You are on page 1of 6

Perumusan Diagnosa Keperawatan: Definisi Diagnosa Keperawatan dan Berpikir Kritis dalam Perumusan Diagnosa Keperawatan 1.

Definisi Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan setelah tahap Assesment (pengkajian). Istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali oleh V. Fry yang menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Beberapa ahli mempunyai pendapat sendiri dalam mendefinisikan diagnosa keperawatan. Shoemaker,1984, mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar pembuatan ketentuan-ketentuan untuk terapi yang pasti di mana perawat bertanggung jawab. Sedangkan Carpenito, 1988, mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai suatu pernyataan yang menguraikan respons manusiawi dari individu atau kelompok di mana perawat dapat secara legal mengidentifikasi di mana perawat dapat memiinta suatu intervensi yang pasti untuk memelihara keadaan kesehatan, untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan. Pada bulan Maret 1990, pada konferensi ke-9 dari North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), sebuah organisasi yang berwenang terhadap perumusan diagnose keperawatan, menyetujui definisi diagnose keperawatan sebagai keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini 1990). 2. Format Pernyataan Diagnostik Dalam penulisan pernyataan diagnosa, ada beberapa format yang dapat dipakai sebagai acuan dalam merumuskan suatu diagnosa klien, antara lain format PES, format SOAPIE, dan catatan fokus. a. Format PES memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. (NANDA,

Gordon mengidentifikasi format ini untuk mencatat tanda-tanda dan gejala dari sebuah diagnosa. PES dapat diideentifikasi sebagai P (problem/need), E (etiology), dan S (sign/symptom). Problem adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA, yang menunjukkan suatu masalah yang berkenaan dengan perhatian pasien/orang terdekat dan perawat, yang memerlukan intervensi atau penanganan keperawatan. Etiology adalah penyebab atau faktor kontribusi yang bertanggung jawab terhadap adanya masalah kebutuhan pasien yang spesifik dan dicurigai dari respons yang telah diidentifikasi dari pengkajian (data dasar pasien). Etiologi dinyatakan dengan kata yang berhubungan dengan. Signs/symptom adalah manifestasi/petunjuk yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan dan menunjukkan adanya tanda/gejala yang dialami oleh pasien. Tanda dan gejala ini dinyatakan dinyatakan sebagai ditandai dengan dan diikuti sejumlah data subjektif dan objektif. Akan tetapi, tanda/gejala ini tidak disertakan dalam diagnosa potensial atau risiko karena masalah belum terjadi secara nyata. b. Format SOAPIE Format SOAPIE merupakan metoda sistematis untuk mencatat beberapa peristiwa. Singkatan SOAPIE ini terdiri antara lain S (data subjektif), O (data objektif), A (analisis atau menggunakan format SOAPIE, catatan awal diagnosa), P diagnosa akan (perencanaan), I (implementasi), dan E (evaluasi). Apabila perawat menggambarkan tanda-tanda dan gejala, sehingga perawat tidak perlu memakai metoda PES pada dokumentasi selanjutnya. Berikut adalah contoh format SOAPIE yang baru ditetapkan: S : :Saya takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi. O : Tidak dapat diterapkan A : Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena pemeriksaan mielogram yang telah dijadwalkan.

P : Rujuk ke rencana perawatan c. Catatan fokus Catatan fokus memakai singkatan DAR, yaitu Data, Aksi/tindakan, dan Respons, untuk mencatat data. Berikut merupakan contohnya: Fokus: Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena mielogram terjadwal. D : Klien menyatakan Saya takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi. A : Perencanaan perawatan awal R : Tidak dapat diterapkan 3. Tipe pernyataan diagnostik Dalam menjelaskan status kesehatan dari klien atau kelompok, pernyataan diagnosa dapat mempunyai satu, dua, atau tiga bagian. Pernyataan bagian pertama hanya berisi label diagnostik dan diagnosa keperawatan sindrom. Pernyataan bagian kedua berisi label atau faktor penunjang yang dapat menunjang perubahan status kesehatan seseorang. Berikut adalah tipe-tipe pernyataan diagnostik: Pernyataan satu bagian: Potensial terhadap Peningkatan Menjadi Orang Potensial tehadap Peningkatan Nutrisi Sindrom Disuse Sindrom Trauma Perkosaan Pernyataan Dua Bagian Risiko tehadap Cedera yang berhubungan dengan kurang kesadaran pada bahaya. Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan emobilitas jangka panjang karena fraktur pelvis. Pernyataan Tiga Bagian Kerusakan Integritas Kulit yang berhubungan dengan imobilitas jang panjang sekunder terhadap fraktur pelvis, yang dibuktikan dengan adanya lesi sacral sepanjang 2 cm.

Dalam merumuskan diagnosa, seorang perawat hendaknya menggunakan diagnosa keperawatan, dan bukan diagnosa medis. Diagnosa media adalah diagnosa yang mencerminkan perubahan struktur atau fungsi organ/sistem, dibuktikan dengan pemeriksaan diagnostik medis, seperti diabetes mellitus, gagal jantung, hepatitis, kanker, dan lain-lain. Sedangkan diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang menunjukkan respons manusia terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Berikut adalah tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa keperawatan. Hal Sifat Diagnosa Medis Tidak berubah Diagnosa Keperawatan Berubah karena perubahan pemulihan Tujuan Untuk mengidentifikasi pasien dan Untuk situasi/perspektif rencan

mengarahkan

merancang rencana pengobatan asuhan untk membantu klien dan untuk menyembuhkan penyakit keluarganya atau proses patologis beradaptasi terhadap penyakit mereka dan untuk menghilangkan masalah Sasaran Untuk meresepkan pengobatan perawatan kesehatan Untuk mengembangkan suatu rencana asuhan yang bersifat individual 4. Tahap-tahap identifikasi masalah Ada enam tahap yang terlibat dalam identifikasi masalah yang terdiri dari aktivitas penetuan diagnosa. Hasilnya adalah pernyataan diagnosa pasien yang mengidentifikasi masalah pasien. Enam tahap tersebut antara lain: a. Tahap merasakan masalah Data ditinjau untuk mengidentifikasi masalah/kebuthan pasien yang dapat digambarkan dengan label diagnosa keperawatan. b. Tahap proses penapisan Pada tahap ini, seorang perawat membandingkan dan membedakan hubungan di antara data dan faktor yang diidentifikasi ke dalam kategori-

kategori yang berdasakan pada pemahaman tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu perilaku. c. Tahap mensintesis data Tahap ini, seorang perawat harus mampu memberikan gambaran yang komprehesif tentang pasien dalam hubungannya dengan status kesehatan masa lalu, sekarang, dan yang akan dating berdasarkan data yang dikumpulkan oleh anggota tim perawatan kesehatan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai mensintesis data. d. Tahap mengevaluasi hipotesis Maksudnya adalah meninjau diagnosa keperawatan dan definisi dari NANDA. Kemudian bandingkan etiologi yang telah dikaji dengan faktor yang berhubungan dari NANDA. e. Tahap membuat daftar masalah/kebutuhan pasien Berdasarkan data yang diperoleh dari tahap 3 dan 4, label diagnose keperawatan yang akurat digabung dengan etiologi dan tanda/gejala, jika ada, untuk menyelesaikan pernyataan diagnosa pasien. f. Tahap mengevaluasi ulang daftar masalah Pada tahap ini, seorang perawat mengevaluasi daftar masalah yang telah didapat pada tahap kelima. BERPIKIR KRITIS DALAM PERUMUSAN DIAGOSA KEPERAWATAN Dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan, seorang perawatdituntut untuk mempunyai kemampuan/kecakapan untuk berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses secara aktif dan cakap, dalam mengonsepkan, menerapkan, menganalisa, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau diambil dari observasi, pengalaman, refleksi, alasan, atau komunikasi, sebagai panduan untuk meyakinkan dan bertindak. (Scriven & Paul, n.d.) Penggunaannya dalam perumusan diagnose keperawatan adalah penting. Ketika asuhan keperawatan meluas ke dalam berbagai lingkungan perawatan kesehatan, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan penilaian diagnostic (Gordon,1994).

Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah pembuatan keputusan yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan diagnostik (Carnevali et al, 1984; Carnevali & Thomas, 1993). Kemampuan berpikir kritis ini mencakup kemampuan analisis dan sintesis perawat. Analisis sebagai pemisahan menjadi beberapa komponen/bagian, sedangkan sintesis merupakan penggabungan bagian-bagian menjadi satu.

Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinis. (Terj. Tim Penerjemah PSIK UNPAD). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Burley, J. T. (1995). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. (Terj. I Made Kariasa). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Rubenfold, M. G, dan Kozier, B. K. (1998). Critical Thinking in Nursing: An Interactive Approach. America: J.B Lippincott Company Kozier, B, dkk. (1997). Professional Nursing Practice: Concepts and Perspective. California: Addison Wesley Longman

You might also like