You are on page 1of 4

BERILAH DIRIMU DITUNTUN ROH KUDUS (Kisah Rasul 2:1-12 & Filipi 4:2-9)

Setiap kali kita tiba pada perayaan Pentakosta maka yang terbersit dalam benak kita adalah pencurahan Roh Kudus. Benar, Pentakosta adalah peristiwa turunnya Roh Kudus, secara khusus kepada para murid Tuhan Yesus. Semua orang percaya sesungguhnya telah dicurahi Roh Kudus. Saya, Anda dan kita telah diberikan Roh Kudus dalam hidup kita oleh Allah sendiri. Roh Kudus bukanlah hasil usaha dan upaya pencarian manusia. Oleh sebab itu, Roh Kudus bukan milik manusia. Dengan demikian manusia tidak dapat mengatur Roh Kudus, memerintahNya dan menyuruhNya berbuat ini dan itu, melakukan begini dan begitu sekehendak hati kita. Justru, sebaliknya kitalah yang harus dimiliki oleh Roh Kudus, dengan demikian segenap hidup kita, perbuatan dan tindak-tanduk kita, perkataan dan pikiran kita, rencana dan keinginan hati kita harus tunduk pada tuntunan Roh Kudus. Hanya dengan beginilah hidup kita berkenan bagi Tuhan, kudus dan sesuai dengan firman dan hukumNya.

Dalam kitab Kisaha Para Rasul, para murid yang telah menerima Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta, hidupnya dituntun oleh Roh Kudus sehingga mereka berkata-kata sesuai dengan keinginan Roh Kudus. Para murid disanggupkan untuk berbuat baik dan bertindak benar lewat kesaksian mereka yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus yang mati dan bangkit serta naik ke sorga adalah Tuhan dan Juruselamat. Dia tidak meninggalkan umatNya yang percaya, tetapi memberikan Roh Kudus menyertainya selama hidup di dunia ini. Selain itu juga memurnikan hidup mereka dan memberikan semangat pelayanan yang berkobar-kobar tanpa takut sedikit pun mengatakan yang benar dan menegur yang salah. Juga dalam Filipi ditampilkan orang percaya yang dituntun oleh Roh Kudus, hidupnya penuh dengan sukacita, selalu bersikap baik bagi semua orang, tidak kuatir, hidup dalam doa dan ucapan syukur kepada Tuhan. Juga memberikan damai sejahtera, memelihara hati dan pikiran umat percaya. Sehingga ia akan sanggup menampilkan hidup benar, mulia, adil, suci, manis, yang sedap didengar, kebajikan dan sikap terpuji. (SP)

KEHIDUPANKITABERSANDAR PADAKUASAALLAH
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran."

[Rm. 4:21-22].
(Disadur oleh FBL dari buku The PB karya Stp.Ab.)

Orville Yates, pekerja jaringan listrik Ohio Power Co, dipanggil untuk mencari penye-bab gangguan di jaringan listrik setelah badai. Sementara dia dan pekerja lainnya sedang memeriksa kerusakan, seutas kabel tegangan tinggi terlepas dan meng-hantam Orville di pinggul kanan. Ia pun langsung tergantung pada satu kaki dengan kepala di bawah, lumpuh total. Ia kemudian menulis, Tergantung di sana di antara langit dan bumi, tubuh saya terbakar dan tersontak oleh arus tegangan tinggi; saya berteriak pada Tenaga Lebih Tinggi. Jatung-nya mulai berdenyut kembali, paru-parunya bernapas. Regu penolong menurunkannya ke atas tanah dan melepaskan sabuk pengamannya. Dokter di rumah sakit mengatakan, ia tidak akan hidup lebih lama. Diagnosanya kelihatan-nya benar. Tetapi orang-orang berdoa. Sementara para dokter dan perawat setuju dan me-ngatakan, Kami beri dia kirakira 24 jam, para pengikut Kristus memohon dalam doa waktu jauh lebih lama. Operasi demi operasi Orville jalankan, sepertiga dari pinggul kanannya harus dikeluarkan. Tangannya direkonstruksi. Walaupun prediksi kesembuhannya pesimis, Orville memperoleh kembali kesanggupan berjalan dan memakai jari-jarinya. Ia kemudian menulis, Allah menyelamatkan suara saya sehingga saya dapat menyanyi dan melayani untuk Dia; kaki-kaki saya untuk mengikuti jejak-Nya; mata saya untuk membaca Firman-Nya; telinga sa-ya untuk mendengar suara-Nya dan tangan saya, apa pun yang tertinggal, untuk menolong orang lain. Di mana pun saya pergi, saya menyanyi pujian bagi Tuhan Yesus Kristus, karena Dia sendirilah Penguasa Tertinggi. Hal yang perlu dicamkan Kuasa Tuhan memberi lebih banyak dari segala sumber kekuatan ketika kita lemah. Ketika kita akui kekuatan Tuhan, kita melihat bahwa Dia adalah sumber kehidupan. Alkitab menceriterakan bahwa Kekuatan yang membangkitkan Yesus dari kematian dapat mengalir dalam tubuh raga kita. Ia membuat Kekuatan-Nya tersedia bagi kita melalui doa dan penyerahan diri kita pada-Nya. Dia datang supaya kita dapat mempunyai kehidupan kehidupan-Nya dalam kita.

Berpegang Teguh Pada Tugas & Panggilan


(Yos 24:1-2a,14-18; Mzm 34:16-23; Ef 6:10-20; Yoh 6:56-69) Hari ini kita merayakan hari ulang tahun GKI yang ke 24, salah satu tugas dan panggilan anggota jemaat khususnya jemaat GKI adalah melaksanakan misi gereja dengan mewujudkan trilogi panggilan gereja yaitu : persekutuan, kesaksian dan pelayanan, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Makna panggilan TUHAN bersifat spiritual dengan bersedia hidup dalam anugerah TUHAN, karena TUHAN yang menghendakinya. Karena itu kita sebagai anggota jemaat perlu menyadari bahwa semua yang kita kerjakan adalah semata-mata karena anugerah TUHAN yang memanggil kita. Kitab Yosua mengisahkan figur Yosua yang taat kepada TUHAN dan mengajak seluruh bangsa Israel untuk beribadah dan kembali kepada Tuhan Allah yang telah menyelamatkan mereka selama ini. Bangsa Israel diberi kesempatan untuk memilih antara memenuhi panggilan Tuhan Allah atau tetap dalam pengaruh keallahan lain. Bagi Yosua, kasih Allah tidak terbantahkan dan dengan keyakinan menyatakan pilihannya bersama seisi rumahnya. Pemazmur juga bersedia menerima panggilan Tuhan dengan keyakinan bahwa Tuhan dekat dan menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Petrus tetap konsisten dan konsekuen dengan pilihannya untuk mengikut Yesus, walau dipihak lain banyak pula yang meninggalkan Yesus. Paulus bersedia menerima panggilan Tuhan dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah. Panggilan TUHAN adalah panggilan mulia yang diberikan kepada kita, asal kita mau selalu diperbaharui oleh dan melalui Roh Kudus. Melayani TUHAN merupakan suatu proses, ketika kita diperhadapkan dengan masalah itu dapat berarti kita mengalami pembelajaran dari TUHAN yang membuat kita menjadi semakin kuat dan semakin teguh. Pada hari ulang tahun GKI yang ke 24 ini, marilah kita menyelidiki diri kita baik sebagai pribadi maupun anggota gereja. Apakah kita sudah memenuhi panggilan dan melayani TUHAN dengan sungguh-sungguh? Dan bersediakah kita berpegang teguh pada tugas dan panggilan yang diberikan oleh Tuhan, dengan kerendahan hati? (ER

Ibadah Yang Berkenan Kepada Allah


(Ul 4:1-2,6-9; Mzm 15; Yak 1:17-27; Mrk 7:1-8, 14-15, 21-23) Sekarang ini marak dijual barang-barang bermerk palsu. Bahkan ada tingkatan kualitas kemiripan barang palsu dengan merk aslinya, semakin mirip dengan aslinya harganya semakin mahal. Sering kita tertipu jika tidak teliti mengamatinya. Memang, tidaklah mudah membedakan antara yang palsu/imitasi dengan yang asli/sejati. Demikian juga dengan kehidupan spiritual, yaitu membedakan penyembah sejati dengan penyembah palsu. Itulah yang terjadi di tengah masyarakat agamis pada jaman Yesus. Para rohaniwan, yaitu orang Farisi dan ahli Taurat di Yerusalem, menjalankan kehidupan agamanya (seperti) penyembah sejati, namun kenyataannya, imitasi. Ibadah yang berkenan kepada Allah tidaklah didasarkan pada aktivitas agamawi yang visual atau ritualritual yang tampak dilihat orang, tetapi pada hati yang berelasi dengan Tuhan dan diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari. Allah menginginkan kita untuk bertindak selaku penyembah sejati yang melaksanakan ibadah yang berkenan kepada-Nya. Kepada bangsa Israel yang sudah menerima tuntunan Allah, Musa memberikan nasihat agar mereka tetap taat beribadah kepada Allah sesuai dengan pengajaran yang telah diterima oleh mereka. Dengan tetap setia melakukannya, mereka telah melaksanakan ibadah yang berkenan kepada Allah. Pemazmur menegaskan kepada umat Israel bahwa relasi umat dengan Tuhannya haruslah diwujudkan melalui sikap hidup yang proporsional terhadap sesama. Relasi dengan Tuhan menjadi dasar bagi umat untuk menjalankan relasi dengan sesama. Yakobus, melalui suratnya, menekankan bahwa ibadah yang berkenan di hadapan Allah harus terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Begitu kita percaya kepada Yesus dan menerima Injil, kehidupan sebagai pengikut Kristus harus menjadi pelaku firman. Kehidupan beriman kepada Yesus tidak hanya terwujud melalui ritual ibadah yang kita jalani di gereja tetapi lebih kepada wujud perbuatan nyata kepada sesama kita. Mengerjakan iman dan menjadi pelaku firman di dalam kehidupan sehari-hari dalam relasi dengan sesama, itulah ibadah yang berkenan kepada Allah. (ASD)

You might also like