You are on page 1of 28

MODUL ORGAN FORENSIK

Laporan Kasus SEORANG BAYI YANG DIBUANG DI TEMPAT SAMPAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI Jakarta, 15 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran forensik, yang juga dikenal dengan nama legal medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Di masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lainnya dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam kazanah ilmu kedokteran forensik. Bentuk pelanggaran hukum yang sering terjadi di masyarakat salah satunya adalah pembunuhan. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan pembunuhan adalah perbuatan yang dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara melukai, meracuni, mencekik, menjerat, membekap, maupun menenggelamkan. Beberapa cara membunuh dapat mengakibatkan korban mengalami mati lemas akibat kekurangan oksigen karena terhambatnya jalan nafas.

BAB II Laporan Kasus

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang menghentikan mobilnya di dekat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut. Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

BAB III PEMBAHASAN

Perkiraan kronologis kematian korban Sesaat setelah korban lahir, korban secara terencana sengaja mengambil nyawa anaknya sendiri karena takut ketahuan, kemungkinan pelaku memiliki hubungan gelap dengan orang selain suaminya sendiri, sehingga menyebabkan pelaku mengambil keputusan untuk membunuh anaknya segera setelah lahir. Korban lahir bukan pada rumah sakit ataupun bidan, mungkin lahir lewat bantuan dukun atau melahirkan sendiri. Setelah pelaku tahu bahwa korban meninggal, pelaku segera membuang korban ke tempat sampah karena takut ketahuan. Lalu pelaku pergi meninggalkan TKP.

Aspek hukum(1) buku putih ijo Aspek hukum yang terkait dalam kasus pembunuhan atau penganiayaan yang menyebabkan kematian adalah sebagai berikut : 1. Pasal 338 KUHP Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 2. Pasal 340 KUHP Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

3.

Pasal 341 KUHP Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman penjara selama lamanya 7 tahun.

4.

Pasal 342 KUHP Seorang ibu yang dengan sengaja menjalankan keputusan yang diambilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum penjara selama lamanya 9 tahun.

5.

Pasal 343 KUHP Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.

6.

Pasal 181 KUHP Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut, atau menghilangkan mayat, dengan maksud hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum selama lamanya 9 bulan atau denda sebanyak banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.

7.

Pasal 304 KUHP Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.

8.

Pasal 305 KUHP Barang siapa menaruhkan anak yang di bawah umur 7 tahun di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak banyaknya 5 tahun 6 bulan.

9.

Pasal 306 KUHP (1) Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu menyebabkan luka berat, maka si tersalah dihukum penjara selama lamanya 7 tahun 6 bulan. (2) Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, si tersalah itu dihukum selama lamanya 9 tahun.

10. Pasal 308 KUHP Kalau bu menaruh anaknya itu di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain, tidak lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi sehingga seperduanya. 11. Pasal 354 KUHP (1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. (2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana paling lama sepuluh tahun 12. Pasal 355 KUHP (1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. 13. Pasal 356 KUHP Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga: (1) Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya, menurut undang-undang, istrinya atau anaknya.

Prosedur Medikolegal(2) Setelah mayat bayi ditemukan di tempat sampah dan dilaporkan ke pihak penyelidik oleh masyarakat setempat. Setelah penyelidik sudah memastikan memang terjadi suatu tindakan yang melanggar hukum, pihak penyelidik akan melimpahkan kasus kepada pihak penyidik untuk ditindaklanjuti. Apabila pihak penyidik merasa peristiwa ini merupakan tindak pidana, ia berwenang untuk mengajukan permintaan keterangan ahli yaitu ahli kedokteran kehakiman (dokter forensik). Dalam prosedur medikolegal terdapat peraturan perundang-undangan mengenai kewajiban dokter dalam membantu peradilan yaitu: 1. Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. 7

2. Pasal 179 KUHAP (1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keteranagn ahli demi keadilan.

Sanksi bagi pelanggar kewajiban: 1. Pasal 216 KUHP (1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. 2. Pasal 222 KUHP Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3. Pasal 224 KUHP Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli, atau juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus melakukannya: (1) Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selamalamaya 9 bulan. (2) Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan. 8

Keterangan Palsu: 1. Pasal 267 KUHP (1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. 2. Pasal 7 KODEKI Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Interpretasi temuan Seorang mayat bayi berjenis kelamin laki-laki ditemukan di tempat sampah, di dalam kantung plastik hitam, tidak berpakaian, berlumuran darah dan masih berlendir, mekonium ditemukan namun tidak dalam jumlah banyak, berarti belum sempat mendapatkan asupan makanan dari ibunya. Tali pusat terpotong dengan rapih, sudah terpisah dari plasenta.

Pemeriksaan Medis(2)(3) A. Pemeriksaan Luar 1. Label mayat : Sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki mayat, serta dilakukan penyegelan pada tali pengikat label tersebut. 2. Tutup mayat :-

3. Bungkus mayat : Korban dibungkus oleh kantung plastik hitam 4. Pakaian : Korban tidak berpakaian 5. Tanda-tanda kematian Lebam mayat

Dilakukan pencatatan letak dan distribusi lebam. Pada kasus ini korban meninggal akibat asfiksia, maka lebam mayat ditemukan di daerah wajah dan berwarna merah kebiruan gelap. Selain itu, korban ditemukan dalam posisi tertelungkup, sehingga lebam mayat akan ditemukan pada bagian perut dan dada korban. Distribusi lebam lebih luas. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit paska mati dan akan menetap 8-12 jam. Kaku mayat Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis,dan distribusinya dimulai dari kepala ke kaki. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap. Suhu tubuh Suhu tubuh menurun akibat berhentinya proses metabolisme, hal ini dipengaruhi juga oleh suhu lingkungan sekitar korban dan keadaan korban yang hanya menggunakan kaos dalam. Pembusukan Tanda pembusukan tampak pertama kali pada kulit perut sebelah kanan bawah yang berwarna kehijau-hijauan. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati. Pada kasus ini telah ditemukan adanya pembusukan, jadi perkiraan saat kematian pada korban ini adalah lebih dari 24 jam. 6. Identifikasi umum Jenis Kelamin :Laki-laki Bangsa Ras Umur Warna Kulit :Indonesia :::

10

7. Identifikasi Khusus Tattoo :Terdapat tattoo naga pada lengan kanan

Jaringan Parut :tidak ada Callus Anomali :terdapat pada telapak tangan dan kaki :tidak ada

8. Pemeriksaan rambut :lanugo tipis berwarna hitam 9. Pemeriksaan mata :ditemukan tertutup, ada Tardieus spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. 10. Pemeriksaan daun telinga dan hidung :tidak terdapat busa / cairan tidak terdapat darah 11. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut :lidah tidak terjulur keluar tidak ditemukan busa halus. 12. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan :tidak ada kelainan

13. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan : terdapat bekas bantalan jari pada leher pasien, tidak ditemukan bekas sidik jari. 14. Pemeriksaan terhadap patah tulang : Tidak ada tanda patah tulang

Pada pemeriksaan luar diperhatikan beberapa kriteria berikut :

11

Apakah bayi cukup bulan atau prematur, viabel atau nonviabel. Hal ini cukup penting karena apabila ternyata bayi prematur dan non-viabel, maka kemungkinan pembunuhan anak sendiri adalah kecil meskipun tidak mutlak disingkirkan. Viabel adalah keadaan bayi yang dapat bertahan hidup di luar kandungan ibu, dengan kriteria sebagai berikut : Umur kehamilan lebih dari 28 minggu Panjang badan (kepala-tumit) >35 cm Panjang badan (kepala-tungging) >23 cm Berat badan >1000gr Lingkar kepala >32 cm Tidak ada cacat bawaan yang fatal

Sementara kriteria untuk bayi matur atau cukup bulan bila kehamilan >36 minggu dengan panjang badan kepala tumit >48cm, panjang badan kepala tungging 30-33cm, berat badan 2500-3000gr dan lingkar kepala 33 cm, lanugo sedikit terdapat pada daerah dahi, punggung dan bahu, pembentukan tulang rawan telah sempurna, kuku jari telah ,melewati ujung jari, diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih.

Sudah Atau Belum Dirawat : Tali pusat, saat dimasukkan ke dalam air terlihat batas potongan plasenta tidak rata, tidak seperti dipotong dengan gunting atau pisau. Mulut. Adakah benda asing yang menyumbat. Kulit. Sudah dibersihkan atau belum, berkeriput atau tidak. Lemak bayi (verniks kaseosa) masih ditemukan pada daerah lipatan kulit seperti lipatan ketiak, lipat paha dan lipat leher. Pada korban juga ditemukan bekas darah yang belum dibersihkan. Tidak ditemukan pakaian pada korban.

B. Pemeriksaan Dalam 12

1. Lidah 2. Tonsil 3. Kerongkongan 4. Batang tenggorok 5. Rawan gondok

:tidak ada bekas gigitan dan masih utuh :tidak ada kelainan :tidak ditemukan benda asing :tidak ditemukan busa :terdapat sedikit resapan darah

6. Arteria karotis interna :tidak terdapat kerusakan 7. Kelenjar timus 8. Paru-paru 9. Jantung 10. Aorta torakalis 11. Aorta abdominalis 12. Ginjal :tidak terdapat kelainan :edema paru :sebesar kepalan tangan kanan mayat :tidak ada kelainan :tidak ada kelainan :tidak ada kelainan

13. Hati, kandung empedu dan Pankreas : menunjukkan gambaran normal. hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam dan perabaan kenyal. Penampang hati berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah satu kilogram. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendir berwarna hijau. Saluran empedu penyumbatan. 14. Limpa dan kelenjar getah bening :menunjukkan gambaran normal. Limpa penampang berwarna ungu dengan perabaan lunak kenyal dan permukaan yang berkeriput. gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram. tidak menunjukkan

13

15. Lambung dan Usus

:tidak ada kelainan

16. Otak besar,otak kecil, dan batang otak :tidak ada kelainan 17. Alat kelamin dalam :tidak ada kelainan

Pemeriksaan makroskopik paru, ditemukan bahwa paru-paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan taut pleura, dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru kanan sudah menonjol. Gambaran marmer akibat pembuluh darah interstisial sudah terisi darah. Saat paru diiris dalam air, terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah. Uji apung paru, menunjukkan hasil positif (+) setelah potongan-potongan kecil dari lobus paru ditekan namun masih mengapung, karena potongan paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar. Adanya udara di dalam saluran cerna setelah dilakukan foto rontgen. Udara ditemukan sudah berada pada usus besar, menunjukkan bayi sudah hidup selama 12-24 jam. Berdasarkan temuan pada pemeriksaan luar korban, dapat disimpulkan bahwa korban adalah bayi matur yang terlahir hidup namun sesaat kemudian dicekik hingga tewas. Korban matur dapat diketahui dari panjang badannya yang telah mencapai 38 cm, berat badan 2800 gr, lanugo di punggung dan bahu, serta testis yang sudah turun ke dalam skrotum. Korban terlahir hidup dapat ditentukan dari hasil pemeriksaan uji apung paru, makroskopis paru serta mikroskopis paru. Uji apung paru akan menunjukkan hasil yang positif sementara pada pemeriksaan makroskopis paru , paru akan berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Berat paru akan bertambah hingga dua kali lipat atau kira-kira 1/35xberat badan karena fungsi sirkulasi darah jantung-paru. Juga ditunjang lagi dengan pemeriksaan mikroskopis paru yang menunjukkan alveoli peru mengembang dengan sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya projection.

14

Penyebab kematian adalah pencekikan yang

dapat dilihat dari tanda luka

berbentuk bulan sabit pada bagian leher . Pencekikan mengakibatkan dinding saluran napas atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara tidak bisa lewat yang mengakibatkan oksigen darah berkurang, disertai peningkatan karbon dioksida dan dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi kematian. Perkiraan waktu kematian korban adalah sekitar 8-12 jam yang lalu karena lebam pada mayat sudah menetap dan tidak hilang dengan penekanan.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa 1 Telp 897098 Jakarta 11440

Nomor: 8790-SK.III/4567/9-7

Jakarta, 04 Oktober 2012

Lamp : satu sampul tersegel-------------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil Pemeriksaan Pembedahan-----------------------------------------------------------atas jenazah bayi A--------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA Visum Et Repertum Yang bertanda tangan di bawah ini, Satria, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta,

15

menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Jakarta Barat No.Pol.: A/026/VR/LK/IX/11/Serse tertanggal 04 Oktober 2012, maka pada lima Oktober tahun dua ribu duabelas, pukul sembilan lewat empat puluh empat menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah: Nama Umur Warganegara Pekerjaan Agama Alamat :X----------------------------------------------------------------------------:------------------------------------------------------------------------------:------------------------------------------------------------------------------:------------------------------------------------------------------------------:------------------------------------------------------------------------------:-------------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin :Laki-laki--------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna putih, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.

Hasil Pemeriksaan I. Pemeriksaan Luar 1. Mayat terbungkus plastik hitam diikat tali tambang. --------------------------------2. Mayat tidak berpakaian. 3. Kaku mayat lengkap pada seluruh persendian korban, lebam mayat ditemukan pada bagian wajah, perut, dan dada korban. Lebam mayat tidak hilang pada penekanan dan tidak dapat berpindah.--------------------------------------------------4. Mayat adalah seorang bayi laki-laki dengan kulit berwarna kemerahan, panjang badan 38 cm. 5. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu. ---------------------------6. Kedua mata tertutup.----------------------------------------------------------------------7. Pembentukan tulang rawan telinga sempurna. -----------------------------------------

16

8. Dari lubang hidung dan mulut keluar busa halus. ------------------------------------9. Alat kelamin berbentuk normal, tidak menunjukkan kelainan. Testis sudah turun ke dalam skrotum 10. Pada daerah leher tengah didapatkan adanya luka tekan berbentuk bulan sabit sebanyak empat buah. ---------------------------------------------------------------------

II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah) 13. Lidah utuh dan tidak terdapat bekas gigitan maupun resapan darah. -------------14. Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. ------15. Kelenjar gondok rata tidak ada kelainan. ---------------------------------------------16. Kerongkongan kosong, tidak ditemukan benda asing. -----------------------------17. Trakea/batang tenggorok tidak ditemukan benda asing. ---------------------------18. Rawan gondok tidak terdapat resapan darah. ----------------------------------------19. Arteria karotis interna tidak terdapat kerusakan intima. ----------------------------20. Kelenjar timus (kacangan): tidak terdapat adanya kelainan. -----------------------21. Paru-paru terdapat bendungan dan bintik perdarahan. ------------------------------22. Jantung sebesar kepalan tangan kanan mayat. Tidak terdapat kelainan-----------23. Ginjal kanan dan kiri tidak terdapat bintik perdarahan. ----------------------------24. Hati berwarna coklat, permukaan rata, tepi tajam dan perabaan kenyal. Penampang hati berwarna merah-coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah seribu dua ratus lima puluh gram. ------------------------------25. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendir berwarna hijau. Saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan. -----------------------26. Limpa penampang berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas -------27. Lambung selaput lendir berwarna putih dan menunjukkan lipatan yang biasa, tidak terdapat kelainan. ---------------------------------------------------------------28. Usus dua belas jari, usus halus dan usus besar tidak ditemukan petekie.------29. Pankreas tidak ada kelainan. -----------------------------------------------------------30. Otak besar, otak kecil, dan batang otak tidak ada kelainan.---------------------31. Alat kelamin dalam tidak ada kelainan. ----------------------------------------------Kesimpulan

17

Pada mayat bayi laki-laki ini ditemukan luka tanda kekerasan pada leher berupa luka berbentuk bulan sabit akibat penekanan keras kuku jari. Sebab mati bayi ini adalah mati lemas akibat pencekikan sehingga dinding saluran napas atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas menyebabkan udara pernapasan tidak bisa lewat. ---------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP. --------------------------

Dokter yang memeriksa, dr. Kelly Khesya NIP 12345--------------------

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi Forensik(2)(3) Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menemukan identitas seseorang. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyelidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal. Metode yang digunakan dalam identifikasi: 1. Pemeriksaan sidik jari Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.

18

2. Metode visual Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. 3. Pemeriksaan dokumen Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor, dsb) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut. 4. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. 5. Identifikasi medik Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. bahkan pada terngkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya. 6. Pemeriksaan gigi Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X, pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentukm susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem. 7. Pemeriksaan serologik 19

Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang. 8. Metode eksklusi Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut, dan sebagainya.

Thanatologi(2) Thanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik ynag mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Manfaat thanatologi adalah untuk memastian kematian klinis , perkiraan sebab kematian , dan perkiraan saat kematian yang panting untuk membantu penyidikan Dalam thanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu: Mati somatis atau mati klinis Merupakan istilah mati yang kita dengar dalam kehdupan sehari-hari.terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang kehidupan yaitu sistem pernafasan, sistem kardiovaskular, dan susunan saraf pusat, yang menetap. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan, dan tidak terdengar suara nafas pada auskultasi. Mati suri Terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Ketiga sistem tersebut masih berfungsi dengan bantuan alat kedokteran yang canggih. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat, tersengat aliran listrik dan tenggelam. Mati seluler Kematian organ arau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Masing-masing organ atau jaringan tubuh memiliki daya tahan hidup yang

20

berbeda, sehingga kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan inin penting untuk transplantasi organ. Mati serebral Kematian karena kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat. Mati otak Terjadi apabila seluruh isi meronal intrakranial rusak yang sifatnya ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan. Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal klinis pada sesorang berupa tanda kematian . perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan dini atau tanda kematian tidak pasti dilihat dari: Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit dengan cara inspeksi, palpasi, dan auskultasi Terhentinya sirkulasi, dilnilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi sapsme agonal sehingga wajah tampak kebiruan Tonus otot menghilang dan relaksasi. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat yang terlentang. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen tersebut beergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air. Perubahan lanjut atau tanda kematian pati dapat dilihat dari : Lebam mayat (livor mortis)

21

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat yang menetap dan memperkirakan saat kematian. lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Apabila mayat dalam posisi terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan posisi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum pemeriksaan. Kaku mayat (rigor mortis) Kaku mayat dapat digunakan untuk menujukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian, mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi. Suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Pembusukan (decomposition) Pembusukan baru tampak pada kira-kira 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada dan bau busuk mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kirakira 36-48 jam setelah mati. Telur lalat kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal. Adiposera

22

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih dimungkinkan. Mummifikasi Merupakan proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi kers dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mummifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal. Asfiksia(3) Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Dari segi etologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut: 1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laryngitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. 2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak,pneumotoraks bilateral;sumbatan atau halangan pada saluran nafas dan sebagainya. 3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika. Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik, misalnya: Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:

23

Pembekapan Penyumbatan Penekanan dinding saluran pernafasan: Penjeratan Pencekikan Gantung Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik ) Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase, yaitu: 1. Fase dispnea Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata,sehingga amplitude dan frekuensi pernafasan akan meningkat, nadi cepat,tekanan darah meningi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. 2. Fase konvulsi Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi atau kejang, yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun , tekanan darah juga menurun.Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2. 3. Fase apnea Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja. 4. Fase akhir

24

Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi ototmatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masi berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti. Masa dari saat asfiksisa timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100 % maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap. Pada pemeriksaan mayat yang meninggal karena asfiksia umumnya akan ditemukan tanda-tanda kematian akibat asfiksi yang berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut, dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta perdarahan Tardieu.(3)

Pembunuhan Anak Sendiri(1) Pembunuhan anak sendiri adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang pasal 341, 342 dan 343. Dari undangundang tersebut kita bias melihat ada 3 faktor penting, yaitu : Ibu. Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah dia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut, dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu penjara 15 tahun (ps: 338, tanpa rencana) atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340, denga rencana) Waktu. Dalam UU tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tapi hanya dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Sehingga boleh dianggap pada saat belum timbul kasih saying seorang ibu pada anaknya. PsikisIbu membunuh anaknya karena terdorong rasa ketakutan akan diketahui orang telah melahirkan anak itu, biasanya karena hubungan tidak sah.

25

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu. Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi cukup bulan atau belum cukup bulan, maupun viable atau nonviable.

BAB V KESIMPULAN

Pada pemeriksaan mayat bayi laki-laki dengan golongan darah B ini ditemukan bahwa ia lahir cukup bulan dalam kandungan, dan hidup pada saat dilahirkan. Pada pasien tidak ditemukan tanda perawatan, tali pusat diduga dipotong dengan gunting sendiri, ditemukan tanda pencekikan berupa bekas cekikan yang akhirnya menyebabkan kematian asfiksia pada bayi.

26

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. p.11-6, 25, 37-9, 40-1 2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Pembunuhan Anak Sendiri. Ilmu kedokteran forensik. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 55-70, 165-76, 197-9

27

3. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p.1220,32-44, 62, 74-81

28

You might also like