You are on page 1of 20

STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION & STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT

D i s u s u n OLEH KELOMPOK 6 BIRRULWALIDAINI CUT DIANA FITRA MIFTAHUL JANNAH RAHMAWATI ROZA ARYANI KELAS 1/D DOSEN PEMBIMBING : RAHMA DALILA FITRI, SST 712403S11152 712403S11153 712403S11163 712403S11180 712403S11182

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH 2011 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................... DAFTAR ISI............................. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................. B. Tujuan............................................................................................................

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Struktur dan Fungsi Amnion......................................................................... 1. Selaput janin (Amnion dan Korion).................................................. 2. Cairan Amnion................................................................................. 3. Fungsi Amnion.................................................................................. B. Struktur, Fungsi dan Sirkulasi Tali Pusat...................................................... 1. Defenisi Tali Pusat............................................................................ 2. Struktur Tali pusat............................................................................ 3. Fungsi Tali Pusat............................................................................... 4. Sirkulasi Tali Pusat............................................................................

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan............................. B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION DAN STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu RAHMA DALILA FITRI, SST selaku dosen pengajar mata kuliah Askeb Kehamilan, yang telah memberikan pelajaran berguna dan bermanfaat bagi kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman atas kerjasamanya dalam mensukseskan penyelesaian makalah ini. Dengan adanya pembuatan makalah ini, kami sebagai mahasiswi AKBID MUHAMMADIYAH merasa sangat terbantu dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan khususnya masalah cairan amnion dan tali pusat pada bayi. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif sangat kami butuhkan untuk proses perbaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami selaku penulis.

Banda Aceh, April 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terbentuklah zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut troboplas, yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon plasenta, sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio (embrionik klot) yang merupakan calon janin. Blastosit ini berjalan menuju uterus untuk mengadakan implantasi. Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat atau funiculus umbilicalis.Di dalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua buah arteri umbilikalis yang mempunyai fungsi masing-masing. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

B. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan umum a. Agar mahasiswi dapat memahami tentang struktur dan fungsi amnion serta struktur, fungsi dan sirkulasi tali pusat. b. Agar mahasiswi mampu menjelaskan dan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan amnion dan tali pusat. 2. Tujuan khusus a. Agar mahasiswi mampu mengetahui perubahan dan kelainan pada struktur, fungsi dan struktur dari amnion dan tali pusat.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. STRUKTUR DAN FUNGSI AMNION
Amnion atau air ketuban merupkan elemen dari kehamilan yang sangat penting untuk di ketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnosis kiehamilan dan kesejahteraan janin.

1. SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION)


Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, vili pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (korion frondosum) sementara. Sementara itu, vili pada kutub embrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut korion laeve. Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan kutub embrional dan abembrional, yaitu: 1. Desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis. 2. Desidua yang meliputi embrioblas/kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua kapsularis. 3. Desidua di sisi/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietal is. Antara membran korion dan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat menyatunya membran amnion dan membran korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic membranea). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh menyatunya korion laeve dengan desidua parietalis. Korion adalah membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta menempel pada tepi plasenta. Korion terdiri dari 4 lapisan : 1) Lapisan seluler 2) Lapisan retikuler padat 3) Pseudo-basement membrane 4) Trofoblas Amnion merupakan membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan tali pusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut. Selaput amnion terdiri dari 5 lapisan : 1) Lapisan seluler 2) Membrana basalis 3) Stratum kompaktum 4) Stratum fibroblas

5) Stratum spongiosum di bagian paling luar dan melekat dengan lapisan seluler korion.

2. CAIRAN AMNION
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga atau ruangan amnion. Mula-mula ruangan amnion merupakan rongga kecil saja tapi kemudian mengelilingi seluruh janin. Akhirnya amnion merapat pada chorion dan melekat dengannya. Di dalam rongga ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion atau plasenta yang kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion. Amnion ikut membentuk selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion, mesoderm, chorion dan lapisan tipis dari deciduas. Ruangan amnion berisi 1 liter air ketuban, yaitu : Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH 7.2 ) Pada pertengahan kehamilan jumlahnya sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36 38 minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume terus menurun dan penurunan berlanjut terus sampai kehamilan postmatur.
Komposisi cairan amnion 1) Air ( 98 99% ) 2) Karbohidrat (glukosa dan fruktora), protein (albumin dan globulin), lemak, hormon

(esterogen dan progesteron ), enzym (alkali fosfatase). 3) Mineral (natrium, kalium dan klorida) 4) Material lain (vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas dan mekonium) Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya. Cairan amnion berasal dari : Janin ( produksi utama ) Sekresi aktif dari epiteo amnion Transudasi sirkulasi janin Air seni janin Maternal Transudasi dari sirkulasi maternal Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam sirkulasi maternal dan melalui gastrointestinal janin (proses menelan pada janin).

Keadaan normal cairan amnion: 1) Pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc. 2) Keadaan jernih agak keruh. 3) Steril 4) Bau khas, agak manis dan amis. 5) Terdiri atas 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel-sel epitel. 6) Sirkulasi sekitar 500 cc/jam.

Kandungan cairan amnion Pada permulaan kehamilan, cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu. Pada permulaan trimester ke dua , cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan komposisi plasma janin. Setelah minggu ke 20 kornifikasi dari kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine pada minggu ke 12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7 14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea , kreatinin dan asam urat dibandingkan plasma, juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin , vernix, lanuga dan bermacam sekresi. Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan. Cairan pulmonum memberikan sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui plasenta untuk beberapa saat. a) Prolaktin Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion , jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml , yang didapatkan pada minggu ke 20 sampai 26 kehamilan ,hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai 150 s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah setelah kehamilan 34 minggu . beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion. Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui , tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi memperbaiki transfer cairan

dari janin ke bagian ibu, dan menyediakan cairan ekstraseluler serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan lanjut ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik. b) Alpha feto protein Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian akan berkurang. Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya. Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin. c) Lesitin Sphingomyelin Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan, yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sphingomyelin relatif meningkat. Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sphingomyelin (L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat. Karena lesitin dan sphingomyelin juga ditemukan pada darah dan mekonium, kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat membiaskan hasil. Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion, kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan . Suatu hal yang unik dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE , PGF , PAF dan endothelin-1 , produk-produk ini dapat dilihat pada vaginadan cairan
2 2

amnion setelah proses persalinan dimulai . Agen-agen inflamasi ini penting peranannya dalam proses dilatasi servik . d) Sitokin Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapt melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm , leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion , fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin. e) Interleukin -1 Interleukin -1 merupakan sitokin primer , yang diproduksi secara cepat sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1 akan merangsang sitokin

lain dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin -1 secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan , Interleukin -1 baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada caira amnion. Pada kehamilan aterm, seperti prostaglandin Interleukin -1 diproduksi pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan di distribusikan pada cairan amnion dan vagina. Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau Interleukin 8. f) Prostaglandin Prostaglandin terutama PGE juga PGF di dapatkan pada cairan amnion pada semua
2 2

tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit , paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap.Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. Faktanya jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1g) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 12 jam , jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil. Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir. Konsentrasi dari PGF PGFM dan PGE pada bagian atas cairan amnion pada saat
2 ,

permulaan persalinan (pembukaan 2,5 atau kurang) tidak lebih besar dibandingkan sebelum proses persalinan , kadar prostaglandin dalam kantong belakang cairan amnion pada saat pembukaan 3 cm jauh lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai , dan lebih lanjut kadarnya akan meningkat seiring dengan makin majunya pembukaan servik. Lebih lanjut kadar prostaglandin pada kantong belakang jauh lebih besar dari pada bagian atas pada semua thap dari proses persalinan. Kadar prostaglandin cairan amnion di bagian atas pada saat pembukaan 3 sampai dengan 5 cm secara signifikan lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai. Setelah itu pada pembukaan 5,5 sampai dengan 7 cm tidak ada peningkatan kadar prostaglandin pada bagian atas cairan amion. Dilatasi cervik pada pembukaaan 3 sampai dengan 5 memegang peranan penting dalam kemajuan persalinan. Pada tahap ini bagian janin telah masuk ke dalam pelvis ibu, yang membagi dua cairan amnion secara anatomi dan fungsi ke dalam dua bagian. Sebelum pemisahan lengkap dari dua bagian ini kandungan dari cairan amnion dapat bercampur antara keduanya , tetapi setelah pemisahan lengkap dari cairan amnion ini transfer prostaglandin dari kantong belakang ke bagian atas menurun abahkan hilang sama sekali. PGFM yang terdapat pada bagian belakang jauh lebih besar dari pada PGE. Lebih lanjut banyak bukti yang menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion bukan merupakan suatu indikasi bahwa prostaglandin mempunyai peranan penting dalam inisiasi persalinan : 1. Tidak adanya hubungan peningkatan kadar prostaglandin dengan proses persalinan sebelum persalinan dimulai.

2. Jumlah total prostaglandin dalam cairan amnion dan jumlah yang memasuki cairan amnion sebelum dan selama persalinan sangat kecil dibandingkan kadar yang dibutuhkan untuk menginduksi persalinan. 3. Kadar Prostaglandin pada kantong belakang kompartemen berhubungan dengan proses dilatasi sevik g) Platelet activing factor (PAF) Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus. Kadar Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama proses persalinan. Platelet activing factor, seperti prostaglandin, sitokinin dan endothelin-1, diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika servik berdilatasi. Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua. Pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin menyokong pembentukan Platelet activing factor karena produk lain dari reaksi ini , yaitu 1-alkil lisifosfatidilkolin , yang merupakan kosubtrat untuk biosintesis Platelet activing faktor.

Kelainan jumlah cairan amnion:


Hidramnion (polihidramnion) Air ketuban berlebihan (>2000 cc). Dapat mengarah pada kecurigaan kelainan kongenitalsusunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktivitas sistem urinarius janin. Oligohidramnion Air ketuban sedikit (<500 cc). Umumnya kental, keruh, berwarna kuning kehijauan. Prognosis janin buruk. Sifat sifat air ketuban harus kita ketahui untuk membedakan apakah yang keluar dari alat kemaluan itu air ketuban atau air kencing. Sifat air kencing asam (dapat dibedakan dengan kertas lakmus atau nitrazine), baunya pesing dan jernih tidak mengandung vernix caseosa atau lanugo. Sifatsifat air ketuban seperti jernih atau keruhnya, banyaknya dan susunannya dapat dipergunakan untuk pengenalan keadaan janin dengan cara amnioskopi atau amniocentesis. Amnioskopi : Dengan amnioskopi air ketuban dapat berwarna kuning, hijau muda, hijau tua. Warna hijau tua menunjukkan bayi dalam keadaan bahaya (distress). Amniocentesis dapat ditentukan umur janin dan sex janin. Faal Amnion (air ketuban) ialah : Memungkinkan anak bergerak dengan bebas dan tumbuh dengan bebas ke segala

jurusan karena tekanan pada anak sama pada semua bagiannya. Hal ini sangat penting karena seandainya anak tertekan oleh alat sekitarnya maka pertumbuhan tentu terganggu. Untuk melindungi anak terhadap pukulan-pukulan dari luar dan ibu terhadap gerakangerakan anak. Kalau air ketuban berkurang, pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu. Mempertahankan suhu yang tetap bagi anak. Waktu persalinan membuka servix dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri. Bagian selaput anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka cervix. Air ketuban terus menerus diganti, artinya dibuat tapi juga dialirkan. Ternyata bahwa ada pertukaran air antara ibu dan janin, antara ibu dan air ketuban dan antara janin dan air ketuban. Ada bukti bahwa sebagian air ketuban diminum oleh bayi, diabsorpsi oleh usus, kemudian diangkut ke placenta untuk diserahkan ke dalam darah ibu.

3. FUNGSI AMNION Fungsi cairan amnion secara umum :


1) Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar 2) Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin 3) Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin. 4) Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine (terutama pada persalinan). 5) Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Fungsi cairan amnion secara khusus :


Kehamilan 1) Memungkinkan fetus bergerak bebas 2) Memungkinkananggota badan fetus berkembang dan bergerak tanpa saling

menekan satu sama lain; tanpa tertekan oleh badan fetus dan dinding uterus. 3) Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai pereedam goncangan. 4) Menstabilkan suhu intrauteri. Persalinan 1) Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala fetus terhadap tekanan 2) Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril 3) Bekerja sebagai baji (wedge) untuk membantu dilatasi serviks 4) Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap peredaran darah plasenta 5) Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir tepat sebelum kelahiran pada saat accus amnioticus pecah.

B. STRUKTUR, FUNGSI DAN SIRKULASI TALI PUSAT


Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan fetus (janin). Fungsi dari tali pusat adalah menjaga viabilitas (kelangsungan hidup) dan memfasilitasi pertumbuhan embrio dan janin. Pembuangan senyawa sisa, serta pengangkutan oksigen, nutrisi, dan faktor pertumbuhan untuk janin berlangsung melalui tali pusat. Tali pusat tersusun dari 90% air dan terhubung dengan cakram intervertebral (80%) serta kartilago tulang rawan sendi (95%). Setelah bayi dilahirkan, tali pusat umumnya dijepit dan dipotong kemudian dibiarkan terpapar di udara untuk pengeringan. Dalam waktu 24 jam, warna putih kebiruan dari tali pusat akan hilang dan menjadi hitam setelah beberapa hari. Pengukuran gas tali pusat perlu dilakukan pada bayi yang lahir melalui proses bedah sesar untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Darah dari tali pusat telah dimanfaatkan sebagai sumber sel punca untuk mengatasi beberapa penyakit tertentu.

1. DEFENISI TALI PUSAT


Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 4050 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.

2. STRUKTUR TALI PUSAT


Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan fetal plasenta. Warnanya dari luar putih dan merupakan tali yang berpilin. Panjangnya 55 cm (30 100 cm) dan diameter 1 1,5 cm. Pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri sehingga pembuluh berkelok-kelok. Kadang-kadang menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat dan diberi nama simpul palsu. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang

menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu : 1. Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale. 2. Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan. 3. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis. Insersi/letak tali pusat ke plasenta : 1. 2. 3. 4. 5. Tengah : insertio sentralis Sedikit ke samping: insertio paracentralis Samping : insertio lateralis Pinggir : insertio marginalis Di luar plasenta/di selaput janin : insertio velamentosa

3. FUNGSI TALI PUSAT


Fungsi tali pusat yaitu : Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis. fungsi dan aktivitas yang ada di plasenta yang dibutuhkan oleh janin untuk pertumbuhan, perkembangan, kelangsungan hidup janin, disalurkan oleh tali pusat agar bisa digunakan oleh janin. Misalnya transfer O2 dan nutrisi, begitupun sebaliknya, buangan dari janin dikirim kembali ke plasenta. Jadi fungsi tali pusat yaitu sebagai media.

4. SIRKULASI TALI PUSAT

Fetus dalam rahim ibu mempunyai dua kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu oksigen dan nutrisi serta membuang produk sisa yang dihasilkan oleh sel-selnya. Struktur yang bertanggungjawab memenuhi kebutuhan fetus adalah plasenta. Plasenta mempunyai banyak vilus yang tumbuh dari membran, menyelimuti fetus dan menembus dinding uterus yaitu endometrium. Endometrium kaya dengan aliran darah ibu. Jaringan kapilari darah fetus berada di dalam vilus. Darah yang kaya oksigen dan nutrien dibawa melalui vena umbilicalis. Sebaliknya darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat, mengandung produk sisa seperti karbon dioksida dan urea. Produk sisa ini akan meresap ke membran dan masuk darah ibu. Darah ibu dan darah fetus dalam vilus sangat rapat, akan tetapi kedua darah tersebut tidak bercampur karena dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalam darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.

Letak janin dalam kandungan ibu


Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti Jari atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan

kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi. Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.

Kelainan Letak Tali Pusat


Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti : 1) Insersi tali pusat Battledore Pada kasus ini tali pusat terhubung ke palin pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh. 2) Insersi tali pusat Velamentous Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.

Pemotongan Tali Pusat


Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini : a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari- jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004). Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Fisiologi Lepasnya Tali Pusat


Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam

pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu. Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus aerus, bakteri Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.

Perawatan Tali Pusat

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :

Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali

pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.

Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat


Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat


Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah : Timbulnya infeksi pada tali pusat disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daundaunan, kopi dan sebagainya. Cara perawatan tali pusat penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol. Kelembaban tali pusat tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

Lilitan tali pusat pada janin


Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher. Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat

dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab terjadinya lilitan tali pusat adalah : Usia kehamilan Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat. Panjangnya tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat : Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu: Ada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim. Penatalaksaan atau pencegahan: Jika bayi terlilit tali pusat, maka harus segera diambil keputusan yang tepat untuk tetap melanjutkan proses persalinan yaitu dengan memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar. Sebenarnya bantuan USG, hanya dapat melihat adanya gambaran tali pusat di sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Dapat saja tali pusat tersebut hanya berjalan di samping leher bayi. Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3 dimensi, kita dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
Amnion merupakan membran transparant berwarna abu-abu yang melapisi korion. Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan tali pusat. Kantung amnion berisi cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut. Cairan amnion disebut juga liquor amnii adalah cairan jernih berwarna seperti jerami, dengan reaksi alkalis dan dengan demikian dapat dibedakan dari urine ibu setelah pecahnya membrane. Jumlah cairan yang dihasilkan ini meningkat selama kehamilan, sehingga pada minggu ke- 38 terdapat kira- kira 1 liter cairan yang mengisi cavities amniotica. Setelah 28 minggu. Volume ini menurun. Fetus menelan cairan amnion kira- kira 400 ml setiap hari, dan terjadi perubahan bertahap aliran amnion setiap kira- kira 3 jam. Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan fetus (janin). Fungsi dari tali pusat adalah menjaga viabilitas (kelangsungan hidup) dan memfasilitasi pertumbuhan embrio dan janin. Pembuangan senyawa sisa, serta pengangkutan oksigen, nutrisi, dan faktor pertumbuhan untuk janin berlangsung melalui tali pusat. Tali pusat tersusun dari 90% air dan terhubung dengan cakram intervertebral (80%) serta kartilago tulang rawan sendi (95%). Setelah bayi dilahirkan, tali pusat umumnya dijepit dan dipotong kemudian dibiarkan terpapar di udara untuk pengeringan. Dalam waktu 24 jam, warna putih kebiruan dari tali pusat akan hilang dan menjadi hitam setelah beberapa hari. Pengukuran gas tali pusat perlu dilakukan pada bayi yang lahir melalui proses bedah sesar untuk mengetahui kondisi kesehatan bayi. Darah dari tali pusat telah dimanfaatkan sebagai sumber sel punca untuk mengatasi beberapa penyakit tertentu.

B. SARAN
Baik struktur dan fungsi dari amnion dan tali pusat harus kita perhatikan secara jelas karena menyangkut kesehatan dan kesejahteraan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta : salemba medika, 2011 Sulistyawati, ari. Asuhan kehamilan pada masa kehamilan. Jakarta : salemba medika, 2011
hhtp://yuwielueninet.wordpress.com

You might also like