You are on page 1of 11

A. Pengkajian 1.

Definisi Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu perawat keluarga diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu dan format pengkajian yang digunakan. Pengkajian yang digunakan menurut Yura dan Wals (1998) adalah : Tindakan pemantauan secara langsung pada manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, dimana pengkaji menggambarkan kondisi atau situasi klien sebelumnya dan saat ini sehingga informasi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi dimasa yang akan datang.

2. Metode pengkajian a. Pengkajian keluarga model Friedman Asumsi yang mendasarinye adalah keluarga sebagai sistem sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian : 1. Data pengenalan keluarga. 2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga. 3. Data lingkungan. 4. Struktur keluarga. 5. Fungsi keluarga. 6. Koping keluarga. b. Pengkajian keluarga model Calgary Pengkajian model Calgary mengembangkan konsepdan teori sistem, komunikasi dan konsep berubah. Teori sistem memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara berkelanjutan. Konsep berubah menjadikan kerangka kerja bahwa perubahan satu anggota keluarga akan mempengaruhi kezehatan anggota keluarga yang lain. 3. Tahapan-tahapan pengkajian Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan.

a. Penjajakan I Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain: 1. Data umum. 2. Riwayat dan tahapan perkembangan. 3. Lingkungan. 4. Struktur keluarga. 5. Fungsi keluarga. 6. Stress dan koping keluarga. 7. Harapan keluarga. 8. Data tambahan. 9. Pemeriksa fisik. Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga. Contoh : 1. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan. 2. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem pernafasan. 3. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan cairan elektrolit. 4. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan kehamilan resiko tinggi. 5. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan malnutrisi. 6. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi. 7. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan penyakit kronik. 8. Anggota keluarga dengan masalah kesehatan penyakit terminal. 9. Anggota keluarga dengan masalah mental psikiatri. b. Penjajakan II Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan keluarga dalam mengahadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapaun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya: 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. 3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya. 4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas keluarga. B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Definisi Analisa Data a. Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk mendukung penegakan diagnosa keperawatan keluarga yang akurat. b. Review data yang dapat menghubungkan antara penyebab dan masalah yang ditegakkan. c. Menghubungkan data dari pengkajian yang berpengaruh kepada munculnya suatu masalah. Contoh : Data subjektif : a. Ny. N belum pernah mendapatkan informasi perawatan masa nifas. b. Ny. N mengatakan bahwa ia tidak tahu bagaimana masa nifas yang normal. c. Ny. N mengatakan bahwa proses melahirka dibantu dukun beranak. d. Ny. N mengeluh pusing. e. Ny. N mengatakan agak takut kalau mau bergerak. Data objektif : a. Ny. N terlihat bingung saat dilakukan pengkajian. b. Ny. N terlihat banyak bertanya mengenai masalah nifas. c. Ny. N masa nifas minggu pertama. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan pada Ny. N (23thn) dikeluarga Tn. K (30 thn) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masa nifas. 2. Defini Diagnosa Keperawatan Keluarga diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. 3. Struktur Kiagnosa Keperawatan Keluarga Struktur diagnosa keperawatan terdiri atas : a. Problem / masalah. b. Etiologi / penyebab. c. Sign dan symptom / tanda dan gejala. 4. Tipe Diagnosa Keperawatan Keluarga Tipe-tipe diagnos akperawatan keluarga sebenarnya ada beberapa, diantaranya : a. Aktual.

b. Resiko tinggi. c. Potensial. d. Sindrom. e. Kemungkinan. 5. Tipe Dan Komponen Diagnosa Keperawatan Keluarga a. Masalah keperawatan aktual Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi. Contoh : 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas. 2. Ganggan pola nafas. 3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 5. Perubahan pola istirahat tidur. 6. Kurang pengetahuan. 7. Cemas. b. Masalah keperawatan resiko tinggi Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada tombulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani. Contoh : 1. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 2. Resiko tinggi injuri. 3. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang. c. Masalah keperawatan potensial / sejahtera Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal. Contoh : 1. Potensial peningkatan prose keluarga. 2. Potensial kehamilan dengan status kesehatan normal. 6. Menetapkan Etiologi Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 tugas keluarga antaralain : a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga. d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. 7. Prioritas masalah

Prioritas masalah didasari atas 3 komponen : a. Kriteria. b. Bobot. c. Pembenaran. 8. Kriteria penilaian a. Sifat masalah terdiri atas : 1. Aktual dengan nilai 3. 2. Resiko tinggi dengan nilai 2. 3. Potensial dengan nilai 1. pembenaran mengacu pada masalah yang sedang terjadi, baru menunjukkan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat. b. Kemungkinan masalah untuk diubah : 1. Mudah dengan nilai 2. 2. Sebagian dengan nilai 1. 3. Tidak dapat denagan nilai 0. Pembenaran mengacu pada : masalah, sumber daya keluarga. Sumber daya perawat dan sumber daya lingkungan. c. Potensial masalah untuk dicegah: 1. Tinggi dengan nilai 3. 2. Cukup dengan nilai 2. 3. Rendah dengan nilai 1. Pembenaran mengacu pada : berat ringannya masalah, jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dialkukan, kelompok resiko tinggi ynag bisa dicegah. d. Menonjolnya masalah : 1. Segera diatasi dengan nilai 2. 2. Tidak segera diatasi dengan nilai 1. 3. Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0. Pembenaran mengacu kepada : persepsi keluarga terhadap masalah. 9. Bobot a. Sifat masalah dengan bobot 1. b. Kemungkinan masalah untuk diubah denagn bobot 2. c. Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1. d. Menonjolnya masalah denagn bobot 1. 10. Pembenaran a. Alan pembenaran subkriteria. b. Dampak terhadap kesehatan keluarga.

c. Ditunjang dari data pengkajian. Contoh : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sifat masalah : aktual Pembenaran : Gangguan pemenuhan nutrisi sudah terjadi dilihat dari hasil pengamatan TB dan BB, keluhan menurunnya nafsu nakan, mual, dan muntah. Masalah ini akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut jika tidak segera ditangani. 11. Cara penghitungan a. Skor / angka tertinggi dikalikan dengan bobot. b. Jumlahkan skor. c. Skor tertinggi menjadi prioritas. Contoh : a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas dengan jumlah skor 5. b. Perubahan pola istirahat tidur dengan jumlah skor 3. c. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan jumlah skor 4. Maka yang menjadi prioritas masalah adalah : tidak efektifnye bersihan jalan nafas. C. Penyusunan Rencana Perawatan 1. Definisi ANA (1995) mendefinisikan intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau keluarga. 2. Indikasi intervensi Wright dan Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan bahwa intervensi keperawatan keluarga dapat dilakukan pada : a. Keluarga dalam satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya. b. Keluarga denagn anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada anggota keluarga lainnya. c. Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan yang muncul. d. Salah satu anggota keluarga menunjukan perebaikan atau kemunduran dalam status kesehatan. e. Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertamakali. f. Perkembangan anak atau remaja secara emosinal.

g. Keluarga denagn penyakit kronik. h. Keluarga dengan penyakit mematikan. 3. Klasifikasi intevensi

friedman (1998) memeberikan gambaran berkaitan dengan klasifikasi intervensi antara lain : a. Suplemental Intervensi yang terkait dengan rencana pemberian pelayanan secara lagsung pada keluarga sebagai sasaran. Contoh : 1. Imunisasi pada balita. 2. Imunisasi TT pada ibu hamil. 3. Perawatan luka dengan anggota keluarga DM. 4. Pembelajaran pembuatan obat tradisional untuk klien dengan hipertensi. b. Fasilitatif Intervensi ini terkait dengan rencana dalam mebantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayana medis, kesejahteraan sosial dan transportasi. c. Depelovmental Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga belajar mandiri) denagn kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga. 4. Menetapkan tujuan intervensi a. Tujuan umum Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan kearah perilaku yang menguntungkan kesehatan. Tujuan umum ini lebuh mengarah pada kemandirian klien keluarga sebagai sasaran asuhan keperawatan keluarga. Contoh : 1. Setelah dilakukan kunjungan keluarga pemenuhan nutrisi pada An. B (5 thn) dengan malnutrisi kembali optimal. 2. Setelah dilakukan kunjungan keluarga bersihan jalan nafas pada An. A (3 thn) denagn ISPA kembali normal. 3. Setelah dilakukan kunjungan keluarga pada Tn. K (55 thn) denagn hipertensi rasa nyaman terpenuhi. b. Tujuan khusus Tujuan khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing kegiatan. Contoh : Setelah dilakukan tindakan selama 1x45 menit diharapkan keluarga mampu : a. Menyebutkan arti gizi.

b. Menyebutkan arti kurang gizi. c. Menyebutkan jenis-jenis makanan yang bergizi. d. Menyebutkan penyebab malnutrisi pada anak. 5. Menetapkan intervensi a. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah. b. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga. c. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan. d. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan. e. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerusoleh keluarga. 6. Domain intervensi Ada tiga domain yang dapat kita gunakan dalam menyusun intervensi (Calgary), yaitu : a. Domain kognitif Intervensi dengan domain kognitif ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga. b. Domain afektif Intervensi ini dutujukan untuk membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi. c. Domain psikomotor Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku ynag 7. Hambatan-hambatan intervensi Menurut Bailon dan Maglaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi perawat keluarga saat melakukan intervensi keparawatan adalah : a. Kurangnya informasi yang diterima keluarga. b. Tidak meneyeluruhnya informasi yang diterima oleh keluarga. c. Informasi yang diperoleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. d. Keluarga tidak menghadapi situasi. e. Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada. f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga.

g. Kurang percaya pada tindakan yang diusulkan. D. Implementasi Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsif yang mendasari implementasi keperawatan keluarga adalah :

1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat. 2. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah. 3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan. 4. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi. E. Evaluasi 1. Sifat evaluasi Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncana perawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu : a. Tujuan tidak realistis. b. Tindakan keperawatan tidak tepat. c. Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi. 2. Kriteria dan standar Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar telah menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan denagn pelaksanaan yang sebenarnya. Contoh : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu memberikan perawatan pada Tn. K dengan hipertensi. Kriteria : keluarga membuatkan perasaan belimbing buah untuk Tn. K (domain psikomotor). Standar : keluarga membuat obat tradisional dengan mengikuti langkah-langkah yang dicontohkan perawat. Contoh 2 : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu mengambil keputusan untuk membawa anaknya berobat ISPA. Kriteria : pernyataan sikap dari keluarga tentang keputusan membawa anaknya dengan ISPA untuk berobat (domain efektif). Standar : keluarga akan segera membawa anaknya kepelayanan kesehatan setelah mengetahui manfaat berobat dan akibat lanjut jika ISPA tidak segera ditangani.

3. Evaluasi kuantitatif dan kualitatif

Dalam evaluasi kuantitatif menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan, misalnya : jumlah imunisasi, kunjungan ANC pada ibu hamil. Evaluasi

kuantitatif kelemahannya hanya mementingkan jumlah, padahal belum tentu banyaknya kegiatan yang dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang memuaskan. Evaluasi kualitatif dapat dilihat pada : a. Evaluasi struktur Berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan. Contoh : 1. Penguasaan materi bagi petugas. 2. Sumber-sumber keluarga. 3. Penyediaan media untuk keluarga. 4. Tersedianya tempat. b. Evaluasi proses Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlansung. Contoh : 1. Penyuluhan sesuai dengan strategi penyampaian. 2. Waktu pelaksanaan tepat. 3. Keluarga antusias saat penyuluhan berlansung. c. Evaluasi hasil Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan. Contoh : 1. Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian ISPA dengan menggunakan bahasa sendiri. 2. Keluarga mampu mendemontrasikan cara mengompres yang benar. 3. Keluarga mampu membuat obat tradisional berupa rebusan daun salam untuk hipertensi.

4. Metode-metode evaluasi a. Observasi langsung. b. Memriksa laporan atau dokumentasi. c. Wawancara atau angket. d. Latihan stimulasi. 5. Catatan perkembangan Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan.

Karaakteristik evaluasi denagn pedoman SOAP perawat dengan uraian sebagai berikut : a. Subjektif

m,emberikan tuntunan pada

Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan ataupun kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan. b. Objektif Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi, perkusi atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan. c. Analisa Pernyataan yang menunjukkan sejauhmana masalah perawatan dapat tertanggulangi. d. Planing Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

You might also like