You are on page 1of 18

BAB I Pendahuluan

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara Penyakit Menular Seksual. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh NeisserianGonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing Neisseria Gonorhoeae (PPNG). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia. Pada umumnya penularannya melalui hubungan genital kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Tetapi, disampin itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, thermometer dan sebagainya.

BAB II Laporan kasus

Seorang laki-laki, umur 30 tahun, sudah menikah dan berkerja sebagai pelaut datang ke klinik Maju Mundur dengan keluhan keluar cairan dari alat kelaminnya sudah sejak 3hari yang lalu disertai rasa sakit pada waktu BAK. Dari hasil pemeriksaan didapatkan pus yang keluar dari OUE yang jumlahnya banyak hingga membasahi celana dalam pasien. Pus berwarna hijau kemerahan yang kental. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien telah melakukan hubungan seksual dengan PSK ketika kapal pasien sedang sandar di pelabuhan 3 hari sebelum keluarnya pus dari OUE.

BAB III PEMBAHASAN

A. Identifikasi masalah Masalah yang terdapat pada kasus ini adalah keluarnya pus yang keluar dari OUE sejak 3 (tiga) hari yang lalu dan disertai dengan rasa sakit saat BAK

B. Hipotesis Berdasarkan keluhan pasien berupa keluarnya cairan dari alat kelamin disertai rasa sakit waktu BAK, kami merumuskan beberapa hipotesis. Adanya cairan keluar dari genitalia yang mula-mula belum diketahui jumlah, warna, dan konsistensinya diduga merupakan akibat dari infeksi menular seksual. Adapun infeksi menular seksual yang ditandai oleh adanya duh tubuh uretra pada laki-laki, meliputi gonore dan uretritis non spesifik. Rasa sakit waktu BAK selain dikarekanan reaksi peradangan uretra akibat infeksi saluran kemih seperti yang telah disebut di atas, juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih, seperti batu kandung kemih. Untuk mengerucutkan beberapa hipotesis di atas menjadi sebuah diagnosis kerja, maka kami memerlukan informasi tambahan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.

C. Anamnesis Adapun anamnesis kami lakukan untuk membantu menegakan diagnosis dari kasus ini. Kami mengajukan beberapa pertanyaan tambahan yang berkaitan dengan hipotesis, antara lain: 1. Riwayat Penyakit Sekarang Seberapa banyak cairan yang keluar dari alat kelamin Bapak?
3

2. -

Bagaimana konsistensi cairan tersebut? Apakah kental atau cair? Apakah Bapak pernah melakukan hubungan seksual ekstramarietal? Apakah Bapak menggunakan pengaman saat berhubungan seksual? Apakah Bapak sering menahan buang air kecil? Setelah buang air kecil, apakah Bapak mencuci alat kelamin dengan bersih? Riwayat Penyakit Dahulu Apakah Bapak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya? Apakah sudah pernah diobati?

3. -

Riwayat Penyakit Keluarga Apakah ada riwayat penyakit DM dan atau hipertensi dalam keluarga?

D. Diagnosis
Hipotesis pada kasus ini adalah gonore , uretritis non spesifik dan infeksi saluran

kemih. Hipotesis infeksi saluran kemih kita singkirkan karena pada anamnesis tambahan
didapatkan info bahwa pus yang keluar dari genital sang pasien berwarna hijau kemerahan kental yang merupakan gejala khas dari gonore dan didapatkan info tambahan bahwa sang pasien telah melakukan hubungan seks dengan PSK 3 hari sebelum pus keluar.Hipotesis Uretritis non spesifik juga dihapuskan karena didapatkan info bahwa pus yang keluar dalam jumlah banyak sehingga membasahi celana dalam pasien yang berarti gejala yang ditemukan termasuk berat,sedangkan diketahui bahwa gejala yang timbul karena Uretritis non spesifik tidak seberat gonore.

E. Penatalaksanaa 1.Medika mentosa Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali didaerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilin. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dipakai ialah:
4

Penisilin, Spektinomisin, Sefalosporin Penisilin dengan dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,1%. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Sefalosporin (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 sampai 1.00 g secara intramuscular.Sefiksim 400mg per oral tunggal member angka kesembuhan >95%. Spektinomisin dengan dosis 2gram i.m. Baik untuk pasien dengan alergi Penisilin,yang mengalami kegagalan dengan penisilin dan terhadap pasien yang mungkin menderita sifilis Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur NGPP ialah kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin dan tiamfenikol.

2.Non-medika mentosa -Diberikan edukasi tentang penyakit gonore kepada pasien -Anjuran untuk memberikan pemeriksaan dan pengobatan pada sang istri

F. Prognosis

a. Ad vitam b. Ad sanationam

: Dubia Ad bonam, karena belum tersebar ke darah : Dubia ad bonam, karena pasien mungkin akan tertular lagi : Dubia ad bonam, karena fungsi organ dalam masih baik dan

c. Ad functionam

belum ada gangguan sistemik

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

I. Uretra

Alat Kelamin Pria

Uretra adalah organ berbentuk pipa yang tedapat anatara ostium ureter internum dan ostium ureter eksternum. Panjangnya kira-kira 20 cm dan menyerupai huruf S terbalik dalam kedudukan horizontal, dari kandung kencing ke simfisis pubis melengkung dengan cekungan ke depan atas, sedangkan bagian selanjutnya melengkung dengan cekungan menghadap ke bawah belakang. Pada uretra dapat dibedakan menjadi uretra pars prostatika, uretra pars membranasea, dan uretra pasr spongiosa.

Uretra pars prostatika Bagian ini terletak dalam glandula prostate antara ostium uretra internum dan fasia diafragma urogenitale superior, panjangnya kira-kira 3 cm dan merupaan bagian uretra terlebar dengan daya dilatasi terbesar. Uretra dilapisi oleh epitel transisional. Pada dinding belakang dapat dilihat : Verumontanum : rigi memnajang di garis tengah Sinus prostatikus : muara saluran glandula prostate Kolikulus seminalis dan duktus ejakulatorius

Uretra pars membranasea Merupakan bagian uretra terpendek, mulai dari ujung prostat sampai umbi zakar da juga dilapisi epitel transisional. Kecuali di ostium uretra eksternum, bagian ini merupakan bagian uretra tersempit. Di sebalah dorsolateral, masing-masing sebelah kanan dan kiri, terletak glandula bulvo uretralis Cowper. Pars membranasea ini dilingkari otot lingkar m. sfingter uretra eksternum.

Uretra pars spongiosa Merupkan bagian uretra terpanjang dari fasia diafragma urogenitale onferior sampai ostium ureter eksternum. Dilapisi epitel torak, kecual I 12 mm terakhir (fosa navikularis) yang dilapisi epitel gepeng berlapis. Potongan melintangnya 0.5 cm melebar di fosa navikularis, kemudian menyempit kembali di orifisum uretra eksternu. Di dinding atas dan sisi terdapat muara kelenjar-kelenjar uretra (Littre) yang mengarah ke muka.

Penis Di dalam zakar (penis) terdapat 3 badan pengembung (erektif) : 1.korpus spongiosum penis yang meliputi uretra Badan penggembung ni mlebar di kedua ujungnya dengan membentuk umbi zakar (bulbus penis) di akar penis dan di ujung bebasnya, yakni kepala zakar (glands penis). Glands penis diliputi oleh kulup (preputium) yang di sebalah ventral berhubungan dengan galnds melalui frenulum preputii. Di kedua sisi frenulum ini bermuara saluran kelenjar sebasea, yaitu glandula Tyson yang membuat smegma. Duktus parauretralis berupa pipa buntu yang teratus sejajar dengan bagian terakhri uretra dan bermuara di sekitar bibir orifisium ureter eksternum. Glands penis dan permukaan dalam preputium dilapisi epitel gepeng.

2.korpus kavernosum penis, di sebalah dorsolateral kanan dan kiri korpus spongiosum penis Kedua korpus kavernosum penis di akar penis berpencar masing-masing membentuk krus penis yang memperoleh fiksasi pada ramus inferior osis pubis dan ramus superior.

Prostat Berukuan 4x4 cm, terletak di bawah kandung kencing, di atas diafrgama urogenitale dan meliputi bagian pertama uretra. Terdiri atas 2 lobus lateral dan 1 blobus medial, salurannya dialpisi oleh epitel torak dan bermuara pada uretra pasr prostatika

Vesikula seminalis Kedua vesikula seminalis merupakan alat yang gepeng, lonjong, dan panjang. Struktur dalamnya berupa tabung yang berkelok-kelok. Saluran kedua vesikula seminalis masing-masing bersatu dengan bagian terakhir duktus deferens yang homolateral untuk membentuk duktus ejakulatorius.

Duktus deferens Merupakan pupa penghubung yang terentang anatar kutub bawah epididymis dan alat prostate di ekdua sisi tubuh. Bagian ertama berjalan nak di belakang epididymis lalu ikut membentuk funikulus spermatikus. Bagian terakhirnya melebar menjadi duktur deferentis, kemudian menyempit dan bersatu dengan saluran vesikula seminalis menjadi duktus ejakulatorius.

Testis dan epididymis Kelainan alat terbungkus dala kandung buah zakar (skortum). Anak buah zakar (epididymis) melekat pada permukaan posterolateral buah zakar testis. Dari rete testis dielpaskan 20 pipa yaitu duktus eferentis yang membentuk kutub atas epididymis, lalu bersatu menjadi satu saluran yang berliku-liku dan membentuk kaput dan kauda epididimus

II.

Alat Kelamin Wanita

Mons veneris dan kedua labium pudenda Kedua bibir kemaluan besar (labium mayus pudensi) masing-masing berasal dari benjolan genital kanan dan kiri yang pada laki-laki menghasilkan kantung buah zakar. Persatuan kedia benjolan genital di sebelah ventrokranial kemudian diubah menjadi bukit kemaluan (mons pubis atau mons veneris). Kedua bibir kemaluan kecil (lbium minora pudenda) berasal dari lipat-lipat urogenital kanan dan kri yang pada perempuan tidak bersatu di garis tengah. Dalam mons veneris terdapat jaringan lemak subkutis. Kedua labium mayus berupa lipat yang tebal mulai dari mons veneris ke belakag bawah untuk bersatu pada kmisura posterior di muka anus. Dalam labium mayus terdapat jaringan lemak berbentuk kumparan. Kedua labium minus ini di muka bertemu membentuk kulup kelentit (peputium klitorides) dan di belakang bersati dalam komisura posterior (fourchette). Klitoris (kelentit) Merupakan homolog bagia dorsal penis dan bersala dari tuberkulum genital yang tidak berkembang seperti halnya pada laki-laki. Alat ini berisi 2 badan pengembung yang bersati pda glans klitorides.

Vestibulum pudenda Vestibulum pudenda adalah ruangan yang dibatasi oleh kedua bobir kemaluan kecil (labia minora). Pada ruangan ini bermuara orofisium ureter eksternum, saluran kelenjar Bartholi (glandula vestibularis mayor), dan ostium vagine. Di kedua sisi vestibulum terdapat badan pengembung yang dikenal sebagai bulbus vestibule. Di ujung bawah bulbus vestibule sebelah kanan dan kiri terdapat galndula vestibularis ayor (Bartholin) yang dianggap homolog glandula bulbouretralis (Cowper) pada laki-laki. Saluran kelenjar Bartholin bermuaa di permukaan dalam labium minus ada perbatasan antara 2/3 bagian depan 1/3 bagian belakang.

Himen (selaput dara) Merupakan lipatan mukosa yang membatas ostium vagine pada gadis.

Uretra Panjang uretra wanita hanya 3 cm. Epitelnya ialah epitel transisional di abgian proksimal dan epitel berlapis di bagia distal. Kelenjar Skene terletak di sebelah kanan dan kiri lateral dari orifisium ureter eksterbum, salurannya dilapisi epitel torak dan bermuara di vertibulum vagine atau orifosium uretre eksternum.

Vagina Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudenda dan serviks uteri. Panjang dinding depannya 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng berlapis yang mengandung banyak glikogen.

Uterus (Rahim) Terdiri atas leher (serviks) dan badan (korpus) uteri. Korpus uteri terdiri atas 3 lapisan yaitu endometrium, myometrium dan perimetrium Di dalamnya terdpat sebuah rongga berukuran 5x7 cm disbeut rongga Rahim (kavum uteri). Bagian atas korpus uteri disebut fundus uteri dan di sudut lateral fundus uteri bermuara saluran telur (tuba uterine) ke dalam kavum uteri.

Tuba Uterina Tuba Uterina terletak melingtang di sisi kanan dan kiri Rahim masingmasing panjangnya kurang lebih 12 cm, terdiri atas pasr uteri, ismus ampula dan fimbrie. Tuba uterine dilapisi epitel tirak berambut getar. Ovarum berbentuk oval dan melekat pada permukaan belakang ligamentum latum uteri.

10

III.

Patogenesis nyeri

Nyeri sebenarnya adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Tidak seperti modalitas somatosensorik lain, nyeri disertai oleh repons perilaku termotivasi (misalnya penarikan atau pertahanan) serta reaksi emosi (misalnya menangis atau ketakutan). Juga tidak seperti sensasi lain, persepsi subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu atau sekarang (persepsi yeri yang meningkat yang menyertai rasa takut kepada dkter gigi atau penurunan persepsi nyeri yang dialami seseorang atlet yang bertanding. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, nosireseptor mekanis yang berespons terhadap kerusakan mekanis misa;nya tusukan, benturan, atau cubitan; nosireseptor terma yang berespons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas; dan nosireseptor polimodal yang berespons secara setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Tidak ada nosireseptor yang memiliki struktur khusus; mereka semua adalah ujung-ujung saraf telanjang. Karena manfaatnya bagi kelangsungan hidup, nosireseptor tidak beradaptasi dengan rangsangan yang enetap atau repetitive. Di pihak lain semua nosireseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin, yang sangat meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu (yaitu, lebih terasa nyeri apabila ada prostaglandin). Prostaglandin adalah kelompok turunan asam lemak khusus yang bekerja secara local setelag dikeluarkan. Obat-obat mirip Aspirin menghambat pembentukan prostaglandin, sedikit banyak berperan menentukan sifat analgesic (penghilang rasa nyeri) obat. Impuls nyeri yang berasal dari nosireseptor disalurkan ke SSP melalui saah satu dari dua jenis serat aferen ke SSP melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinya-sinyal yang bersal dari nosireseptor mekanis dan termal disalurka melalui serat Adelta yang beruuran besr dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter/detik ( jalur nyeri cepat). Impuls dari nosireseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin dengan kecepatan yang jauh lebih lambat sekitar 12 meter/detik ( jalur nyeri lambat). Ingatlah saat jari Anda terakhir kali tertusuk atau terkena api. Anda jelas
11

mula-mula merasakan nyeri tajan yang kemudia segera diikuti oleh nyeri yang lebih difus dan tidak ena. Nyeri biasanya dipersepsikan mulamula sebagai sensai tertusuk yang tajam dan singkat yan mudah ditentukan lokasinya (jalur nyeri cepat berasal dari nosireseptor mekanis atau panas). Perasaan ini diikuti oleh sensasi rasa nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dn menetap lebih lama serta menimbulkan rasa tidak enak (jalur nyeri lambat diaktifkan oleh zat-zat kimia, terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim-enzim yang dikeluarkan ke dalam CES oleh jaringan yang rusak. Bradikinin dan senyawa-senyawa terkait lainnya tidak hanya membangkitkan nyeri, mungkin melalui stimulasi terhadap nosireseptor polimodal, tetapi juga berperan terhadap respons peradangan terhadap cedera jaringan. Zat kimia yang terus menerus ada ini mungkin menyebabkan adanya nyeri yang tumpul dan tetap terasa walupun rangsangan mekanis atau termal penyebab keruskan jaringan telah dihentikan. Serat-serat aferen primer bersinaps dengan atar neuron ordo kedua di tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujungujung aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat-serat yeri. Jalur yeri asendens memiliki tujuan (yang belum dipahami dengan jelas) di korteks somatosensorik, thalamus dan formasio retikularis. Peran korteks dalam persepsi nyeri belum jelas, walupun korteks mungkin penting paling tidak dalam penentuan lokalisasi nyeri. Nyeri masih dapat dirasakan walaupun koerteks tidak ada, mungkin pada tingkat thalamus. Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang mengganggu. Hubungan-hubungan antara thalamus dan formasio retikularis ke hipitalamus dan sistem limbic menghasilkan respons emosi dan perilaku yang menyertai pebgalaman yang menimbulkan nyeri Berbeda dengan nyeri yang menyertai cedera perifer, yang berfungsi sebagai mekanisme protektif normail untuk memberi peringatan mengenai kerusakan yang sudah atau akan terjadi pada tubuh, keadaa nyeri kronik abnormal diperkirakan disebabkan oleh kerusakan di dalam jalur-jalur nyeri susunan saraf perifer atau pusat. Individu mersakan yeri karena adanya penyampaian sinyal abnormal dalam jalur-jalur nyeri walaupun tidak terdapat cedera perifer atau rangsangan nyeri. Sebagai contoh, stroke yang merusakn jalur-jalur asendens dapat menimbulkan sensasi nyeri yang abnormal dan menetap.
12

IV.

Gonore Gonore dalam arti yang luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhoeae.

Etiologi Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal dalam 4 spesies, yaitu N. Gonorhoeae dan N.Meningitidis yang bersifat pathogen serta N.Catarhalis dan N.Pharyngis sisca yang bersifat komensial. Keempat spesies ini sulit dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi yang bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram-Negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39oC, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terkena infeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

Gejala Klinis Masa tunas Gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Berikut ini dicantumkan infeksi pertama dan komplikasi, baik pada pria maupun pada wanita. Pada pria, infeksi pertama yang paling sering dijumpai ialah Uretritis. Uretritis yang paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke
13

proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polikisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Komplikasi lokal yang bisa terjadi pada infeksi gonore pada pria ialah Tysonitis, Parauretritis, litriris dan Cowperitis. Pada Wanita, gambaran klinis dan perjalanan penyakit berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hamper tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang bila sudah ada komplikasi. Disamping itu wanita mengalami tiga fase masa perkembangan: 1. Masa Pubertas: Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat

tipis) sehingga dapat terjadi vaginitis gonore. 2. Masa Reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang dan tebal

dengan banyak glikogen dan basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya juman gonokok. 3. Masa Menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen

menurun dan basil Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, sehingga dapat terjadi vaginitis gonore. Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rectum dan dapat juga naik keatas sampai pada kandung telur. Infeksi pada wanita yang pertama paling sering terjadi ialah Uretritis dan servisitis. Pada Uretritis, gejala utamanya ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret
14

mukopurulen. Dan pada Servisitis, dapat simptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai dengan vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Pemeriksaan penunjang A. Sediaan Langsung

Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatif Gram, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rectum.

B.

Kultur

Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan: Media transport dan Media pertumbuhan. Contoh dari Media Transpor: Media Stuart dan Media Transgrow. Media Stuart hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. Dan media transgrow ini selektif dan nutririf untuk N.Gonorrhoeae dan N.Meningitidis. dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Sedangkan contoh Media Pertumbuhan: Mc. Leods chocolate agar, Media Thayer Martin, Modified Thayer Martin agar.

C.

Tes Definitif

Terdiri atas dua tes, Yaitu Tes Oksidasi dan Tes Fermentasi. Pada tes oksidasi, reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria member reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. Dan pada tes fermentasi, hasil dari tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
15

D.

Tes Beta-Laktamase

Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung Chromogenic Cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.

E.

Tes Thomson

Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan ialah: sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi, urin dibagi dalam dua gelas, tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II. Syarat yang mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80100ml. jika air seni kurang dari 80ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.

Pengobatan Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan sesedikit mungkin efek toksinnya. Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali didaerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilin. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dipakai ialah: Penisilin Yang efektif ialah Penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,1%. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur NGPP ialah kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin dan tiamfenikol.

16

BAB V KESIMPULAN

Pasien laki-laki berumur 30 tahun ini memiliki keluhan utama berupa keluarnya pus dari OUE dan nyeri saat BAK. Berdasarkan anamnesis ditemukan gejala khas GO atau Gonore yang mengaluarkan duh tubuh yang berwarna hijau kemerahan dan sakit saat BAK. Hal ini membuat kami mendiagnosa pasien ini menderita herpes zoster dengan diagnosis bandingnya adalah Gonore. Penatalaksanaan pada pasien ini dapat dilakukan secara medika mentosa dan non medika mentosa. Pada penyakit Gonore, komplikasi utama yang harus diperhatikan adalah infeksi local berupa Tysonitis, Parauretritis, Littritis, Cowperitis dan infeksi yang bersifat sistemik seperti Prostatitis, Vesikulitis, Epididimis, Trigonitis dan Funkulitis.Edukasi untuk pasien ini sangat penting untuk mencegah terulangnya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Pertahanan Tubuh. In : Santoso B I, editor. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001.p.156-7.

17

2. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.p.9-10 3. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.p.10-11 4. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.p.369-375

18

You might also like