You are on page 1of 9

Kredit By: Restu Ageng Panggalih / Fakultas Hukum / Universitas Brawijaya

A.pengertian kredit secara etimologis : istilah kredit berasal dari bahasa latin Credere, yang berarti kepercayaan. misalkan seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari bank. hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan menurut kamus besar : pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman hingga batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain menurut ketentuan pasal 1 butir 5 peraturan bank Indonesia No. 7/2/PBI/ 2005 tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank umum : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk: (a) cerukan (overdraft), yaitu saldo negative pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; (b) pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan (c) pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain A. Unsur-unsur kredit sebagaimana diketahui bahwa unsure esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai kreditur terhadap nasabah peminjam sebagai debitur. menurut Drs. Thomas Suyatno dalam bukunya dasar-dasar perkreditan unsur-unsur kredit terdiri atas: 1. kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang 2. tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. dalam unsur ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima di masa mendatang 3. degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan

diterima dikemudian hari. dengan adanya unsur resiko, maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit 4. prestasi atau objek kredit, pemberian kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam praktik perkreditan. bertitik tolak pada pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa selain unsur kepercayaan tersebut, dalam permohonan dan pemberian kredit juga mengandung unsure lain, yaitu unsur waktu, unsur resiko, dan unsur prestasi. B. Jenis-jenis Kredit berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. kredit investasi yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-baran modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan, ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik, yang pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai tersebut. 2. kredit modal kerja, yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para pihak yang bersangkutan. 3. kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan bulanan nasabah kreditur yang bersangkutan. kredit konsumsi biasanya digunakan untuk membiayai pembelian mobil atau barang konsumsi barang tahan lama lainnya. C. Ketentuan dan persyaratan umum kredit: ketentuan dan persyaratan umum dalam pemberian kredit oleh perbankan terdiri dari Sembilan persyaratan sebagai berikut: 1. mempunyai feasibility study, yang dalam penyusunannya melibatkan konsultan yang terkait 2. mempunyai dokumen administrasi dan izin-izin usaha, misalnya akta perusahaan, NPWP, SIUP, dan lain-lain 3. maksimum jangka waktu kredit adalah 15 tahun dan masa tenggang waktu (grace period) maksimum 4 tahun

4. agunan utama adalah usaha yang dibiayai. debitur menyerahkan agunan tambahan jika menurut penilaian bank diperlukan. dalam hal ini akan melibatkan pejabat penilai (appraiser) independen untuk menentukan nilai agunan 5. maksimum pembiayaan bank adalah 65% dan self-financing adalah sebesar 35% 6. penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar prestasi proyek. dalam hal ini biasanya melibatkan konsultan pengawas independen untuk menentukan progress proyek 7. pencairan biasanaya dipindahbukukan ke rekening giro 8. rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun berdasarkan analisis dalam feasibility study 9. pelunasan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan

D. Dasar-dasar pemberian kredit pasal 8 ayat 1 dan 2 UU No.10 tahun 1998 yaitu: ayat (1) : dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan ayat (2) : bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia E. Pencegahan terjadinya kredit bermasalah untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari, maka dilakukan pedoman formula 4P dan 5C Formula 4P 1. Personality : dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidup, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-lain. 2. Purpose: bank juga harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of business kredit bank yang bersangkutan 3. Prospect: bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit 4. payment: dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan

Formula 5C 1. Character: bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. 2. Capacity: kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan , sehingga usahanya berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. 3. Capital: dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit pada besar kecilnya modal, dan bagaimana distribusi modal tersebut ditempatkan sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan dengan efektif 4. collateral : adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang mungkin merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang mungkin akan terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur dikemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. 5. Condition of ekonomi: dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sector usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. berdasarkan prinsip pemberian kredit diatas, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada dua prinsip yaitu 1. Prinsip Kepercayaan: dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. 2. prinsip kehati-hatian/ Prudential Principles: bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan Iktikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan F. Penggolongan Kredit menurut ketentuan pasal 12 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kualitas kredit dibagi menjadi lima kolektibilitas, yakni: 1. kredit Lancar : yaitu jika memenuhi kriteria : pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat memiliki mutasi rekening yang aktif bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai 2. Kredit dalam perhatian khusus: yaitu jika memenuhi kriteria :

terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari kadang-kadang terjadi cerukan mutasi rekening relative rendah jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan didukung oleh pinjaman baru 3. kredit kurang lancar : yaitu jika memenuhi kriteria : terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampau 90 hari sering terjadi cerukan frekuensi mutasi rekening relative lebih rendah terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur dokumentasi pinjaman yang lemah 4. kredit yang diragukan : yaitu jika memenuhi kriteria : terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sering terjadi cerukan yang bersifat permanen terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari terjadi kapitalisasi bunga dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan 5. Kredit macet : yaitu jika memenuhi kriteria : terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar G. Proses pemberian Kredit Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa tahapan, yaitu dari tahap pengajuan aplikasi kredit samapi dengan tahap penerimaan kredit. proses pemberian kredit oleh satu bank dengan yang lain tidak jauh berbeda. kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing dengan tetap memperhitungkan unsur persaingan atau kompetisi. proses-proses tersebut adalah sebagai berikut : 1. pengajuan permohonan/ aplikasi Kredit Bahwa untuk memperoleh kredit dari bank , maka tahap pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonan/ aplikasi kredit kepada bank yang bersangkutan, dan harus

dilampiri dokumen-dokumen perusahaan yang dipersyaratkan. sekurang-kurangnya memuat hal sebagai berikut a. Profil perusahaan beserta pengurusnya b. Tujuan dan manfaat kredit c. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit d. Cara pengembalian kredit e. Agunan dan jaminan kredit

pemohon/ aplikasi kredit dilampirkan dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan yaitu: a. b. c. d. e. f. Akta pendirian perusahaan Identitas (KTP) para pengurus Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan

sedangkan untuk pemohon/aplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank tujuan dan manfaat kredit Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit cara pengembalian kredit agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan)

permohonan/aplikasi tersebut dilengkapi dengan melampirkan semua dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu : a. Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan b. Kartu Keluarga c. Slip gaji yang bersangkutan 2. Penelitian Berkas Kredit setelah permohonan/ aplikasi tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas aplikasi kredit yang diajukan. apabila dari hasil penelitian yang dilakukan itu, bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan kredit, dan apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang dilakukan belum memenuhi persyaratan, maka bank akan meminta kepada pemohon kredit untuk melengkapinya 3. Penilaian Kelayakn kredit (Studi Kelayakan Kredit) ada beberapa aspek yang akan dinilai, yakni :

a. Aspek hukum : penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit b. Aspek pasar dan pemasaran : penilaian terhadap prospek usaha yang akan dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan masa yang akan datang c. Aspek Keuangan : penilaian terhadap aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yang termuat dalam neraca laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit d. Aspek Manajemen : penilaian pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut e. Aspek Sosial ekonomi : penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun sosial f. Aspek teknis/operasional: penilaian terhadap teknis atau operasional dari perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat usaha, kondisi gedung, beserta sarana dan prasarana pendukung lainnya g. Aspek AMDAL : penilaian terhadap AMDAL sangat penting karena merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan. oleh karena itu kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara H. Perjanjian Kredit Bank perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil. sebagai perjanjial prinsipiil, maka perjanjian jaminan adalah accessor-nya. ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. arti riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah debitur. menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungus-fungsi sebagai berikut 1. perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok. 2. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur 3. perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit I. Jaminan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memerhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitu untuk melunasi

kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank

Pengertian Jaminan dan Agunan menurut pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikann. sedangkan menurut pasal 1 butir 23, yang dimaksudkan dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada Bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah Fungsi Jaminan Fungsi Utama dari jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Macam-macam Jaminan a. Jaminan Perorangan adalah jaminan pribadi seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur. ia bahkan dapat diadakan diluar (tanpa) pengetahuan si berutang tersebut. untuk memenuhi seluruh atau sampai suatu bagian (jumlah tertentu), harta benda si penanggung (penjamin) bisa disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan (eksekusi) putusan pengadilan b. Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur dengan seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur. jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan seorang piha ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari si berutang (debitur) . pemberian jaminan kebendaan kepada seseorang kreditur tertentu, memberikan kepada kreditur tersebut suatu privilege atau kedudukan istimewa terhadap kreditur lainnya.

Sources : Hermansyah, S.H.,M.Hum.; Hukum perbankan nasional Indonesia Edisi II; Jakarta; Kencana Prenada media Group; 2005 Drs. H. Malayu S.P Hasibuan.;Dasar-dasar Perbankan;Jakarta; PT. Bumi Aksara; 2006 Djoni S. Gazali, S.H.,M. Hum, dan Rachmadi Usman, S.H., M.H.;Hukum perbankan; Jakarta; PT. Sinar Grafika; 2012

You might also like