You are on page 1of 5

TANGGUNG JAWAB SOSIAL ORGANISASI BISNIS (CSR)

Oleh : Nama : Ni Nyoman Triastuti NIM : 1206325009

PROGRAM PPAK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA 2013

PROSES DARI AKTIVITAS CSR Ernst and Young mengemukakan bahwa perusahaan memiliki empat tanggung jawab utama yaitu terhadap karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Keempat hal tersebut bisa menjadi dasar pertimbangan bagi perusahaan untuk menetapkan program inti dalam melaksanakan CSR secara spesifik. Terdapat sembilan program kerja yang dapat dilakukan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan CSR yaitu: 1. Employee Programs Karyawan merupakan asset berharga bagi perusahaan, sehingga tidak mengejutkan jika perusahaan sangat memperhatikan pengembangan kompetensi dan kesejahteraan karyawan. Perhatian terhadap kesejahteraan karyawan perlu diperluas bukan hanya dari sisi jaminan kesehatan dan keselamatan tetapi perlu adanya perluasan program seperti work life balance program dan decision making empowerment program. 2. Community and Broader Society Mayoritas perusahaan memiliki aktivitas dalam area ini, salah satunya adalah melalui pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (Shardlow, 1998dalam Ambadar, 2008). Implementasi pemberdayaan masyarakat melalui: a. b. proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhan. kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab. 3. Environtment Programs Program yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan misalnya dengan menghasilkan produk yang aman, tidak berbahaya bagi kesehatan, dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; dan penyaluran limbah dengan baik. 4. Reporting and Communications Programs Perusahaan mengeluarkan atau melaporkan hasil kegiatan CSRnya melalui annual CSR report sehingga terdapat bukti riil partisipasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. 5. Governance or Code of Conduct Programs Perusahaan menitikberatkan kegiatan sosial yang dilakukan berdasarkan sistem yang diatur oleh pemerintah. Hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana stakeholder, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dapat membuat regulasi atau
2

ketentuan yang disepakati bersama untuk mengefektifkan program CSR. Hal ini berarti diperlukan UU untuk mengatur CSR pada level makro seperti sasaran program CSR, standar penilaian keberhasilan program, dan koordinasi dengan pihak terkait. 6. Stakeholder Engagement Programs Upaya menciptakan effective engagement program sebagai kunci utama untuk mencapai kesuksesan strategi CSR dan sustainability strategy. 7. Supplier Programs Pembinaan hubungan yang baik atas dasar kepercayaan, komitmen, pembagian informasi antara perusahaan dengan mitra bisnisnya, misalnya melalui pengelolaan rantai pasokan atau jejaring bisnis. 8. Customer/Product Stewardship Programs Perlunya perhatian perusahaan terhadap keluhan konsumen dan jaminan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. 9. Shareholder Programs Program peningkatan share value bagi shareholder, karena shareholder merupakan prioritas bagi perusahaan. Penerapan CSR harus berada dalam koridor strategi perusahaan untuk mencapai tujuan dasar bisnis perusahaan. Pengembangan CSR memerlukan tahapan yang sistematis dan kompleks. Tahap pertama, dimulai dengan upaya melihat dan menilai kebutuhan masyarakat dengan cara mengidentifikasi masalah yang terjadi dan mencari solusi yang tepat. Tahap kedua, perlu dibuat rencana aksi beserta anggaran, jadwal, indikator evaluasi, dan sumber daya yang diperlukan bagi perusahaan. Tahap ketiga, melakukan monitoring kegiatan melalui kunjungan langsung atau melalui survey. Tahap keempat, melakukan evaluasi secara regular dan melakukan pelaporan untuk dijadikan panduan strategi dan pengembangan program selanjutnya. Evaluasi dilakukan pula dengan membandingkan hasil evaluasi dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan. ISU EKOLOGI DAN LINGKUNGAN GLOBAL Salah satu tema/masalah pokok dalam dimensi ini dalah perubahan iklim. Selama 50 tahun terakhir telah dapat dibuktikan bahwa pemanasan global yang seakrang ini kita rasakan yang terjadi terutama karena ulah manusia sendiri. Emisi dari gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan N2O dari kativitas manusia adalah penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di atmosfer naik 30% selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah emisi CO2 ini terutama disebabkan karena pembakaran sumber energi dari bahan fosil (antara lain minyak bumi).
3

Selain itu perubahan dalam penggunaan sumber alam lainnya juga memberikan konstribusi pada kenaikan jumlah CO2 di atmosfer: 15% oleh penggundulan dan pembakaran hutan dan lahan untuk diubah fungsinya, misalnya dari hutan lindung menjadi hutan produksi. Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan tanah. Ini dapat diakibatkan oleh erosi akibat air dan angin, penggaraman dan pengasaman, dll. Penyebab hilangnya kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan humus dan mikro organisme, zat makanan pada tanah, kemampuan tanah menguraikan sampah/limbah. Tanah yang tandus adalah akibat degradasi tanah sumber tanah seperti yang sudah lama pada beberapa daerah tandus di Indonesia. Diseluruh dunia, 15% mengalami degradasi. Selain itu diakibatkan erosi oleh air dan angin, degradasi tanah ini juga disebabkan oleh penggunaan zat-zat kimia (pestisida). Memisahkan atau memperlakukan ekologi dengan ekonomi politik lingkungan hidup internasional sebagai bidang yang berbeda merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan pada masa sekarang. Kajian-kajian ekonomi politik hal tersebut harus memperhatikan faktor-faktor ekologi dikarenakan bumi kita cuma ada satu meskipun didalamnya telah terbagi dalama lima benua dan ratusan negara. Sehingga perlu adanya instrumen hukum internasional maupun nasional untuk melindungi dan menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman perubahan iklim dan pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan umat manusia. Masalah lingkungan hidup yang diciptakan oleh kemakmuran serta sebaliknya oleh kemiskinan memicu pada meningkatnya perhatian serta kebutuhan untuk membangun mekanisme baru dalam mengimplementasikan peralihan ke arah pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Ciri-ciri dari isu lingkungan hidup yang baru adalah: isu atau masalah yang dihadapi bernuasa global, setiap pelosok dunia merasakan dampaknya, upaya penanggulangan masalah perlu ditangani bersama dan tidak bisa sendirisendiri secara sporadis. Perlunya konsep pembangunan berkelanjutan untuk menjadi tekad, kesepakatan, dan kepedulian global (global concern). Kesadaran atas konsep ini hendaknya menjadi kepentingan setiap negara, baik karena tingkat interdepensi tinggi yang hadir pada setiap bagian dari ekonomi global maupun karena hal itu menimbulakan persoalan penting menyangkut pelestarian sumber daya lingkungan hidup, tetapi merupakan institusi utama yang menangani bekerjanya ekonomi dunia, contohnya World Bank serta IMF. Dengan begitu maka kecenderungan dapat dilihat menunjukkan bahwa institusiinstitusi tersebut memasukkan topic kepedulian terhadap lingkungan ke dalam ruang lingkup perencanaan ekonomi serta pembuatan keputusan dengan tidak memisahkan dari
4

keterkaitanya dengan persoalan pokok di bidang ekonomi. Dengan begitu isu lingkungan hidup tidak lagi diperlakukan sebagai ruang lingkup pinggiran. Sejak berlangsunya konferensi lingkungan hidup sedunia di stockhlom, swedia tahun 1972, masalah lingkungan hidup ini telah mendapatkan perhatian yang cukup besar. Berlanjut dengan konferensi yang sama di Rio de Janeiro, Brasil tahun 1992 yang disebut KTT Bumi (earth summit), pertemuan sedunia di Tokyo tahun 1996 yang membahas tentang Global Warming. kemudian KTT Bumi ke-2 di johanesburg, afrika selatan pada tahun 2002. Singkatnya dewasa ini isu tentang lingkungan telah ditanggapi secara serius. Isu lingkungan hidup yang terjadi saat ini yaitu : 1. Makin meluasnya kerusakan hutan dan lahan kritis; 2. Degradasi lingkungan hidup di wilayah pesisir dan laut yang semakin meningkat, seperti pencemaran perairan laut akibat limbah industri dan rumah tangga, abrasi pantai, serta rusaknya ekosistem mangrove dan terumbu karang; 3. Turunnya kualitas air sungai akibat buangan industri, domestik dan rusaknya kawasan hulu serta sempadan sungai; 4. Makin meningkatnya bencana alam akibat kerusakan lingkungan dan dampak dari perubahan iklim, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan lain-lain; 5. Belum optimalnya koordinasi dan sinergitas antar pemangku kepentingan dalam perindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

You might also like