You are on page 1of 16

MANAJEMEN KRISIS

Pengantar: Saudara mahasiswa, dalam buku materi pokok Manajemen Humas (SKOM4327) tidak terdapat pembahasan secara mendalam mengenai materi manajemen krisis. Karena materi ini penting untuk Anda ketahui, maka dalam suplemen web ini disajikan materi tentang manajemen krisis. Diharapkan materi ini dapat memperluas wawasan Anda mengenai apa yang dimaksud dengan krisis dalam organisasi, manajemen krisis, cara menanggulangi krisis, dan peran humas dalam menanggulangi krisis. Selain itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda mengenai materi ini, Anda bisa mengerjakan latihan yang tersedia. Selamat mengikuti! I. Krisis dalam Organisasi/Perusahaan Krisis, sebuah kata yang sangat ditakuti oleh setiap organisasi/perusahaan, merupakan fenomena yang terjadi pada hampir setiap organisasi/perusahaan, besar maupun kecil, baik yang menerapkan manajemen modern ataupun sederhana. Pada dasarnya, ada dua macam kemungkinan krisis, yakni 1. 2. kemungkinan yang paling diperhitungkan kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan.

Kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan biasanya berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan kemungkinan yang paling tidak diantisipasi adalah krisis-krisis eksternal yang kemungkinan terjadinya sangat kecil namun konsekuensinya tidak kalah berbahayanya. Sebagai contoh, kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan oleh sebuah hotel adalah ancaman kebakaran gedung atau ancaman teracuninya makanan yang hendak disajikan kepada para tamu. Sedangkan kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan adalah gempa bumi, pergolakan sosial, atau pertempuran bersenjata. Bentuk-bentuk kedua kemungkinan krisis tersebut boleh dikatakan tidak terbatas. Hal-hal yang paling kecil sekalipun bisa berkembang menjadi sumber ancaman yang mengerikan. Oleh karena itu, sekecil apa pun kemungkinan krisis itu, kita tidak boleh mengabaikannya. Suatu krisis yang tidak ditangani secara terbuka akan berakibat buruk pada perusahaan yang bersangkutan. Organisasi/perusahaan yang berusaha menutupi krisis yang melandanya, atau berupaya menanganinya secara tertutup, justru akan mengundang lebih banyak kecaman.
1

Sebaliknya, apabila suatu organisasi/perusahaan mampu mengatasi krisis yang melanda dengan baik secara terbuka, mampu menerima kritikan yang dituju kepada organisasi/perusahaannya dengan lapang dada, kemudian berusaha mencari jalan keluar atas permasalahan yang terjadi, organisasi/perusahaan tersebut akan lebih mudah mendapatkan kembali kepercayaan publik. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, krisis dapat terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Dari faktor internal perusahaan, sesungguhnya krisis memang selalu menyertai pertumbuhan perusahaan, yang berarti krisis timbul sebagai hal yang alami dan muncul pada setiap fase pertumbuhan suatu perusahaan. Seperti halnya manusia, perusahaan juga mengalami tahap-tahap pertumbuhan yang dimulai dari lahir, muda, dewasa, dan mati. Pada masa kanak-kanak, seperti halnya manusia, perusahaan akan banyak melakukan kesalahan. Pada usia lanjut, perusahaan juga menjadi kaku, loyo, dan tidak lagi sportif seperti ketika muda. Tahapan-tahapan yang dilalui perusahaan mulai dari lahir hingga masa perkembangannya disebut dengan daur hidup organisasi atau organization life cycle. Praktisi humas perlu memahami tahapan-tahapan inii untuk membedakannya dengan krisis lain yang timbul di luar garis normal, yang memerlukan penanganan khusus. Gambar 3. Daur Hidup Organisasi dan Krisis yang Menyertainya

Sumber: Daft dalam Kasali, 1999. 2

1. Pada tahap kewirausahaan krisis yang biasanya muncul adalah krisis cara memimpin. Pada tahap ini para pendiri perusahaan tengah berkonsentrasi pada kreativitas produk, teknik produksi, dan pemasaran, sedangkan jumlah karyawan terus bertambah. Jumlah karyawan yang terus membesar ini sudah mulai perlu dikelola secara profesional. Pada tahap pertumbuhan ini praktisi humas umumnya belum ada karena dianggap belum diperlukan dan fungsi humas masih dilakukan oleh pimpinan puncak. Krisis yang timbul adalah masalah manajemen internal. 2. Pada tahap prapembentukan, krisis yang terjadi adalah masalah pendelegasian dan pengendalian. Pada tahap ini biasanya perusahaan sudah mulai melakukan klasifikasi departemen sesuai kebutuhan lengkap dengan deskripsi tugas, hierarki, wewenang, dan struktur gaji yang pasti. Namun, pemilik atau pendiri perusahaan enggan mendelegasikan kegiatannya kepada staf, padahal ada sebagian staf yang ikut dalam proses lahirnya perusahaan sudah merasa senior, memiliki keahlian dan pengalaman di bidangnya masing-masing, sudah merasa memiliki hak untuk diberi otonomi dan ikut andil dalam mengatur perusahaan. Organisasi pada tahap ini membutuhkan mekanisme untuk mengendalikan departemen tanpa supervisi langsung dari atas. 3. Pada tahap pembentukan, krisis yang terjadi adalah terlalu banyaknya titik rawan (red tape )yang harus dibenahi dengan kaca mata yang jernih dan objektif. Pada tahap ini organisasi terlampau birokratis yang mengakibatkan perusahaan kehilangan kepercayaan dari stakeholdersnya karena terganggunya komitmen perusahaan keluar. 4. Pada tahap perluasan krisis yang terjadi adalah kondisi perusahaan yang semakin menurun dan kurang berdaya menghadapi serangan dari luar. Maka yang diperlukan adalah revitalisasi di mana tugas praktisi humas adalah melobi semua pihak (stakeholders) agar tetap percaya pada perusahaan dan para eksekutifnya. Latihan 1 Saudara, untuk menguji tingkat pemahaman Anda mengenai materi Krisis dalam Organisasi/Perusahaan, silakan Anda kerjakan latihan berikut ini!

1. Krisis

dapat

dibedakan

menjadi

krisis

yang

kemungkinannya

paling

diperhitungkan dan yang paling tidak diperhitungkan. Jelaskan perbedaan kedua jenis krisis tersebut! 2. Jelaskan daur hidup organisasi beserta krisis yang menyertainya!

Kunci Jawaban Latihan 1: 1. Kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan biasanya berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi atau perusahaan, misalnya kecelakaan pesawat terbang yang menimpa maskapai penerbangan. Sedangkan kemungkinan yang paling tidak diantisipasi adalah krisis-krisis eksternal yang kemungkinan terjadinya sangat kecil namun konsekuensinya tidak kalah berbahayanya, misalnya bencana alam. 2. Daur hidup organisasi beserta krisis yang menyertainya adalah sebagai berikut: - Pada tahap kewirausahaan, krisis yang biasanya muncul adalah krisis cara memimpin. Pada tahap ini para pendiri perusahaan tengah berkonsentrasi pada kreativitas produk, teknik produksi, dan pemasaran, sedangkan jumlah karyawan terus bertambah. Jumlah karyawan yang terus membesar ini sudah mulai perlu dikelola secara profesional. Krisis yang timbul adalah masalah manajemen internal. - Pada tahap prapembentukan, krisis yang terjadi adalah masalah

pendelegasian dan pengendalian. Pada tahap ini biasanya perusahaan sudah mulai melakukan klasifikasi departemen sesuai kebutuhan lengkap dengan deskripsi tugas, hierarki, wewenang, dan struktur gaji yang pasti. Organisasi pada tahap ini membutuhkan mekanisme untuk mengendalikan departemen tanpa supervisi langsung dari atas. - Pada tahap pembentukan, krisis yang terjadi adalah terlalu banyaknya titik rawan (red tape ) yang harus dibenahi dengan kaca mata yang jernih dan objektif. Pada tahap ini organisasi terlampau birokratis yang mengakibatkan perusahaan kehilangan kepercayaan dari stakeholdersnya karena terganggunya komitmen perusahaan keluar.

- Pada tahap perluasan krisis yang terjadi adalah kondisi perusahaan yang semakin menurun dan kurang berdaya menghadapi serangan dari luar. Maka yang diperlukan adalah revitalisasi di mana tugas praktisi humas adalah melobi semua pihak (stakeholders) agar tetap percaya pada perusahaan dan para eksekutifnya. Saudara mahasiswa, apabila jawaban Anda sudah 80% mendekati jawaban yang benar, maka Anda sudah menguasai materi tentang Krisis dalam Organisasi/Perusahaan. Namun bila kurang dari itu, Anda bisa mengulang lagi materi ini. II. Anatomi krisis Seorang konsultan krisis terkenal dari Amerika Serikat, Steven Fink, mengembangkan konsep anatomi krisis. Fink mendeskripsikan krisis seperti layaknya penyakit yang menyerang tubuh manusia, dan membagi tahapan krisis sesuai dengan terminologi kedokteran yang dipakai untuk melihat stadium penyakit yang menyerang manusia sebagai berikut: 1. tahap prodromal 2. tahap akut 3. tahap kronik 4. tahap resolusi (penyembuhan) Menurut Fink keempat tahap tersebut saling terkait dan membentuk suatu siklus. Lama waktu yang ditempuh oleh setiap tahap sangat dipengaruhi oleh sejumlah variabel seperti di bawah ini Tubuh manusia jenis virus usia pasien Kondisi kesehatan pasien Potensi untuk menerima pengobatan Keterampilan dokter Krisis di Perusahaan jenis bahaya usia perusahaan Kondisi perusahaan Potensi untuk menerima treatment Keterampilan para manajer

Apabila krisis yang terjadi tidak terlalu parah, maka waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing fase tidak akan terlalu lama. Sebaliknya, apabila krisis yang terjadi termasuk krisis yang berat, dan juga tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan terburuk yang bisa dialami perusahaan adalah colapsnya perusahaan. Siklus terjadinya krisis dengan tahap-tahapnya dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1 Siklus Krisis


Krisis prodromal

Krisis resolusi

Krisis akut

Krisis kronik

Sumber: Fink dalam Kasali (1999)

Sebagai elemen yang sangat berperan dalam menangani krisis yang terjadi pada suatu perusahaan/organisasi, maka praktisi humas harus berupaya mempercepat masa turning point krisis dari tahap prodromal ke tahap resolusi Gambar 2 Siklus yang Dikehendaki
Krisis prodromal

Krisis resolusi

Krisis akut

Krisis kronik

Untuk mampu mengubah siklus menjadi seperti gambar 2 dibutuhkan diagnosis mendalam tentang krisis yang terjadi. Kita akan bahas satu persatu dari keempat tahap krisis di atas. 1. Tahap Prodromal Krisis yang terjadi pada tahap ini kadang diabaikan karena perusahaan (sepertinya) masih berjalan secara normal. Tahap ini disebut juga dengan warning stage karena sesungguhnya pada krisis ini sudah muncul gejalagejala yang harus segera diatasi. Tahap ini merupakan tahap yang menetukan. Apabila perusahaan mampu mengatasi gejala-gejala yang timbul, maka krisis tidak akan melebar dan memasuki fase-fase berikutnya. Naumn
6

seandainya pada tahap ini krisis juga tidak berhasil ditangani, palin tidak perusahaan sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi tahap akut. Tahap prodromal bisa muncul dalam tiga bentuk: a. jelas sekali, misalnya karyawan meminta kenaikan upah b. samar-samar karena sulitnya menginterpretasikan dan memprediksi luasnya suatu kejadian. Misalnya adanya peraturan pemerintah yang baru, munculnya pesaing baru, dsb. c. sama sekali tidak kelihatan. Gejala-gejala krisis tidak terlihat sama sekali. Perusahaan tidak dapat membaca gejala ini karena kelihatannya tidak ada masalah dan kegiatan perusahaan berjalan dengan baik. Pada bentuk ini, ada kalanya perusahaan mempunyai asumsi bahwa sulit untuk memuaskan semua pihak, maka merupakan hal yang wajar apabila kemudian ada pihak tertentu yang dirugikan. Namun yang membahayakan dari asumsi tersebut adalah perusahaan tidak memikirkan kerugian tersebut bisa merugikan perusahaan secara perlahan namun pasti. 2. tahap akut, banyak perusahaan beranggapan pada tahap inilah krisis mulai terjadi karena tidak berhasil mendeteksi gejela krisis yang terjadi pada tahap prodromal. Pada tahap ini gejala yang semula samar atau bahkan tidak terlihat sama sekali mulai tampak jelas. Krisis akut sering disebut sebagai the point of no return, artinya apabila gejala yang muncul pada tahap peringatan (tahap prodromal) tidak terdeteksi sehingga tidak tertangani, maka krisis memasuki tahap akut yang tidak akan bisaa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Namun demikian, seberapa jauh krisis menimbulkan kerugian sangat tergantung dari para akktior yang mengendalikan krisis. 3. Tahap Kronis. Apabila diibaratkan badai, pada tahap ini badai telah berlalu, yang tinggal adalah reruntuhan bangunan akibat badai. Berakhirnya tahap akut dinyatakan dengan langkah-langkah pembersihan. Tahap ini disebut juga sebagai the clean up phase atau the post mortem atau tahap recovery atau selfanalysis. Tahap ini ditandai dengan perubahan struktural, seperti penggantian manajemen, penggantian pemilik, atau bahkan mungkin juga perusahaan dilikuidasi. Perusahaan harus segera mengambil keputusan apakah akan mau hidup terus atau tidak. Kalau ingin hidup terus tentu perusahaan harus sehat dan mempunyai reputasi yang baik. 4. tahap resolusi (penyembuhan): merupakan tahap pemulihan kembali kondisi perusahaan. Namun yang perlu diingat, karena tahap-tahap krisis ini
7

merupakan siklus yang berputar, maka bila telah memasuki tahap resolusi perusahaan tetap harus waspada bila proses penyembuhan tidak benarbenar tuntas, krisis akan kembali ke tahap prodromal. Latihan 2 1. Jelaskan tahap-tahap dalam anatomi krisis! 2. Aplikasikan tahap-tahap anatomi krisis tersebut dalam sebuah kasus! Kunci Jawaban Latihan 2: 1. 1. Tahap Prodromal, tahap yang kadang diabaikan oleh perusahaan ini disebut juga dengan warning stage karena sesungguhnya pada krisis ini sudah muncul gejala-gejala yang harus segera diatasi. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan, apabila perusahaan mampu mengatasi gejala-gejala yang timbul, maka krisis tidak akan melebar dan memasuki fase-fase berikutnya. 2. Tahap akut, banyak perusahaan beranggapan pada tahap inilah krisis mulai terjadi karena tidak berhasil mendeteksi gejela krisis yang terjadi pada tahap prodromal. Pada tahap ini gejala yang semula samar atau bahkan tidak terlihat sama sekali mulai tampak jelas. Krisis akut sering disebut sebagai the point of no return , artinya apabila gejala yang muncul pada tahap peringatan (tahap prodromal) tidak terdeteksi sehingga tidak tertangani, maka krisis memasuki tahap akut yang tidak akan bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. 3. Tahap Kronis. Apabila diibaratkan badai, pada tahap ini badai telah berlalu, yang tinggal adalah reruntuhan bangunan akibat badai. Berakhirnya tahap akut dinyatakan dengan langkah-langkah pembersihan. Tahap ini disebut juga sebagai the clean up phase atau the post mortem atau tahap recovery atau selfanalysis. Tahap ini ditandai dengan perubahan struktural, seperti penggantian manajemen, penggantian pemilik, atau bahkan mungkin juga perusahaan dilikuidasi. 4. tahap resolusi (penyembuhan): merupakan tahap pemulihan kembali kondisi perusahaan. Namun yang perlu diingat, karena tahap-tahap krisis ini merupakan siklus yang berputar, maka bila telah memasuki tahap resolusi perusahaan tetap harus waspada bila proses penyembuhan tidak benar-benar tuntas, krisis akan kembali ke tahap prodromal.
8

2. Untuk dapat mengaplikasikan tahap-tahap krisis pada sebuah kasus, Anda dapat mencoba menganalisis krisis nyata yang melanda sebuah organisasi/perusahaan, misalnya kasus penggelapan reksadana yang menimpa Bank Global. Saudara mahasiswa, apabila jawaban Anda sudah 80% mendekati jawaban yang benar, maka Anda sudah menguasai materi tentang Anatomi Krisis. Namun bila kurang dari itu, Anda bisa mengulang lagi materi ini. III. Manajemen Krisis Karena sifatnya yang tidak dapat dihindari, maka pihak manajemen organisasi sebaiknya menyadari bahwa mereka membutuhkan serangkaian kesiapan tersendiri untuk mengatasi berbagai masalah mendesak akibat terjadinya krisis dalam organisasi, terutama yang berkaitan dengan hubungan pers atau hubungan media. Reputasi cemerlang yang dibina secara susah payah bisa luntur dalam sekejap sebagai akibat krisis mendadak yang tidak tertanggulangi. Kemajuan teknologi satelit dan munculnya jaringan-jaringan pemberitaan internasional menjadikan berita mengenai suatu musibah di suatu daerah tersebar luas ke berbagai penjuru dalam hitungan detik. Kita bisa menyaksikan terjadinya pertempuran, kecelakaan industri, atau bencana alam, tepat pada saat kejadian-kejadian tersebut masih berlangsung. Karena itu, setiap organisasi perlu membentuk sebuah tim manajemen krisis yang permanen. Struktur tim tersebut bisa saja berlainan dari satu organisasi ke organisasi lainnya, bergantung dari jumlah staf, sebaran lokasi, dan karakteristik sektor usaha atau bidang yang digeluti oleh organisasi yang bersangkutan. Sebuah tim manajemen krisis biasanya terdiri dari seorang direktur, manajer humas, manajer operasional, petugas keamanan, dan pejabat personalia. Tim ini hendaknya dibuat seramping mungkin agar masing-masing anggotanya mudah berkomunikasi satu sama lain. Bila salah satu di antara mereka berhalangan, anggota-anggota tim yang lain bisa saja menunjuk satu atau beberapa deputi. Mereka harus mudah dihubungi oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, serta harus senantiasa siap sedia melakukan tindakan-tindakan drastis tertentu guna menanggulangi krisis. Memang, dalam kondisi darurat, kita tidak bisa mengharapkan semua anggota tim hadir secara lengkap. Sekurang-kurangnya, sebagian di antara mereka harus hadir guna mengambil langkah-langkah pertama. Dalam kebanyakan situasi krisis, urgensi merupakan pertimbangan yang utama. Inisiatif atau respon pertama harus dilaksanakan oleh tim manajemen tersebut, bukan oleh media yang datang meliput. Mengingat sedemikian canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, maka tidak ada lagi organisasi yang berpeluang
9

menutup-nutupi suatu krisis yang melandanya dari telinga pers. Akan lebih baik jika mereka mengundang kalangan media dan secara terbuka menceritakan segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan kenyataan yang ada. Jika mereka menunjukkan gelagat akan menutup-nutupi atau memanipulasi fakta, maka mereka hanya akan memancing kecurigaan pers maupun kalangan umum sehingga pada akhirnya organisasi tersebut justru harus menanggung konsekuensi-konsekuensi yang lebih besar. Latihan 3 1. Jelaskan mengapa perlu dibentuk tim manajemen krisis dalam menangani krisis yang terjadi di sebuah organisasi/perusahaan? 2. Jelaskan struktur dan tugas yang harus dilakukan tim manajemen krisis! Kunci Jawaban Latihan 3 1. Karena sifatnya yang tidak dapat dihindari, maka pihak manajemen organisasi sebaiknya menyadari bahwa mereka membutuhkan serangkaian kesiapan tersendiri untuk mengatasi berbagai masalah mendesak akibat terjadinya krisis dalam organisasi, terutama yang berkaitan dengan hubungan pers atau hubungan media. Karena itu, setiap organisasi perlu membentuk sebuah tim manajemen krisis yang permanen. 2. Struktur tim manajemen krisis bisa saja berlainan dari satu organisasi ke organisasi lainnya, bergantung dari jumlah staf, sebaran lokasi, dan karakteristik sektor usaha atau bidang yang digeluti oleh organisasi yang bersangkutan. Sebuah tim manajemen krisis biasanya terdiri dari seorang direktur, manajer humas, manajer operasional, petugas keamanan, dan pejabat personalia. Tim ini hendaknya dibuat seramping mungkin agar masing-masing anggotanya mudah berkomunikasi satu sama lain. Bila salah satu di antara mereka berhalangan, anggota-anggota tim yang lain bisa saja menunjuk satu atau beberapa deputi. Mereka harus mudah dihubungi oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, serta harus senantiasa siap sedia melakukan tindakan-tindakan drastis tertentu guna menanggulangi krisis. Saudara mahasiswa, apabila jawaban Anda sudah 80% mendekati jawaban yang benar, maka Anda sudah menguasai materi tentang Manajemen Krisis. Namun bila kurang dari itu, Anda bisa mengulang lagi materi ini. IV. Cara Menanggulangi Krisis
10

Bila suatu krisis terjadi secara mendadak, maka tugas pertama yang harus dikerjakan oleh para anggota tim manajemen krisis tersebut adalah mengidentifikasi dan menentukan apa yang harus dilakukan. Dari waktu ke waktu tim manajemen krisis harus mengadakan pemeriksaan dan masing-masing anggotanya harus membiasakan diri menghadapi wawancara media dan konferensi pers. Mereka harus belajar bagaimana cara mengendalikan situasi dan menghindari tekanan atau intimidasi dari para jurnalis yang haus sensasi. Seorang anggota tim manajemen krisis yang baik tidak akan mengatakan " off the record", karena ia tahu apa yang harus ia katakan dan apa yang harus ia rahasiakan. Dalam manajemen krisis, yang harus dihadapi bukan saja para jurnalis, tapi juga dering telepon dan desakan pertanyaan dari pihak-pihak yang merasa dirinya turut berkepentingan. Para anggota tim manajemen krisis harus selalu menyadari bahwa berita-berita yang buruk bagi mereka atau perusahaannya, justru merupakan berita baik bagi para jurnalis. Terungkapnya suatu skandal akan melipatgandakan tiras atau oplah suatu media. Ringkasnya, seorang petugas tim manajemen krisis harus mampu memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan tanpa memperburuk keadaan atau melunturkan kredibilitas dan reputasi organisasinya. Kemampuan seperti itu tidaklah tercipta dengan sendirinya, melainkan harus dilatih dan dibiasakan secara sungguh-sungguh dan terus-menerus. Akan lebih baik lagi jika perusahaan atau organisasi yang bersangkutan menerbitkan buku petunjuk tentang penanggulangan krisis dan dibagikan kepada siapa saja yang jabatan atau posisinya membuatnya akan menghadapi rentetan pertanyaan dari kalangan media. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis adalah sebagai berikut: 1. identifikasi krisis identifikasi krisis dilakukan dengan penelitian. Bila krisis terjadi dengan cepat, maka penelitian harus dilakukan secara informal dan kilat, harus diusahakan kesimpulan atas identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada hari yang sama saat data dikumpulkan. Oleh sebab itulah dibutuhkan praktisi humas yang cakap dan peka dalam mengumpulkan data yang diperlukan. 2. analisis krisis Dari data yang telah diperoleh, maka tugas praktisi humas selanjutnya adalah menganalisis krisis yang dilakukan baik secara parsial maupun integral. Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan membaca permasalahan yang baik. 3. isolasi krisis
11

Karena krisis bisa identikkan sebagai penyakit, maka agar penyakit itu tidak menular dan menyebar luas, perlu dilakukan isolasi krisis. 4. pilihan strategi sebelum mengambil langkah pengendalian krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Ada tiga strategi generik yang dapat dilakukan untuk menangani krisis, yaitu: Defensive Strategy sebagai berikut: mengulur waktu Tidak melakukan apa-apa Membentengi diri dengan kuat (Strategi Defensif) dengan langkah-langkah

Adaptive Strategy (Strategi Adaptif) dengan langkah-langkah yang mencakup hal-hal yang lebih luas sebagai berikut: Mengubah kebijakan Modifikasi operasional Kompromi Meluruskan citra

Dynamic Strategy (Strategi Dinamis), strategi ini sudah bersifat agak makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan. Pilihannya adalah: Merger dan akuisisi Investasi baru Menjual saham Meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama Menggandeng kekuasaan Melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian

5. program pengedalian program pengendalian merupakan langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generik dapat dirumuskan jauh hari sebelum krisis muncul, yakni sebagai panduan (guidence) agar para eksekutif dapat mengambil langkah yang pasti. Berbeda dengan strategi generik, program pngedalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul. Implementasi pengendalian diterapkan pada: Perusahaan (beserta cabang) Industri (gabungan usaha sejenis) Komunitas
12

Latihan 4

Divisi-divisi perusahaan

Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis! Jawaban Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis adalah sebagai berikut: 1. identifikasi krisis identifikasi krisis dilakukan dengan penelitian. Bila krisis terjadi dengan cepat, maka penelitian harus dilakukan secara informal dan kilat, harus diusahakan kesimpulan atas identifikasi krisis yang terjadi ditarik pada hari yang sama saat data dikumpulkan. 2. analisis krisis Dari data yang telah diperoleh, maka tugas praktisi humas selanjutnya adalah menganalisis krisis yang dilakukan baik secara parsial maupun integral. Dalam tahap ini dibutuhkan kemampuan membaca permasalahan yang baik. 3. isolasi krisis Karena krisis bisa identikkan sebagai penyakit, maka agar penyakit itu tidak menular dan menyebar luas, perlu dilakukan isolasi krisis. 4. pilihan strategi sebelum mengambil langkah pengendalian krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Ada tiga strategi generik yang dapat dilakukan untuk menangani krisis, yaitu: a. Defensive Strategy sebagai berikut: b. c. d. mengulur waktu Tidak melakukan apa-apa Membentengi diri dengan kuat (Strategi Defensif) dengan langkah-langkah

e. Adaptive Strategy (Strategi Adaptif) dengan langkah-langkah yang mencakup hal-hal yang lebih luas sebagai berikut: f. g. h. i. j. Mengubah kebijakan Modifikasi operasional Kompromi Meluruskan citra

Dynamic Strategy (Strategi Dinamis), strategi ini sudah bersifat agak makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan. Pilihannya adalah:
13

k. l. m. n. o. p.

Merger dan akuisisi Investasi baru Menjual saham Meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama Menggandeng kekuasaan Melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian

5. program pengendalian program pengendalian merupakan langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generik dapat dirumuskan jauh hari sebelum krisis muncul, yakni sebagai panduan (guidence) agar para eksekutif dapat mengambil langkah yang pasti. Berbeda dengan strategi generik, program pngedalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul. Implementasi pengendalian diterapkan pada: i. ii. iii. iv. Perusahaan (beserta cabang) Industri (gabungan usaha sejenis) Komunitas Divisi-divisi perusahaan

Saudara mahasiswa, apabila jawaban Anda sudah 80% mendekati jawaban yang benar, maka Anda sudah menguasai materi tentang Cara Menanggulangi Krisis. Namun bila kurang dari itu, Anda bisa mengulang lagi materi ini.

V. Peran Humas Dalam Menanggulangi Krisis Humas merupakan salah satu fungsi strategis dalam manajemen. Sedikitnya ada tiga fungsi humas yang harus dipahami praktisi humas. Pertama, menarik dan menilai kesimpulan atas opini, sikap, serta aspirasi dari berbagai kelompok masyarakat -internal maupun eksternal- yang terkena dampak kegiatan institusi. Kedua, mengajukan usul atau saran kebijakan atau etika perilaku tertentu yang sekiranya akan dapat menyelaraskan kepentingan klien dengan kelompok masyarakat tertentu. Ketiga merencanakan serta melaksanakan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang untuk menciptakan dan sekaligus meningkatkan pengertian dan pernahaman terhadap objek, kegiatan, metode, dan masalah yang dihadapi.
14

Pentingnya peran humas dalam sebuah organisasi bisa diibaratkan seperti pentingnya darah bagi tubuh kita. Bahkan Philip Kotler, pakar ilmu pemasaran, memasukkan humas dalam konsep Mega Marketing. la melihat pentingnya peran humas dalam pemasaran. Intinya, bangunlah citra. Tanpa citra yang baik, perusahaan tidak akan mendapat tempat di hati masyarakat dan bisa mengakibatkan produk yang dihasilkannya, baik dalam bentuk barang maupun jasa, tidak laku di pasaran. Tugas humas meliputi pekerjaan strategis yang luas, antara lain: Menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat, menjabarkan misi perusahaan lewat company profile , menggunakan pers untuk publisitas, meluruskan opini publik, antara lain melalui public figure, membuka jalan bagi pemasaran.

Karena banyak berurusan dengan opini dan persepsi publik, tak jarang humas digunakan untuk menyelamatkan nama baik perusahaan. Isu mengenai suatu organisasi/perusahaan yang bergulir di tengah masyarakat bisa berubah menjadi persepsi dan mengkristal menjadi opini publik. Tugas humas adalah meluruskan opini yang keliru tentang suatu institusi. Untuk itu, humas memerlukan pihak ketiga yang dianggap kompeten dan netral. Pada kasus penggunaan lemak babi yang melanda Nestle misalnya, sangat disayangkan produsen malah terperangkap dalam upaya promosi. Padahal, dalam situasi seperti itu, promosi tidak akan banyak mengubah situasi. Yang terpenting justru meluruskan dulu opini kontroversial tersebut. Tapi bantahan atau penjelasan logis pun kadang ditolak publik. Dalam kasus Nestle tersebut, susu yang disetor koperasi susu sebenarnya justru kadar lemaknya berlebih. Menurut akal sehat, Nestle tak mungkin menambahkan lemak apa pun ke dalam kandungan susunya. Namun, penjelasan logis dari pihak yang terlibat tak akan diterima masyarakat. Yang diperlukan dalam kesempatan itu ialah tindakan pihak ketiga. Pemerintah mengajak ulama untuk meluruskan opini tadi. Liputan tentang kunjungan Ketua MUI ke pabrik susu tersebut jauh lebih berguna. Apalagi, karena dalam liputan itu rombongan mencicipi susu tanpa ragu. Pengukuhan oleh pihak ketiga memang menambah pengaruh humas. Maka, dalam strategi humas selalu disarankan agar perusahaan mempertahankan hubungan baik dengan para stakeholders, bukan semata dengan shareholders. Mereka adalah tokoh masyarakat (opinion leader) dan tersebar luas dalam berbagai
15

profesi dan lapisan. Bahkan pesaing, pemasok, karyawan, tokoh LSM, dan masyarakat di sekitar pabrik adalah sumber humas terbaik. Mereka berkepentingan dengan masa depan perusahaan dalam hubungan timbal balik. Latihan 5 Jelaskan Peran Humas dalam Menanggulangi Krisis! Jawaban Pada intinya, ketika sebuah krisis melanda perusahaan/organisasi, maka praktisi humas harus mampu mengendalikan situasi agar krisis yang terjadi tidak semakin meluas, tidak menimbulkan opini publik yang negatif karena terekspos oleh media, dan berusaha menangani krisis sesegera mungkin. Saudara mahasiswa, apabila jawaban Anda sudah 80% mendekati jawaban yang benar, maka Anda sudah menguasai materi tentang Peran Humas dalam Menanggulangi Krisis. Namun bila kurang dari itu, Anda bisa mengulang lagi materi ini. Rangkuman Pada dasarnya krisis di sebuah organisasi/perusahaan tidak akan bisa dihindari, sesempurna apa pun manajemen yang diterapkan karena salah satu sifat krisis adalah tidak bisa diperhitungkan, yaitu krisis yang diakibatkan misalnya oleh bencana alam. Selain itu, untuk krisis yang disebabkan karena faktor internal organisasi/perusahaan, menurut teori, krisis ini akan selalu bepotensi terjadi, karena krisis selalu menyertai dalam setiap fase pertumbuhan organisasi/perusahaan. Namun demikian, setiap organisasi/perusahaan sebaiknya memiliki sebuah tim manajemen krisis dengan struktur dan rancangan manajemen krisis yang baik, sehingga ketika krisis benar-benar terjadi, tim telah siap melakukan langkah-langkah yang telah terencana dalam menangani krisis. Humas juga memiliki andil besar dalam menangani krisis, terutama ketika harus berhadapan dengan pihak pers yang berpotensi membentuk opini publik negatif bersangkutan sebagai efek dari terjadinya krisis. mengenai organisasi/perusahaan

16

You might also like