You are on page 1of 5

BOGOR, Kompas.

com - Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat (Kelima) DKI Jakarta mengemukakan, jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang di Indonesia pada 2012 ini sekitar 5 juta orang. "Jumlah pengguna narkotika dan obat-obat terlarang akan semakin bertambah bila kita tidak melakukan upaya pencegahan sejak dini. Hingga 2012 ini tercatat jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang mencapai 5 juta orang," kata Kepala Bidang Medis Kelima, Bambang Eka Purnama Alam, dalam sosialisasi Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/4/12). Bambang menjelaskan, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan masyarakat menyebabkan maraknya peredaran narkotika di Indonesia. Selama ini banyak masyarakat atau korban narkoba belum memahami betul peredaran narkoba, dampak dan pengaruhnya. Masyarakat juga tidak mengetahui apa perbedaan, pemakai, pencandu, pengendar dan pemasok narkoba. "Banyak masyarakat yang terjerat dengan barang haram tersebut hingga ada yang awalnya menjadi pemakai, pengedar, sampai menjadi pemasok," katanya. Mereka yang menjadi korban penggunaan narkoba tersebut akhirnya harus menjalani rehabilitasi. Sementara mereka yang menjadi pengedar dan penjual akan berhadapan dengan hukum yang tidak berkompromi untuk kejahatan internasional tersebut. Bambang menyebutkan, pihaknya menyelenggarakan sosialisasi tersebut bertujuan untuk melatih para kader muda dari wilayah Jakarta dalam penguatan jejaringan bagi pemulihan adiksi yakni orang dengan kecanduan narkoba. "Sosialisasi ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan advoksasi pidana narkotika," katanya. Sosialisasi itu diikuti sekitar 100 orang peserta. Mereka terdiri dari remaja, baik mantan pencandu maupun pengedar, yang telah dibina oleh Yayasan Kelima. Menurut Bambang, dengan sosialisasi tersebut diharapkan ke depan masyarakat memiliki kesempatan yang luas untuk berperan dalam membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba di Indonesia. PORTALKRIMINAL.COM - DENPASAR: Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat angka terendah penyalahgunaan narkoba di Tanah Air saat ini mencapai 3,8 juta penduduk. "Angka itu berdasarkan data statistik dengan terendah sebanyak 3,8 juta sampai paling tinggi 4 juta penduduk," kata Deputi Pencegahan BNN Yappi Manafe, di Denpasar, Jumat (29/3). Ia menjelaskan, dari angka tersebut, porsi terbesar ada di tempat kerja termasuk pekerja seni sedangkan sisanya di kalangan pelajar. Jika diteliti lebih mendalam pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan kelompok pemakai lanjutan dari kalangan pelajar. Untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba BNN berupaya menyampaikan informasi tentang bahaya narkoba yang dikemas dalam bentuk pementasan seni berupa pertunjukan bondres dan wayang joblar yang rencananya digelar di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar, Sabtu (30/3). Kesenian tradisional tersebut menjadi salah satu "jurus andalan" bagi BNN dalam menyampaikan pesan moral dan mendidik masyarakat di lapisan paling bawah. Ia berpendapat program bebas narkoba 2015 itu bukan berarti tidak ada lagi pengguna barang haram tersebut namun keberhasilannya berdasarkan tiga indikator. Pertama, 3,8 juta pengguna narkoba tersebut direhabilitasi supaya pulih, kemudian sisanya yang belum terkena pengaruh ditingkatkan kesadarannya. "Hal yang terakhir adalah pemberantasan sindikat narkoba. Kami ingin membuat miskin para bandar tersebut," ujarnya menandaskan. (li/ant)

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Dedy TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiap tahun jumlah pengguna narkoba bertambah. Keadaan inilah yang dimanfaatkan sindikat narkoba Internasional untuk memasok barang laknat tersebut ke Indonesia. "Bahwa mereka (sindikat Internasional) tahu kebutuhan pengguna narkoba di Indonesia karena tiap tajhun bertambah jumlahnya," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Nasional Anti Narkotika, Henry Yosodiningrat, dihubungi Selasa (12/3/2013) sore. Ketika ditanya berapa persentase bertambahnya jumlah pengguna narkoba di Indonesia tiap tahun, Henry mengatakan tidak tahu pasti. "Tapi itu pasti bertambah jumlah pemakainya," ucap pria yang juga berprofesi sebagai advokat ini. Senin (11/3/2013) kemarin, polisi Direktorat IV Narkoba Mabes Polri menggerebek sebuah rumah di kawasan, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dari lokasi, polisi menyita 350 ribu butir ekstasi yang disimpan di dalam dua kontainer. Dalam penggerebekan itu, aparat penegak hukum menangkap tujuh orang pelaku termasuk pimpinan kelompok berinsial RJ.Belum diketahui untuk dibawa kemana dan diedarkan di mana barang haram ini. Petugas masih melakukan pemeriksaan pada para pelaku.

Sejak 2008, angka pengguna narkoba terus meningkat

Berdasarkan temuan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2010, angka pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4 juta orang. Dari temuan tersebut, sejak tahun 2008, pengguna narkotika terus mengalami peningkatan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional Anang Iskandar dalam sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait Narkotika DKI Jakarta yang didakan di Twin Plaza Hotel, Jl. S. Parman Kav. 93-94, Jakbar. "Dari tahun 2008, grafik mengalami kenaikan, terus ke atas," kata Anang usai menjadi pembicara, Senin (25/3). Anang menjelaskan, jika peredaran narkotika tidak ditekan, pengguna di Indonesia akan terus bertambah. Diperkirakan, pada tahun 2015, angka pengguna narkoba akan berjumlah 5 juta orang. Anang juga berharap, dengan adanya UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, pada Pasal 54 yang mewajibkan pecandu narkotika untuk menjalani rehab medis dan rehab sosial, dan Pasal 55 yang mewajibkan pecandu narkotika untuk lapor pada IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) yang telah ditunjuk pemerintah, pengguna narkoba tidak takut untuk melapor. Dengan ada UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, mereka bisa dilindungi, para pegguna tidak akan dipindana mudah-mudahan bisa membantu para pengguna yang selama ini takut untuk melapor mau berhenti tidak bebas, akibatnya, empat juta orang ini terus mengkonsumsi narkoba. Wow.. 2015, Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 5,1 Juta

BNN memperkirakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia akan terus meningkat. Inggar Saputra, Berita99 4 April 2013 jam 05:48

Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional Yappi Manate (berjaket hitam) (Unas.ac.id) JAKARTA Badan Narkotika Nasional memperkirakan jumlah pengguna narkoba di Indonesia akan terus meningkat. Tahun 2015, diprediksi angka prevalensi pengguna narkoba mencapai 5,1 juta orang. Untuk itu bahaya ini harus dicegah dengan mengubah paradigma. Sudah saatnya pendekatan hukum perlu diimbangi pendekatan rehabilitasi. Jika itu mampu dilakukan, mimpi Indonesia negeri bebas narkoba dapat tercapai, jelas Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional Yappi Manate kepada berita99 dalam diskusi anak dan narkoba di Jakarta, Rabu (3/4) Yappi menegaskan, kondisi peredaran narkoba sudah mencapai tahap mengkhawatirkan. Saat ini, sebanyak 251 jenis narkoba baru sudah berkembang pada hampir 70 negara. Angka kematian akibat penyalahgunaan narkoba diperkirakan mencapai 104.000 orang yang berumur 15 tahun dan 263.000 orang yang berumur 64 tahun. Mereka meninggal akibat mengalami overdosis. Ini disebabkan adanya salah kaprah mengenai gaya hidup masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja, tambahnya. Berdasarkan catatan Badan Narkotika Nasional, jumlah tersangka kasus narkoba terus meningkat khususnya yang melanda pelajar sekolah dasar. Tahun 2007, pengguna narkoba pada kalangan pelajar SD mencapai 4.138. Jumlah ini meningkat pada 2011 mencapai 5.087 pelajar SD. Sedangkan jumlah tersangka kasus narkoba terbanyak dialami kalangan yang berumur 30 tahun ke atas. Data penelitian BNN selama lima tahun terakhir, sebanyak 52,2 % manusia Indonesia berumur 30 tahun terjerat kasus narkoba, pungkasnya

Belasan Jenis Baru Narkotika Ditemukan di Indonesia Selasa, 2 April 2013 20:27 WIB

Jakarta, (tvOne) Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Anang Iskandar mengatakan saat ini ada 14 dari 251 jenis narkotika baru ditemukan di Indonesia. "Ada 251 jenis narkoba baru yang ditemukan di dunia dalam beberapa waktu terakhir dan 14 diantaranya ada di Indonesia," kata dia di Batam, Selasa (2/4). Ia mengatakan, jenis baru narkotika ini diperoleh dari laporan dan kemudian diteruskan ke laboratorium BNN. Narkoba jenis baru ini sangat mudah ditemukan. "Saat ini jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah menyentuh empat juta orang. Memang peredaraan narkoba sudah berkembang pesat di seluruh dunia tidak hanya di Indonesia, namun kami tetap yakin pada 2015 Indonesia bisa bebas narkoba," kata dia. Anang mengatakan, untuk narkoba yang berasal dari luar negeri sebagian masuk melalui Kota Batam dan wilayah lain di Provinsi Kepulauan Riau. "Pada umumnya Narkotika dari Malaysia untuk masuk ke Indonesia melalui Batam sebagai kota transit. Dari Batam baru dikirim ke kota lain seperti Jakarta dan Surabaya," kata dia. BNN, kata dia, akan memberikan perhatian khusus bagi Batam untuk memutus masuknya narkoba ke Indonesia melalui kota yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia tersebut. "Kami akan memberikan perhatian khusus untuk mengurangi narkoba masuk ke Indonesia melalui Batam. Kami juga akan membangun pusat rehabilitasi di Batam," kata dia. Pusat rehabilitasi pengguna Narkotika yang akan dibangun di Batam pada tahun ini, kata dia, merupakan nomor dua terbesar setelah pusat rehabilitasi Lido di Sukabumi. "Di sini merupakan pusat rehabilitas ke empat yang dibangun. Dengan anggaran pembangunan sebesar Rp50 Miliar," kata Anang. BNN, kata dia, juga mengimbau seluruh wali kota/bupati di Indonesia untuk serius menangani penyalagunaan narkoba dan membentuk pusat rehabilitasi. (Ant) Sabtu, 16 Maret 2013 Surga Para Pecandu Tak dapat dimungkiri, peredaran gelap narkoba (narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya) begitu marak di Indonesia. Berbagai kasus penyalahgunaan narkoba atau napza telah berhasil diungkap. Bahkan pada 11 Maret

2013 kemarin, petugas kembali berhasil mengungkap penyeludupan ekstasi sebanyak 400 butir senilai Rp 70 miliar yang dikirim dari Belanda. Dari tahun ke tahun pengungkapan peredaran gelap narkoba yang dilakukan kepolisian maupun Badan Narkotika Nasional (BNN) cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNN, sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, tercatat 139.199 kasus yang ditangani oleh pihak kepolisian melalui Direktorat Tindak Pidana Narkoba. Data ini belum termasuk kasus yang diungkap oleh BNN sendiri, di mana pada tahun 2009 hingga 2011 berhasil mengungkap 152 kasus narkoba. Berdasarkan hasil survei BNN bekerja sama dengan UI dan universitas lain, terjadi peningkatan persentase prevelensi pengguna narkoba di Indonesia. Tingkat prevelensi narkoba (perbandingan antara pengguna/pengedar dengan jumlah penduduk) di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 1,99 persen, kemudian meningkat menjadi 2,2 persen pada tahun 2011, dan diperkirakan hingga tahun 2015 akan naik menjadi 2,8 persen atau sekitar 5,1-6 juta jiwa. Prediksi ini cukup beralasan mengingat pada tahun 2011 saja jumlah pengguna narkoba di Indonesia telah mencapai 3,8 juta orang dan meningkat menjadi 4,32 juta pada tahun 2012. Maraknya peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia jelas sangat memprihatinkan. Apalagi yang menjadi korbannya berbagai lapisan masyarakat kita. Saking maraknya peredaran narkoba di Tanah Air, Indonesia bahkan disebut-sebut sebagai surga bagi peredaran narkoba. Bahkan pengedar dunia menjadikan kawasan Indonesia sebagai potensial pemasaran barang haramnya. Ini dapat dilihat banyaknya terungkap narkoba yang berusaha dimasukkan ke Nusantara ini. Baik melewati udara, laut, maupun darat. Itu hanya mungkin hanya sebagian kecil saja yang terungkap, karena diyakini masih banyak berbagai jenis barang haram tersebut yang berhasil lolos. Begitu berbahayanya narkoba, sehingga persoalan ini mesti menjadi perhatian serius pemerintah. Pasalnya narkoba membawa banyak dampak buruk bagi yang mengonsumsinya. Bukankah sudah banyak anak negeri ini yang nyawanya hilang sia-sia akibat narkoba? Belum lagi narkoba juga dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama untuk penggunaan narkoba yang menggunakan jarum suntik. Perang terhadap narkoba, memang pemerintah sudah membentuk lembaga khusus untuk membantu kepolisian guna menangani narkoba di Tanah Air, yaitu BNN. Tidak hanya di pusat, bahkan badan ini ada di setiap provinsi, kabupaten, hingga kecamatan. Bahkan tidak seperti kasus pidana lainnya, kasus narkoba menggunakan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Namun itu dirasakan belum cukup, karena banyak kalangan yang menilai hukuman bagi pelaku narkoba masih tergolong ringan. Akibatnya Indonesia dijadikan ladang subur untuk bermain narkoba. Bahkan sudah dipenjara pun mereka masih bisa bermain narkoba. Narkoba tidak hanya mengancam kalangan tua, tapi juga anak-anak muda. Sebab anak-anak mudalah yang menjadi sasaran empuk para bandar. Selain jiwa mereka yang masih labil, anak-anak muda mudah dipengaruhi. Padahal mereka ini adalah penerus bangsa yang harus diselamatkan dari pengaruh buruk narkoba. Perang terhadap narkoba harus ada kesadaran dari semua elemen masyarakat. Mulai dari diri sendiri dan peran orang tua di keluarga. Sehingga orang tua pun harus tahu dan mengerti mengenai narkoba. Bagaimana gejala pengguna dan pecandu narkoba. Perlunya orang tua memiliki pengetahuan akan narkoba, agar dapat memerhatikan tingkah laku atau gejala anaknya apakah sebagai pengguna atau bukan. Selain pengawasan, pendidikan agama terhadap anak mutlak dilakukan. Karena dengan agamalah seseorang dapat membentengi dirinya dari hal-hal yang negatif. (Arman Hairiadi)

You might also like