You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS

MOLA HIDATIDOSA
OLEH : NURHADIA NINGSIH 05.06.0013

PEMBIMBING : Dr. EDI PRASETIO WIBOWO, Sp.OG

Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Di Lab/SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar RSUP NTB 2010 -2011

BAB I PENDAHULUAN Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif (mola destruent) dan placental site trophoblastic tumors. Pada mola kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Insidensi penyakit trofobalstik dilaporkan sangat bervariasi di daerah yang berbeda di dunia. Sebagai contoh, insidensi kehamilan mola hidatidosa di Jepang (2 dari 1000 kehamilan) telah dilaporkan tiga kali lebih tinggi dari insidensi di Eropa dan Amerika Utara (0.6-1.1 per 1000 kehamilan). Variasi tingkat insidensi kehamilan mola hidatidosa di dunia dapat diperoleh sebagai bagian yang berbeda diantara data populasi dan data rumah sakit. Di Irlandia, insidensi mola hidatidosa komplit dan parsial adalah 1 per 1945 kehamilan dan 1 per 695 kehamilan secara berurutan berdasarkan studi patologi dari semua hasil konsepsi pada masa trimester pertama dan kedua. Insiden mola hodatidosa lebih banyak ditemukan di negara Asia dan Mexico dibandingkan Negara Barat. Angka mola di Indonesia berkisar antara 1:5 sampai 1:141 kehamilan. Penelitian yang dilakukan di Malang menemukan angka untuk mola sebesar 1:405 persalinan.. Mola parsialis jarang ditemukan, menurut Khoo (1966) insidennya berkisar antara 1:10.000-1:100.0000 kehamilan. Mola hidatidosa biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 Tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah. Mola hidatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplit mola hidatidosa dan parsial mola hidatidosa. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus. 90 % biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat tropoblastik hiperplasia. Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan, kadangkadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalan jumlah yang lebih besar dari kehamilan biasa. Dari mola yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblast yang sifatnya ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang berproliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifatnya local, dan dinamakan mola destruens (invasive mola, penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Selain itu terdapat pula tumor trofoblast yang hanya terdiri atas sel-sel trofoblast tanpa stroma yang umumnya tidak hanya berinvasi di otot uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain.(koriokarsinoma, penyakit trofoblast ganas non villosum).

2. Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan antara lain(abdullah,cuningham) : 1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. 2. Imunoselektif dari Tropoblast 3. keadaan sosioekonomi yang rendah 4. paritas tinggix 5. kekurangan protein 6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

3. Faktor Resiko Studi case control memberikan identifikasi resiko faktor tentang kehamilan mola komplit maupun parsial. Insiden tinggi kehamilan mola pada beberapa populasi dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan social ekonomi. Studi case control di kedua Negara Italia dan Amerika menyatakan bahwa intake diet rendah karoten dan lemak hewani mungkin berkaitan dengan meningkatnya resiko mola komplit. Defisiensi Vitamin A menyebabkan abnormallitas spermatogenesis pada resus monyet jantan dan aborsi spontan pada resus monyet betina. Daerah dengan insiden kehamilan mola tinggi berhubungan dengan area geografi yang tinggi frekuensi defisiensi vitamin A-nya. Penelitian yang dilakukan oleh Acosta Sison yaitu penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita yang mengalami defisiensi protein pada sosioekonomi yang rendah. Usia maternal di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun selalu dijadikan faktor resiko untuk mola komplit. Parazzini et al. Melaporkan bahwa, dibandingkan dengan wanita muda, resiko mola komplit 2 kali lebih tinggi pada wanita yang usianya lebih dari 35 tahun dan 7,5 kali lebih tinggi pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun. Ovarium wanita yang lebih tua lebih memungkinkan terjadinya fertilisasi abnormal. Resiko komplit dan parsial mola meningkat pada wanita dengan riwayat aborsi spontan. Setelah aborsi spontan, resiko komplit dan parsial molanya lebih tinggi 2 atau 3 kali lebih tinggi secara berurutan dari pada yang tidak memiliki riwayat aborsi spontan.

Karakteristik epidemiologi tertentu dari komplit dan pada parsial mola kelihatan berbeda. Sebagai contoh, parazzini et al. melakukan observasi bahwa tidak ada hubungan diantara umur maternal dan resiko parsial mola. Lebih jauh, resiko parsial mola dilaporkan berhubungan dengan periode menstruasi yang tidak teratur dan penggunaan kontrasepsi oral lebih dari 4 tahun tidak berkaitan dengan faktor makanan. Kemudian faktor resiko dari parsial mola tampak berkaitan dengan riwayat reproduksi dari pada faktor makanan.

4. Patofisiologi Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

5.

Klasifikasi

Mola hidatidosa terbagi menjadi: 1. Mola Hidatidosa Sempurna Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh: a. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus

b. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak c. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi d. Tidak adanya janin dan amnion.

Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu : I) sempurna androgenetic: a. Homozygous Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan

b. Heterozygous Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.

II) Mola sempurna biparental: Genotip ayah dan ibu terlihat namun gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah

ditemukan. Al-Hussaini menjelaskan seri 5 wanita dengan 9 kehamilan mola berturut-turut. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13. 2. Mola Hidatidosa Parsial. Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang

berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien

dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.

6. Gejala dan Tanda a. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan. d. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballottement e. Hiperemesis,Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat. f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24 g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti h. Tirotoksikosis

7. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik yakni:

1. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus. 2. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG. 3. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit yang hangat. Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga pemeriksaan

darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG. Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

I. Klinis a. Berdasarkan anamnesis: ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti busa. b. Pemeriksaan fisik. Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola (mola face). Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Pemeriksaan dalam : Memastikan besarnya uterus, Uterus terasa lembek, Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik. a. Mola sempurna 1) Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan. 2) Preeklampsia: Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai oleh adanya hipertensi (tekanan darah [BP] >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/d), dan edema dengan hyperreflexia, Kejang jarang terjadi. 3) Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola

b. Mola Parsial 1) Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG. 2) Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus 3) Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi. c. Mola Kembar. 1) Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga pernah dilaporkan.

2) Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan. 3) Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, thyrotoxikosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar. 4) Diagnosis genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

II. Laboratorium Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa

III. Radiologik Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin

USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

IV. Uji Sonde (cara Acosta-sison) Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.

V. Histopatologik Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi

8. Diagnosa Banding - Kehamilan ganda - Abortus iminens - Hidroamnion

- Kario Karsinoma

9. Komplikasi - Perdarahan hebat - Keganasan (PTG) - Perdarahan yang hebat sampai syok - Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia - Infeksi sekunder - Perforasi karena tindakan atau keganasan

10. Pencegahan Walaupun seorang wanita yang hamil memiliki resiko dari berbagai perkembangan pada kondisi yang tidak biasa, resiko tampak lebih tinggi pada wanita hamil yang umurnya lebih muda dari 20 tahun dan lebih tua dari 40 tahun. Jalan yang terbaik untuk mencegah komplikasi dari mola atau

koriokarsinoma adalah melakukan prenatal care secara rutin dengan orang yang melakukan health care yang professional dan qualified, sehingga masalah mungkin dapat teridentifikasi secara dini.

11. Penatalaksanaan Hasil tes diagnostic akan membantu untuk menentukan rencana terapi. Hal tersebut hamper seluruhnya melibatkan tindakan operasi untuk mengeluarkan tumor. Tipe yang lebih agresif dari kehamilan molamungkin memperoleh kemoterapi dan terapi radiasi. 85 % dari mola hydatidiform dapat dirawat tanpa kemoterapi. Pengobatan tersebut meliputi :
1.

Suction dilation and curettage (D and C) ini merupakan prosedur operasi untuk menghilangkan mola hidatidiform yang bukan termasuk kanker. Hal tersebut dilakukan dengan mendilatasikan servix dan disisipkan sacraped (curetase) dengan menggunakan penyedot (suction) pembersih dan spoonlike instrument.

2.

Pembuangan Uterus (hysterectomy) ini jarang digunakan untuk perwatan molahidatidosa namun bisa juga menjadi pilihan, khususnya bagi wanita yang sudah tidak mau hamil lagi. Kemoterapi Dengan Obat Tunggal pengobatan dengan menggunakan efek toksik dari obat terhadap jaringan mola digunakan pada tumor kehamilan mola yang memiliki gambaran dengan prognosis baik. Chemotherapi dengan multiple drugs pengobatan dengan menggunakan berbagai obat-obatan digunakan untuk mengobati tumor invasive yang memiliki prognosa jelek. Radioterapi menggunakan sinar X dengan kekuatan tinggi untuk menghancurkan sel tumor pada kasus dimana tumor telah bermetastase ke otak.

3.

4.

5.

Pengawasan Lanjutan a. b. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun : Setiap minggu pada Triwulan pertama. Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya. Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

c. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan : Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan Pemeriksaan dalam : Keadaan Serviks, Uterus bertambah kecil atau tidak Laboratorium Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil negatif 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya 1x3 bulan selama tahun berikutnya Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

12. Prognosis Dengan pengobatan yang sesuai, semua mola hidatidosa dapat

disembuhkan, dan hamper semua kasus dari tumor mola ganas dapat di sembuhkan. Dan juga tumor dengan prognosis jelek 80-90% bisa di sembuhkan dengan kombinasi operasi dan jika diperlukan kemoterapi. Sangat penting bagi wanita dengan kehamilan mola untuk di evaluasi secara periodic setelah dilakukan pengobatan. Wanita disarankan untuk tidak hamil untuk beberapa waktu supaya kita yakin kadar HCG tetap pada kadar 0, jika sudah tetap maka tidak perlu dilakukan pengobatan lagi. Terdapat resiko untuk terulangnya kehamilan mola setelah pengobatan. Sangat mungkin bagi wanita untuk hamil nomal setelah mendapatkan pengobatan untuk kehamilan mola.(4)

BAB II Laporan Kasus Ginekologi


I. Identitas Passien Nama Jenis kelamin Umur Alamat Agama Suku Pendidikan Status Berat badan Tinggi badan Masuk RS Anamnesis : Ny A : Perempuan : 35 tahun : Lombok Utara : Islam : sasak : SLTA : menikah 1 kali : 62 kg : 156 cm : 15/12/2010 : 16/12/2010

II. Riwayat Penyakit sekarang

Keluhan utama : keluar darah dari jalan lahir Keluhan Penyakit Sekarang : Os rujukan Puskesmas Gangga dengan riwayat keluar darah dari jalan lahir. Os mengeluh hamil sekitar 3 bulan, mengeluh keluar darah dari jalan lahir awalnya keluar darah berupa flek-flek pada celana dalam os kemudian kemarin (14/12/2010) keluar darah yang merembes seperti haid yang banyak. Os juga mengeluh mual dan muntah yang terjadi berlebihan sejak sekitar satu minggu yang lalu, muntah yang terjadi >5 x tiap hari, isi cairan kadang bercampur makanan. Cairan muntahan yang keluar kadang berwarna kekuningan, volume muntahan tak seberapa. Nyeri ulu hati (+). Os mengeluh mual yang terjadi hampir sepanjang hari dengan nafsu makan yang sangat berkurang, keluhan mutual ini sangat mengganggu aktifitas os. Pada hamil sebelumnya os tidak

pernah mengalami keluhan mual/ muntah yang berlebihan seperti ini. Os tidak memperhatikan apakah besarnya ukuran perut sesuai dengan usia kehamilannya Os belum merasakan gerakan janin.

Status ginekologi siklus haid dirasakan normal 6-7 hari tiap bulan, volume normal menikah selama 7 tahun dengan suami pertama riwayat flour albus (-) dismenore (-)

Riwayat kontrasepsi: Os menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulan

Riwayat obstetri : 1. Laki-laki, 3000 gr, Spontan, Bidan, 6 tahun 2. Perempuan, 3500 gr, Spontan, Bidan, 3 tahun 3. Ini adalah kehamilan ke-3 HPHT : 19/09/2010

Riwayat Penyakit Dahulu: Os tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya Tekanan darah tinggi (-) Riwayat nyeri ulu hati berkepanjangan (-) Riwayat USG (-) Kencing manis (-) Penyakit jantung (-) Asma (-) Riwayat keguguran (-) Riwayat penyakit keganasan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat penyakit serupa dikeluarga (-) Riwayat penyakit keganasan (-)

III. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : baik T : 120/90 mmHg N : 90 kali/ menit RR : 20 kali/ menit t : 36,5 C Mata : anemis (-), icterus (-) Leher : pembesaran KGB (-) Thorax: Pulmo : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Cor : s1/s2 tunggal, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen : Inspeksi : kesan benjolan suprasimfisis Auskultasi : bising usus normal Extremitas : akral hangat, oedema (-) Pemeriksaan obstetri TFU : sepusat DJJ : (-) Balotemen (-) Pemeriksaan ginekologi VT : porsio licin, kesan massa (-), nyeri goyang posrio (-), perdarahan (-) CU : kesan normal AP : kesan normal

Hasil pemeriksaan laboratorium: 15/12/2010 Hb Leukosit Trombosit Hematocrit HBSAg BT CT : 9.72 gr% : 8.900 mm3/L :273.000 : 33,6 gr% : (-) : 230 : 520

Hasil USG : Tampak gambaran badai salju Kesan : Mola hidatidosa

Assesment: Mola hidatidosa

Planning : Rencana operasi 17/12/2010 Konsul anesteshi puasa Usul : Konsul penyakit dalam

Temuan intraoperasi (17/12/2010) Jenis operasi : Evakuasi mola hidatidosa (sunction curettage) Uterus: masa kistik berisi cairan, ukuran beragam, terpisah pisah, janin (-), perdarahan sekitar 200 cc

Terapi Post Kuret Ampicillin 1 gr/ 8 jam Asam mefenamat tab 3x500 mg

Catatan Perkembangan Pasien 17/12/2010 Keadaan umum : baik T : 100/70mmHg N : 88 kali/ menit RR : 20 kali/ menit t : 36,5 C

Assesment : Post evakuasi

Planning : Observasi kesra ibu Observasi pendarahan Amoxicillin tab 3x 500 mg Asam mefenamat tab 3x500 mg

18/12/2010 Keadaan umum : baik T : 110/70mmHg N : 84 kali/ menit RR : 20 kali/ menit t : 36,5 C

Assesment : Post evakuasi hari 1

Planning : BPL KIE : 1 minggu kujungan ulang di poli

BAB III PEMBAHASAN

Keluhan utama pasien adalah keluar darah dari jalan lahir. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.

Os juga mrngeluh mual muntah yang terjadi selama kehamilan umumnya lumrah karena pengaruh hormonal, namun jika mual muntah tersebut mengganggu aktifitas pasien maka hal tersebut perlu dicurigai sebagai penyakit lain. Keluhan mual muntah mempunyai diferensial diagnosis hiperemesis gravidarum, dispepsia, dan mola hidatidosa. Untuk menyingkirkan diferensial diagnosis dispepsia perlu ditanyakan apakah keluhan serupa pernah dialami diluar kehamilan. Jika keluhannya bersifat kronis diluar kehamilan maka diagnosis dispepsia mungkin masih dapat dipertahankan, namun jika tidak, maka diagnosis banding dispepsia sebaiknya disingkirkan apalagi os mengaku hamil 2 bulan. Keadaan hamil ini akan menguatkan bahwa keluhan mual muntah disebabkan pengaruh hormonal kehamilan. Frekuensi mual muntah yang terjadi > 5x/ hari masih belum dapat membedakan diagnosis mola hidatidosa atau hiperemesis gravidarum walaupun perdefinisi hiperemesis gravidarum frekuensi mual muntah harus > 10 x/hari dan mengganggu aktifitas os. Os juga tidak dapat membedakan apakah besarnya perut os lebih besar disesuaikan dengan umur kehamilannya, pada saat ini juga gerakan janin belum dapat dirasakan oleh ibu. Untuk dapat menentukan apakah penyebab mual muntah os dan juga untuk mengetahui keadaan janin akibat pengaruh mual muntah os maka perlu dilakukan USG. Jika hasil USG didapatkan keadaan janin dalam keadaan baik-baik saja dengan FHB (+) maka kemungkinan diagnosis hiperemesis gravidarum dapat ditegakkan, namun jika ditemukan gambaran badai salju diagnosis mola hidatidosa dapat ditegakkan.

Penemuan intraoperasi didapatkan dalam uterus masa kistik dengan isi cairan, janin (-), dengan perdarahan sekitar 200 cc. Berdasarkan anamnesis , pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan temuan intraoperasi maka dapat dipastikan diagnosis pasien diatas adalah mola hidatidosa komplit.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Wiknjosastro dkk., 1999. Ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta

2. 3. 4. 5. 6.

Mansjoer dkk., 2008. Kapita selekta kedokteran. EGC. Jakarta Mochtar dkk., 1998. Synopsis obstetric jilid 1. EGC. Jakarta Hanifa dkk., 2007. Ilmu Kebidanan. EGC. Jakarta Cunningham dkk., 2006. William obstetric. EGC. Jakarta SPM POGI, 2006. Mola Hidatidosa dan Penyakit Trofoblas Ganas. Perkumpulan obstetric dan ginekologi jakrata

7.

Purwadainto,

1984.

Test

kehamilan

masa

kini.

Di

dapat

dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_033_masalah_anestesi.pdf (diakses 5 Desember 2009) 8. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mola. Download at 15 september 2009 available from: www.e-medicine.com

You might also like