You are on page 1of 4

Kepemimpinan Pembelajaran

Submitted by admin on April 7, 2013 5:10 amNo Comment | 4

Telaah kepemimpinan pembelajaran lebih fokus pada pengkajian tindakan atau pendelegasian wewenang yang kepala sekolah lakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas belajar siswa. Masalah utama kepemimpinan adalah bagaimana kepala sekolah bertindak sehingga berpengaruh terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran?

Pembahasan yang sekarang sering mengemukan tentang peran kepempimpinan pembelajaran menunjukkan adanya perubahan paradigma tetang pentingnya tindakan kepala sekolah dalam mengerahkan keuatannya sebagai personal kunci di sekolah. Pembahasan ini menggeser perhatian terhadap manajemen berbasis sekolah. Kajian ini memandu kepala sekolah dalam memadukan dan meningkatkan kekuatan dengan melibatkan dan menggerakan warga sekolahnya untuk mencapai tujuan.Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran berbeda dengan peranny sebagai administrator atau manajer.

Dalam realitasanya, kepemimpinan pembelajaran lebih dari sekedar keterampilan mempengaruhi orangorang, namun mencakup proses moral. Sergiovanni (1996) menyatakan kepemimpinan pembelajaran mencakup moral atau kode etik yang dipahami dan diterima warga sekolah yang dibangun berdasarkan tujuan, nilai-nilai dan keyakinan. Potensi kepala sekolah diukur dengan kemampuan mengintegrasikan seluruh kekuatan organisasi secara formal, juga mepersatukan emosi atau psikologi warganya sehingga terbangun kolegialitas yang kuat, semangat bekerja sama dan menggerakan orang-orang agar saling bergantung dan saling menghargai satu sama lain. Dalam memberdayakan pengaruhnya pemimpin pembelajaran, seperti halnya pemimpin organisasi yang lain, dibedakan dalam dua tipe yaitu tipe pemimpin transaksional dan transformasional. Tipe kepemimpinan transaksional bersikap responsif. Mereka mengemban tugas berasakan kultur lembaga, memotivasi bawahan dengan memberikan penghargaan dan hukuman. Kepemimpinan berlandaskan asumsi (1) bawahan tidak memotivasi dirinya (2) motivasi bawahan meningkat jika digerakan dengan penghargaan dan hukuman (3) bawahan harus mematuhi perintah atasan. Tiga asumsi ini melahirkan pikiran lanjutan bahwa bawahan harus dipantau bahkan dikendalikan. Dengan dasar itu, maka pemimpin harus mengembangkan daya inisiatif dan interaktifnya agar bawahan bergerak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kepemimpinan tipe transaksional sesuai untuk mewujudkan tujuan jangka pendek, maupun dalam pemenuhan standar dan prosedur. Pemimpin tidak memerlukan banyak daya inisiatif dan kreativitas bawahan karena target dan prosedur kerja telah ditetapkan dengan ketat. Kepemimpinan transformasional berperan sebaliknya, pemimpin dengan bawahan berinteraksi dan berintegrasi. Kesadaran bersamanya meningkatkan motivasi dan keuatan moral yang mempersatukan kekuatannya. Dalam peran kepemimpinan transformasional, pimpinan dan bawahan memiliki motif bersama berlandaskan nilai-nilai dan tujuan yang dikuatkan dengan pengakuan bahwa pemimpinnya benar. Pemimpin dan bawahan menjadi dua pihak yang saling membutuhkan. (James MacGregor Burns : 1979.p36) Pemimpin transformasional bersikap proaktif, meningkatkan budaya organisasi melalui kreasi ide-ide baru, memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan yang lebih bernilai dengan motivasi yang dilandasi moral dan

idelisme yang tinggi pula. Semangatnya tidak hanya didasari atas kepentingan diri sendiri malainkan karena mereka bergerak atas kepentingan bersama. Peran utama kepemimpinan pembelajaran adalah mengembangkan proses pengintegrasian kekuatan pendidik, meningkatkan kompetensi pendidik, mengembangkan kurikulum, dan melaksanakan penelitian tindakan untuk melakukan perbaikan proses (Glickman, 1985). Menurut Andrew J. Rotherham dan Daniel Willingham, dikaitkan dengan kepentingan pendidikan abad ke21, kepala sekolah hendaknya memperhatikan tiga komponen kegiatan utama, yaitu mengembangkan kurikulum terbaik, meningkatkan kompetensi pendidik, dan mengembangkan sistem penilaian terbaik. Berdasarkan kajian di atas dapat dinyatakan secara singkat bahwa pimpinan pembelajaran memiliki peran penting dalam (1) menentukan arah pengembangan sekolah (2) menyelaraskan jalinan hubungan kerja untuk meningkatkan semangat kebersamaan 3) menggerakan seluruh kekuatan sekolah untuk meningkatkan kompetensi pendidik untuk menujang efektivitas pembelajaran (4) meningkatkan motivasi seluruh warga sekolah untuk mewujudkan keunggulan. Keempat pilar kegiatan kepemimpinanya adalah untuk menunjang efektivitas pembelajaran. Hubungan antara pokok kegiatan dapat digambarkan pada diagram peran kepemimpinan pembelajaran berikut:

Peran utama kepemimpinan pembelajaran yang pertama menentukan arah pengembangan sekolah. Dalam hal ini sekolah hendaknya menetapkan visi-misi, tujuan, dan indikator pencapaian agar memudahkan seluruh pemangku kepentingan mengukur ketercapaian tujuan. Untuk mencapai visi-misi sekolah mengembangkan sejumlah rencana dan pengaturan pembelajaran atau kurikulum. Dalam menentukan arah pengembangan, kepala sekolah hendaknya dapat mengembangkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pengemban yang tetapkan dalam kebijakan sekolah. Kebutuhan untuk menentukan arah pengembangan sekolah adalah kemampuan kepala sekolah menentukan keputusan berbasis data. Peran utama kedua adalah menyeleraskan hubungan kerja semua pemangku kepentingan sehingga tumbuh suasana pisikologis, interaksi sosial, dan interaksi akademik yang kondusif. Turunan dari kegiatan ini ialah membangun komunikasi yang sering dan mendalam, mengembangkan kerja sama, meningkatkan koordinasi dan siskronisasi pekerjaan secara terprogram. Peran ketiga adalah menggunakan pengaruhnya untuk meningkatkan kompetensi pendidik. Peningkatan kopetensi yang paling penting adalah kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai

pembelajaran sehingga tujuan penerapan kurikulum terwujud. Yang diperlukan dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan kepala sekolah sehingga dapat menjadi model yang didukung pembiasaan belajarnya. Peran terutama untuk menunjang pengembangan kompetensi adalah kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi dengan mengerahkan sumber daya dirinya maupun tim. Peran keempat adalah membangun motivasi warga sekolah agar mengerahkan kekuatan dari dalam diri tiap individu sehingga menjadi kekuatan internal sekolah untuk mewjudkan tujuan yang lebih bernilai. Dengan kekuatan yang tumbuh dari dalam akan mendorong tumbuhnya daya insiatif yang tumbuh berkelanjutan. Namun demikian, peningkatan motivasi dapat didorong dengan memanfaatkan rangsangan dari luar. Target mensejajarkan keunggulan dengan lembaga pesaing yang sejenis, mengembangkan daya kompetisi dengan sekolah lain bahkan berusaha mengunggulinya dapat menjadi strategi dalam mengobarkan semangat dan daya juang tim dalam peningkatan mutu. Sejumlah tindakan praktis dalam meningkatkan pengaruh dalam menggerakan warga sekolah kepala sekolah perlu melakukan tindakan praktis seperti contoh berikut: Berdialog dengan guru, siswa, atau tenaga kependidikan lain dalam interaksi personal dalam aktivitas sehari-hari. menjadi pendengar yang baik dalam pertemuan formal maupun nonformal, berbagi pengalaman dengan guru atau siswa; bertindaklah menjadi kepala sekolah yang dominan, namun tidak mendominasi. menggunakan contoh yang terkait langsung dengan pelaksanaan tugas sehari-hari memberikan peluang untuk memilih atau menyediakan beberapa alternatif sehingga mendorong tumbuhnya inisiatif. menyikapi dengan arif kebijakan terdahulu mendorong pendidik berani mengambil resiko menyediakan sumber belajar untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan ; Indiktor utama keberhasilan kepala sekolah adalah dalam memantau atau melaksanakan supervisi. Berkaitan dengan itu, menurut Joseph Blase and Jo Blase (1999), kepala sekolah perlu merealisasikan strategi berikut: Memberikan saran; Memberikan umpan balik terhadap aktivitas pendidik; Mengembangkan model; Menggunakan hasil riset, Meminta pendapat; Memberikan pujian atau penghargaan. Dari telaahan pada akhirnya dapat kita peroleh kesimpulan bahwa tugas kepala sekolah dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengembangkan tindakan yang muncul dari daya inisiatif dan interaktif dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah membangun kekuatan moral yang terintegrasi dengan nilai-nilai, tujuan, dan keyakinan bersama dalam merencanakan, melaksanakan, mensupervisi, dan mengevaluasi program dalam bentuk tindakan yang terukur. Referensi: Anderson, D. & Anderson, LA 2001. Beyon Change Management: Advanced Strategies for Todays Transformational Leaders. San Francisco: Jossey-Bass. Bradford, D.L. and Burke, W.W. 2005. Reinventing Organization Development. New Approaches to Change in Organizations San Francisco, CA: Pfeiffer. MacGregor Burns, James. 1978. Leadership , Harper & Row, London.
Glickman, C.D., Gordon, S.P. and Ross-Gordon, J.M. 1995. Supervision of Instruction: A Developmental Approach, 3rd ed., Allyn and Bacon, Boston, MA.

Gordon Mitchell. 1999. Change Management: Best Practice in Whole School Development, Danida, Denmark.
Kooter, John P. 1990. A Force For Change: How Leaders Differs From Management. The Free Press. New York. Sergiovanni, T.J. 1996. Moral Leadership , Jossey-Bass, San Francisco, CA

You might also like