You are on page 1of 8

Kuliah Hidraulika Lanjut

Permasalahan banjir di SWS Progo Opak Oyo (Propinsi DIY)

A. Penyebab Banjir
Beberapa penyebab banjir yang terjadi di SWS Progo Opak Oyo dapat diresumekan sebagai berikut ini (Sogreah, 1995: Java Flood Control Project). Tabel.1. Beberapa penyebab banjir di S. Progo, Opak dan Serang
No Sungai Overflow Backwater Effect 1. 2. 3. Progo ** Opak *** ** Serang Sogreah (1995); Keterangan : *** Permasalahan besar ; ** ** ** Gates Drainag e *** *** *** River Mout h * *** *** Bank Erosion ** ** ** *** *** Sedimentation Bottleneck

** Permasalahan sedang ;

* Permasalahan kecil

1. Pendangkalan Dasar Sungai Hampir semua sungai di SWS Progo Opak Oyo, membawa sedimen dalam jumlah yang banyak dari hulunya dan mengikis lahan di DAS nya sampai ke muara. Di daerah muara, kemiringan dasar sungai menjadi relatif datar akibat endapan pasir dan materialmaterial yang lain, sehingga kapasitas tampungan sungainya menjadi berkurang. Di beberapa sungai (seperti Kali Progo dan Kali Opak), aktifitas penambangan pasir di sungai sangat besar sehingga di beberapa tempat degradasi dasar sungai banyak di jumpai. Namun di sisi lain, permasalahan sedimentasi juga banyak terjadi, terutama pada sungai-sungai di bagian hilir. 2. Meluapnya Air Sungai /Overtopping of River Banks. Di daerah pantai/muara, meluapnya air sungai dari tanggul yang ada sering terjadi selama musim penghujan. Meluapnya aliran sungai ini mengakibatkan tergenanginya daerah-daerah yang relatif datar dan lahan-lahan pertanian di sekitarnya. Penyebab

Kuliah Hidraulika Lanjut meluapnya aliran sungai ini sangat banyak, tetapi yang paling besar kontribusinya adalah sebagai berikut ini. a. b. c. Kemiringan sungai yang relatif datar. Adanya sedimentasi/pendangkalan sungai. Bertambahnya debit sungai dan material sedimen yang terbawa akibat terjadinya perubahan kondisi di hilir Tanggul-tanggul yang telah dibangun di sebagian besar sungai-sungai tidak cukup tinggi untuk mampu menampung debit banjir yang terjadi. Selain itu kondisi tanggul yang buruk karena tidak memadainya pemeliharaan tanggul yang dilakukan. Tanggul-tanggul sungai di hulu memang dapat mengurangi banjir-banjir yang terjadi di daerah hulu, akan tetapi, di sisi lain justru dapat menyebabkan bertambah luasnya area yang terkena banjir di daerah hilir. 3. Dampak Backwater Penyempitan pada sungai bisa disebabkan oleh tertutupnya muara sungai pada awal musim hujan dan karena penyempitan pada jembatan dan bangunan-bangunan struktur lainnya. Penyempitan ini bisa menyebabkan banjir di hulu karena dampak dari backwater. Backwater juga bisa terjadi pada pertemuan antara anak sungai dan sungai utamanya. Naiknya muka air dapat menyebabkan meluapnya aliran sungai dan menggenangi lahan pertanian di sekitarnya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa akibat dari back water dapat memperpanjang besarnya jarak penyempitan di hulu. Misalkan, penutupan muara sungai dapat memperpanjang aliran di beberapa anak sungai di daerah dataran banjir. 4. Kondisi Saluran Drainase Yang Buruk Beberapa prinsip masalah yang terjadi adalah : a. b. Tidak berfungsinya pintu-pintu air sebagaimana mestinya Kapasitas tampungan yang tidak memadai dari saluran drainase dan sungaisungai. Beberapa dari sungai-sungai digunakan untuk lahan pertanian.

Kuliah Hidraulika Lanjut c. Lahan pertanian produktif selalu berada di depresion area di titik terendah dari dataran pantai (tidak jauh dari muara sungai). Lokasi ini umumnya terendam banjir selama terjadi hujan lokal dan tingginya muka air selama musim hujan. Pintu-pintu air sangat sering tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya karena tertutup oleh tanaman atau endapan pasir. Masalah ini lebih sering terjadi pada pintu-pintu air otomatis; karena operasionalnya secara otomatis maka pengamatan/pemeliharaan di lapangan jarang dilakukan.

B. Data Karakteristik Banjir rutin di DIY


Karakter banjir yang terjadi di lokasi studi akibat luapan banjir dari Sungai Progo, Opak dan Oyo, disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Data karakteristik banjir
Banjir Tahunan Kali Luas Genangan (Ha) Sawah Progo Opak Serang 1880 1670 2453 660 1 - 3 hari 0.3 - 0.75 HL + D MT + BW Pemukiman 230 Lama Genagan 1 - 2 bln Ketinggian Genagan (m) 0.5 - 1 BW OT + D 1985 3450 4 - 7 hari 12 Penyebab Tahun Banjir Besar Luas Lama Genagan Genangan (Ha) Ketinggian Genangan (m)

Sumber (Sogreah, 1995: Java Flood Control Project) Keterangan : BW : Back Water; MT : Muara Sungai Tertutup; OT HL : Overtopping : Hujan lokal D : Drainasi

Kuliah Hidraulika Lanjut

C. Analisis Hidraulika Banjir


Analisis hidraulika banjir (routing banjir) dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kapasitas alur sungai terhadap banjir dengan suatu kala ulang tertentu. Disamping itu, analisis ini juga dapat dipergunakan untuk mengetahui tinggi muka air maksimum di sepanjang sungai yang terjadi akibat adanya suatu banjir dengan kala ulang tertentu di daerah hulu dan pengaruh muka air. Dengan menggunakan hidrograf banjir yang diperoleh dari hasil analisis hidrologi, perubahan aliran yang terjadi di sepanjang sungai yang ditinjau dapat diketahui, yaitu dengan prinsip penelusuran banjir (flood routing). Analisis hidraulika disini merupakan analisis aliran tidak permanen, sehingga informasi yang diperoleh dapat berupa perubahan muka air dan debit aliran sebagai fungsi waktu dan tempat.

1. Persamaan Aliran Tak Permanen Aliran banjir yang terjadi pada sungai-sungai yang merupakan aliran tidak permanen pada prinsipnya dapat digambarkan dalam bentuk suatu persamaan matematis, yaitu persamaan St. Vanent. Persamaan St. Venant terdiri dari persamaan kontinuitas (konservasi massa) dan persamaan gerak (momentum), yang dapat dituliskan sebagai berikut: persamaan kontinuitas

Q ( A+ A ) - q =0 o + x t

persamaan momentum
2

Q h (Q /A) + Sf + Se ) - q. Vx = 0 + + gA( t x t

dimana

Q = debit aliran (m3/det) A = luas tampang lintang sungai (m2).

Kuliah Hidraulika Lanjut Ao = luas tampang dimana kecepatan aliran dapat diabaikan (off channel cross section), seperti misalnya bantaran sungai, dll). q = debit inflow atau outflow arah lateral (m/det2) t = waktu g = percepatan gravitasi (m/det2) Vx = kecepatan aliran lateral arah x (m/det) B = lebar (atas) sungai (m). Sf = Friction slope, yang didefinisikan sebagai : n2 Q Q

Sf =

2 A R3/4

dengan

n = koefisien kekasaran Manning R = jari-jari hidraulik

Dalam analisis hidraulika ini dibutuhkan data sungai yang meliputi : gambar trase alur sungai, beserta penampang memanjang dan melintang sungai, termasuk data elevasi dari dasar dan tebing-tebing sungai / bangunan tanggul yang ada, bangunan-bangunan air yang ada, termasuk lokasi dan dimensi bangunan-bangunan airnya. Koefisien kekasaran Manning, dll. 2. Software untuk Analisis Hidraulika Aliran sungai, khususnya aliran banjir, mempunyai sifat tidak permanen, sehingga analisis hidraulika dilakukan dengan menggunakan metode unsteady flow. Untuk aliran banjir di alur sungai, pendekatan aliran unsteadyflow 1D (1-Dimensi) untuk menyelesaikan permasalahan banjir relatif sudah mencukupi. Aliran tidak permanen satu dimensi dapat didekati dengan persamaan dasar aliran, yaitu persamaan kontinuitas dan persamaan momentum. Penyelesaian kedua persamaan tersebut di atas sering diselesaikan secara numerik dengan menggunakan model matematik. Sejumlah software untuk analisis hidraulika (model matematik) banyak ditemukan di pasaran, seperti misalnya software NETWORK, DUFLOW, BOSS-SMS, 5

Kuliah Hidraulika Lanjut HEC-RAS,dll. Dalam analisis Hidraulika ini digunakan software HEC-RAS versi 3.1, dengan pertimbangan bahwa sofware ini cukup baik performancenya , mudah penggunaannya dengan tampilan under Window, dan mampu mensimulai aliran banjir (aliran steady dan unsteady flow); dengan basis input data interaktif dan sederhana. Dsamping itu software ini sudah diperuntukkan untuk umum ( public domain), yang dapat di download dari internet.

3. Data Kondisi Awal dan Kondisi Batas Sebelum program di running, data kondisi awal yaitu data elevasi muka air dan debit di sepanjang sungai yang ditinjau harus diketahui. Berhubung data tersebut tidak/sulit diketahui, maka data kondisi awal ditentukan berdasarkan kondisi aliran dengan debit konstan (diperoleh dari data hidrograf yang digunakan, yaitu debit pada waktu t = 0 atau debit baseflow). Setelah program di running, pada waktu t = 0 profil muka air di sepanjang sungai (back water curve) akan diperoleh, sebagai hasil dari penyelesaian persamaan aliran tidak permanen. Untuk analisis banjir, kondisi batas hulu dapat digunakan data masukan berupa hidrograf banjir untuk masing-masing sungai, yang dapat diperoleh dari analisis hidrologi berdasarkan hujan di DPS yang bersangkutan, misal dengan kala ulang 10, 25, 50 atau 100 tahun. Kondisi batas hilir dapat berupa muka air pasang surut, muka air sungai (sungai dimana sungai-sungai yang ditinjau bermuara), muka air tetap, muka air maksiumum dll.

4. Penentuan Koefisien Kekasaran Manning Untuk mendapatkan parameter-parameter aliran (kedalaman air, debit dan kecepatan) dari analisis hidraulika, koefisien kekasaran Manning harus ditentukan terlebih dahulu. Sebenarnya koefisien kekasaran Manning (n) dapat ditentukan dengan baik berdasarkan data pengukuran lapangan melalui proses kalibrasi (diperlukan data setidaknya di 3 tempat yang berbeda yang diperoleh pada waktu bersamaan) yaitu pada titik di hulu, pertengahan dan hilir sungai, baik pada waktu muka air rendah maupun 6

Kuliah Hidraulika Lanjut muka air tinggi. Namun, bila data pengukuran lapangan yang dimaksud tidak ada, maka koefisien kekasaran Manning (n) dapat diperkirakan/ditentukan berdasarkan kondisi dan kenampakan material alur sungai. Untuk sungai-sungai alam, sebagai pendekatan, nilai koefisien kekasaran Manning sering diambil sekitar n = 0.035. Namun pada waktu banjir, nilai koefisien kekasaran Manning biasanya sedikit mengecil, yang dalam studi ini diambil sekitar n = 0.030. Perlu disampaikan di sini, bahwa secara teoritis koefisien kekasaran Manning ini akan berbeda untuk setiap elevasi muka air/kedalaman air yang berbeda, dan juga akan berbeda untuk pias sungai yang satu dengan pias sungai yang lain. Namun karena sulitnya menentukan koefisien kekasaran, yang disebabkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, maka dalam hitungan hidraulika, koefisien kekasaran ini dianggap tetap untuk sepanjang sungai dan untuk elevasi muka air yang berbeda.

5. Running Model Setelah semua data input dimasukkan, yang meliputi data skema sungai, data geometri sungai (termasuk bilamana ada bangunan-bangunan air), data kondisi batas hulu/hilir dan data kondisi awal, yang meliputi data debit dan/atau data tinggi muka air, serta data pendukung lainnya, seperti data koefisien kekasaran Manning, selanjutnya dilakukan running aliran untuk mendapatkan nilai muka air banjir di sepanjang sungai sebagai fungsi waktu. 7. Pengenalan Software untuk Analisis Hidraulika (Network dan HEC RAS) a. Gambaran Software Network Program Network merupakan pengembangan program Dwoper, yaitu program hitungan aliran unsteady (hidraulika) untuk sungai tunggal maupun sungai bercabang. Program ini cukup tenar pada tahun 80-90 an, dan masih under DOS. Input data belum interaktif, sehingga penggunaannya relatif sulit.

Kuliah Hidraulika Lanjut b. Gambaran Software HEC-RAS HEC-RAS adalah merupakan software 1-D, yang mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis aliran satu dimensi, baik untuk aliran permanen maupun tidak permanen, baik pada saluran alami maupun buatan. HEC-RAS dapat juga digunakan, baik untuk analisis aliran sub kritis, superkritis maupun gabungan keduanya. Beberapa data input yang dibutuhkan untuk HEC-RAS adalah: 1. Data Geometri a. Skema sistem sungai Penggambaran sistem sungai berdasarkan keadaan di lapangan yang meliputi arah aliran sungai dan pertemuan antar sungai. Gambar skema sungai dapat ditransfer dari peta GIS (file Arc-View) ke HEC-RAS. b. Penampang geometri Meliputi data kedudukan/stasioning suatu penampang, elevasi, daerah aliran tidak efektif sungai, halangan (obstacle) dan tanggul. c. Kondisi pertemuan sungai Yaitu titik dimana dua atau lebih sungai bergabung atau berpisah, yang terkait dengan penyelesaian persamaan dengan persamaan energi atau momentum. d. Koefisien kekasaran Manning, n e. Koefisien konstraksi dan ekspansi 2. Data Aliran a. Rezim aliran Resim aliran dapat berupa resim aliran sub kritis, superkritis atau gabungan. b. Kondisi batas Elevasi muka air / debit aliran di hulu maupun di hilir Kedalaman kritis Kedalaman Normal Rating Curve.

You might also like