal dokter-pasien yang efektif akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan medis yang pada akhirnya akan berdampak pada kesembuhan pasien itu sendiri. Hal ini membuktikan bahwa seorang dokter tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, namun juga diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik. Banyak pihak yang beranggapan bahwa komunikasi dokter-pasien yang efektif hanya akan menyita waktu dokter. Opini seperti ini tampaknya harus diluruskan. Menurut Kurts (1998), komunikasi efektif dokter-pasien justru tidak akan menyita waktu yang lama. Hal ini dikarenakan dokter dituntut untuk terampil untuk melakukan komunikasi interpersonal dan manajemen pengelolaan masalah sesuai dengah kebutuhan pasien.

Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya rasa percaya dari pihak pasien terhadap dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Keterampilan interpersonal merujuk kepada kemampuan dokter untuk berhubungan dengan pasien, keluarganya, serta orang-orang yang bersangkut paut dengan kepentingan pasien. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana sikap seorang dokter dalam membangun sebuah hubungan yang baik terhadap pasiennya dengan melalui proses verbal dan non verbal. Seorang dokter harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi pasiennya sehingga rasa kepercayaan pasien dapat timbul terhadap dokter tersebut. Terciptanya hubungan yang baik seperti ini akan sangat membantu seorang dokter dalam menggali informasi sedalam-dalamnya dari pasien, untuk kemudian dapat ditegakkan suatu diagnosa yang tepat. Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:

Disease

centered

communication

style

atau

doctor

centered

communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

Illness

centered

communication

style

atau

patient

centered

communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.

Berikut bentuk-bentuk keterampilan yang harus dimiliki seorang dokter agar komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien dapat berlangsung efektif:

1. Pengetahuan ilmu perilaku yang relevan dengan ilmu kedokteran 2. Kemampuan untuk menilai situasi emosi pasien serta kemampuan untuk memulai mencipatakan hubungan pasien-dokter yang baik. 3. Kemampuan dokter untuk mampu mengenal dirinya sendiri sebaik mungkin supaya menghilangkan sikap curiga atau masalah-masalah yang dapat merusak hubungan pasien-dokter. 4. Kemampuan untuk menciptakan iklim yang kondusif dan mencegah kesalahan yang mendasar dalam hubungan pasien dokter. Untuk itu diperlukan kecerdasan emosi (EQ) yang baik, yang merupakan perpaduan antara keterampilan interpersonal dan interapersonal. 5. Mengetahui dampak psikologik dari pemeriksaan dan tindakan terapi yang diberikan kepada pasien dan mengadaptasikan teknik tersebut setepat mungkin. 6. Mempunyai pengetahuan yang memadai dalam menciptakan dan membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien anak-anak, manula, pasien yang berpenyakit kronik, dan pasien yang menderita penyakit stadium terminal, serta membantu berbagai masalah pasien tersebut. (Soetjaningsih, 2008)

6.1. Tujuan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien

Berikut adalah tujuan dari menciptakan komunikasi interpersonal dokter-pasien yang efektif:

Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).

Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.

Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.

6.2. Manfaat Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien

Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokterpasien di antaranya: Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dala menghadapi penyakitnya.

6.3. Prosedur Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien

Berikut prosedur atau urutan dari kegiatan yang harus dilakukan seorang dokter dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif antar dokter-pasien, sehingga terciptanya suasana yang nyaman.

1. Mempersilakan pasien untuk masuk dan mengucapkan salam. 2. Memanggil/menyapa pasien dengan nama panggilannya sehingga

dapat terjalinnya suatu keakraban.


3. Beusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien. 4. Memperkenalkan diri serta menjelaskan tugas atau profesinya kepada

pasien.
5. Menilai suasana hati lawan bicara. 6. Memperhatikan sikap non-verbal pasien. 7. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan

makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.


8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi

yang tidak perlu.


9. Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter

tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.


10. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau

pengambilan keputusan.
11. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah

pihak.
12. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan

kedua belah pihak.


13. Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

6.4. Dampak Komunikasi Dokter-Pasien yang Tidak Efektif

Komunikasi yang tidak efektif antara dokter-pasien akan menimbulkan suatu masalah serius seperti terjadinya dugaan kasus malpraktik. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi dokter-pasien bukanlah suatu hal yang sederhana. Komunikasi dokter-pasien bukan hanya sekedar proses tanya jawab yang dilakukan ketika proses konsultasi berlangsung. Keefektifan dalam berkomunikasi sangat berpengaruh terhadap perilaku pasien dalan menerima anjuran dari dokter mengenai diagnosis penyakitnya, proses pengobatan seperti apa yang akan dijalani, serta bagaimana ia mematuhi atuaran dan nasihat dokter.

Kesimpulan
Seorang dokter harus memiliki keterampilan dalam membangun komunikasi yang efektif dengan pasiennya. Hal ini sangat penting karena merupakan suatu langkah bagi seorang dokter untuk menegakkan sebuah diagnosa yang berujung pada kesembuhan pasien. Memahami perspektif pasien adalah sikap yang dianjurkan dalam komunikasi dokter-pasien. Komunikasi efektif dokter-pasien meliputi bagaimana seorang dokter mampu membangun suatu hubungan yang baik dengan pasiennya, membuat pasien merasa nyaman untuk bercerita tentang keluhannya, melakukan penggalian informasi terhadap keadaan pasien, memahami kekhawatiran dan harapannya, berusaha memahami ungkapan emosi pasien, mampu merespon secara verbal dan non-verbal dalam cara yang mudah dipahami pasien.

Daftar Pustaka
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kanisius

Rumanti, Sr. Maria Assumpta. 2002. Dasar-Dasar Public Relations. Jakarta: Grasindo

Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Kanisius. Jakarta: Kanisius

Soetjiningsih. 2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta: EGC

Putri, Dona Eka. Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja X. Universitas Gunadarma

Ali, Muhammad Mulyohadi, dkk. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: KKI

You might also like