You are on page 1of 12

TUGAS INDIVIDUAL PERAWATAN LESI DI DAERAH SEPERTIGA SERVIKAL GIGI POSTERIOR GIGI SULUNG

OLEH: NAMA : ROSE DIANA NIM : 100600048 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

PERAWATAN LESI YANG TERDAPAT DI DAERAH SEPERTIGA SERVIKAL GIGI POSTERIOR GIGI SULUNG
Rose Diana 100600048 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jln. Alumni no.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract Oral and dental health has got improvement tremendously over the last century but the prevalence of dental caries in children has remained a significant clinical problem. Caries risk varies between individuals according to each subjects balance between factors exposing to and protecting from caries attack. It is important to assess the risk of caries for all patients on a routine basis. This paper describes the restoration of cervical lesion primary posterior teeth. This can be both caries lesion and non-caries lesion. Most of cervical caries lesions are caused by nursing bottle, but non-caries lesions are caused by over-zealous horizontal tooth brushing with abrasive tooth paste. This part of lesion is often considered as a special challenge by pedodontists caused by the small field and saliva in the cervical. Therefore we need a simple step of restoration but must be strong and can release fluor. Keywords: Caries lesion, non-caries lesion, resin Modified Glass Ionomer Cement, pediatric dentistry primary tooth, restoration

PENDAHULUAN Lesi pada daerah sepertiga servikal gigi posterior gigi sulung dapat berupa lesi karies maupun non karies. Lesi karies biasanya hanya terjadi pada daerah yang sering terjadi akumulasi plak,yaitu di mahkota gigi dan akar gigi. Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok usia tanpa memandang jenis kelamin dan status sosial.1 Lesi yang terdapat di daerah sepertiga servikal gigi anterior atau posterior pada anak, sering dijumpai pada gigi sulung akibat minum susu botol atau asi saat menjelang tidur sampai tertidur. Disebut sebagai nursing bottle atau nursing caries. Karies gigi dapat menyerang anak usia sekolah dan dewasa baik gigi susu maupun permanen, sedangkan lesi

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

non karies merupakan lesi yang bebas aktivitas bakteri. Lesi ini dapat terjadi karena abrasi, erosi, abfraksi, dan lain-lain.1 Bahan restorasi perawatan lesi karies maupun non karies pada daerah sepertiga servikal gigi posterior gigi sulung memiliki bermacam-macam pilihan. Beberapa di antaranya yaitu semen ionomer kaca / glass ionomer cement (GIC), resin modified glass ionomer cement (RMGIC), kompomer dan amalgam.1,2,3,4,5 Pada lesi karies sepertiga servikal yang penyebab utamanya adalah aktivitas bakteri, maka bahan tumpatan yang paling baik adalah GIC (first of choice) karena kandungan fluor pada GIC yang dapat berfungsi sebagai anti karies. GIC disebut sebagai first of choice untuk pasien anak dikarenakan kandungan fluor pada GIC tersebut dan kemudahan serta kecepatan pengerjaan. Dimana prosedur perawatan yang panjang juga dapat mempengaruhi tingkat kooperatif pasien anak.1,4,6 Namun pada lesi non karies sepertiga servikal seperti akibat abrasi, erosi, abfraksi pemilihan GIC sebagai bahan restorasi kurang sesuai karena GIC memiliki beberapa kelemahan seperti abrasif, brittle dan lebih mudah larut dibandingkan bahan restorasi lainnya, seperti kompomer, amalgam atau RMGIC. Perawatan lesi seperti abrasi juga dapat ditunjang dengan mengubah kebiasaan buruk seperti menyikat gigi dengan kuat.7

Klasifikasi lesi karies Klasifikasi lesi karies menurut G.V. Black:1,5,8 Kavitas Kelas I : Kavitas meliputi pit dan fissure permukaan oklusal gigi posterior, permukaan palatal / lingual gigi insisivus. Kavitas Kelas II : Kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior yang meluas ke bagian oklusal gigi atau sebaliknya. Kavitas kelas III : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tanpa mengenai bagian insisal Kavitas kelas IV : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang sudah mengenai insisal. Kavitas kelas V : Kavitas pada bagian servikal gigi.

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

Kavitas kelas VI : tambahan dari klasifikasi original, yaitu kavitas pada ujung cusp oklusal atau insisal.

Gambar 1. Klasifikasi lesi karies menurut G.V. Black G.J.Mount memperkenalkan klasifikasi lesi karies yang baru,yaitu berdasarkan letak (site) dan ukuran (size). Parameter pertama untuk klasifikasi adalah letaknya (site) :9

Site 1 : pit, fisur dan defek enamel pada bagian oklusal pada gigi posterior atau permukaan halus lainnya

Site 2 : enamel pada bagian aproximal. Dalam hal ini, area yg berkontak dengan gigi tetangga.

Site 3 : bagian servikal sepertiga mahkota gigi atau yang disertai resesi gingival, akar yang terbuka.

Karies dapat menjadi penyakit yang progresif,sehingga dapat dilihat ukurannya dan perluasan lesinya. Oleh karena itu, lesi karies dapat dibedakab menjadi 5 ukuran (size), yaitu :

Size 0 : lesi awal,yaitu sebagai tahap awal demineralisasi. Gambaran klinisnya terlihat white spot pada keadaan gigi dikeringkan. Lesi ini perlu dirawat dengan cara menghilangkan penyebab-penyebab karies.

Size 1 : kavitas permukaan yang minimal,sedikit melibatkan dentin yang mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri. Beberapa lesi mungkin

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

membutuhkan restorasi untuk mengembalikan permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak.

Size 2 : melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi ini, preparasi kavitas menyisakan enamel yang menggaung didukung oleh dentin dengan cukup baik dan masih mampu menahan beban oklusi yang normal. Struktur gigi yang tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.

Size 3 : lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies sudah melibatkan cusp atau permukaan insisal, atau sudah tidak mampu menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga restorasi dapat dibuat untuk mendukung struktur gigi yang tersisa.

Size 4 : karies yang luas atau hilangnya beberapa struktur gigi. Contoh, hilangny semua cusp gigi atau permukaan insisal. Maka lesi yang terdapat pada sepertiga servikal gigi posterior gigi sulung termasuk

dalam kavitas kelas V menurut G.V Black dan site 3 menurut G.J. Mount .

Kavitas Klas V Restorasi pada sepertiga servikal semua gigi, termasuk permukaan proximal tetapi marginal ridge tidak termasuk. Untuk perawatan lesi kelas V ini dibutuhkan isolasi baik berupa rubber dam maupun cotton roll. Rubber dam sangat direkomendasikan karena mempermudah akses, namun rubber dam juga mengakibatkan ketidaknyamanan pada pasien anak.2,6,10 Maka pemakaian alat isolaasi juga bergantung pada tingkat kooperatif anak. Retensi pada kavitas kelas V ini yaitu berada di sepanjang undercut.1

Kompomer Kompomer merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang berkembang 10 tahun terakhir ini. Bahan ini dipasarkan sebagai bahan bam dari kelas bahan kedokteran gigi yang memberikan keuntungan dari kombinasi bahan resin composit (comp) dan semen ionomer kaca (omer). Bahan ini memiliki estetis yang baik serta proses yang sederhana dan cepat. Bahan ini mudah diletakkan didalam kavitas, mudah dibentuk, cepat mengeras dengan penyinaran sinar ultra violet dan dapat segera dipolish setelah mengeras. Kekerasan, compressive strength, flexural strength dan modulus elastisitas yang rendah dari bahan ini

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

mengakibatkan bahan ini terbatas dalam penggunaannya hanya pada klas 3, klas 5 dan gigi posterior decidui. Bahan ini mengeras dengan penyinaran dan membutuhkan teknik etsa, walaupun petunjuk pabrik tidak menganjurkan digunakan etsa tapi penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan retensi tiga kali lipat jika dilakukan pengetsaan pada gigi.3 Keuntungan dari compomer: 11,12 o Estetis Kompomer memiliki estetis yang lebih baik dibandingkan dengan ionomer kaca kovensional. o Proses yang sederhana dan cepat Kompomer merupakan suatu komponen tunggal dengan konsistensi seperti dempul yang dikemas sebagai suatu putty light curing material sehingga memudahkan pemakaiannya pada berbagai bentuk restorasi tanpa membutuhkan teknik yang sulit. Bahannya lembut, tidak lengket, tidak membutuhkan pengadukan dan mudah kedalam kavitas. Reaksi pengerasannya cepat dan dapat segera dipolish. Kerugian dari compomer: 11,12 Kekerasan, compressive strength, flexural strength dan modulus elastisitas yang rendah dari bahan ini mengakibatkan bahan ini terbatas dalam penggunaannya hanya pada klas 3, klas 5 dan gigi posterior decidui.

Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC) / Ionomer Kaca Modifikasi Resin (IKMR) Sifat semen ionomer kaca yang peka terhadap kelembaban dan memiliki kekuatan rendah disebabkan oleh lambatnya reaksi setting dari reaksi asam-basa. Oleh karena itu, perlu ditambahkan gugus yang terpolimerisasi agar dapat mengeras dalam waktu lebih cepat. Pengaktifan polimerisasi ini dapat dilakukan oleh penyinaran atau zat kimia. Akibatnya, terjadi pengerasan dari gugus terpolimerisasi dan semen ionomer kaca. Inilah bahan yang disebut ionomer kaca modifikasi resin (IKMR). IKMR masih mempertahankan sifat semen ionomer kaca, yakni kemampuan melepas ion fluoride dan berikatan dengan struktur gigi. Kekuatan IKMR lebih besar daripada semen ionomer kaca karena rendahnya modulus elastisitas dan deformasi plastik lebih tinggi sebelum terjadi fraktur. Akan tetapi, proses polimerisasi menghasilkan pengkerutan selama setting (Anusavice, 2003) .
5

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

Bahan ionomer kaca modifikasi resin (IKMR) mempertahankan dua sifat unggulan semen ionomer kaca yakni pelepasan fluoride dan sifat adhesifnya. Penambahan struktur resin ke dalam semen ionomer kaca jelas memperbaiki banyak sifat semen ionomer kaca. Dengan demikian, sifat baik semen ionomer kaca yang dapat mengikat dentin dan email serta dapat melepas fluoride digabungkan dengan kekuatan dan resistensi terhadap desikasi dan paparan asam, serta setting yang cepat dengan radiasi dari sinar tampak. Akan tetapi, bahan ini, menurut penelitian, bersifat sitotoksik terhadap jaringan pulpa gigi dan osteoblast karena adanya HEMA yang tidak terpolimerisasi (Van Noort, 2007). Bahan ini juga estetis, tetapi dapat menyerap air. 1,12

Semen Ionomer Kaca Konvensional / Glass Ionomer Cement (GIC) Konvensional Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1965. Semen ionomer kaca merupakan bahan tumpatan gigi yang terdiri atas campuran semen silikat yaitu bubuk aluminasilikat kaca yang mengandung fluor, dan cairan semen polikarboksilat yaitu cairan asam poliakrilik kopolimer yang mengandung asam tartar. Semen ionomer kaca diperoleh dari pencampuran powder dan liquid yaitu: 1,6,13 Powder : - Silika 41,9% - Alumina 28,6% - Aluminium fluoride 1,6% - Calcium fluoride 17,7% - Sodium fluoride 9,3% - Aluminium phosphate 3,8% Liquid : Cairan yang digunakan pada semen ionomer kaca adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi 40-50% dalam bentuk kopolimer, maleat dan asam akrilat. Kelebihan atau keuntungan bahan restorasi Semen Ionomer Kaca antara lain:1,4,5,12,13 o Warna sesuai warna gigi o Hasil tambalan halus dan licin, biokompatibel. o Manipulasi sederhana dan singkat sehingga sangat baik digunakan bagi pasien anak. o Pengerutan saat setting minimal.

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

o Dapat digunakan tanpa melakukan preparasi kavitas terlebih dahulu karena retensidiperoleh dari ikatan kimia dengan jaringan karies gigi. o Mengandung fluor sehingga mampu melepas fluor untuk mencegah karies lebih lanjut. o Panas yang terjadi pada waktu pengerasan sangat rendah, koefisien ekspansi thermalnya sama dengan jaringan gigi. o Daya larut rendah. o Bersifat antibakteri, terutama terhadap koloni streptococcus mutans Selain kelebihan yang dimiliki, bahan semen ionomer kaca juga memiliki kekurangan antara lain: 1,4,5,12,13 o Nilai tensile strength rendah. Oleh karena itu harus cukup didukung oleh dentin yang sehat. o Nilai kekuatan kompresif rendah sehingga penggunaannya terbatas dengan tekanan oklusi yang kecil. o Estetis yang kurang baik jika dibandingkan dengan resin komposit. o Kurangnya ketahanan terhadap abrasive terutama di bagian oklusal. o Bersifat poreus dan sulit dipolis.

Amalgam Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Alloy amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi. Amalgam tidak adhesif terhadap jaringan gigi sehingga agar retensinya baik harus dibuatkan bentuk retensi mekanis pada kavitasnya. Dalam gumpalan yang besar kekuatannya cukup baik, namun dalam potongan kecil sangat rapuh sehingga desain kavitasnya harus cukup dalam.2,4,5,12 Kelebihan Amalgam : 2,4,5,12 Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu sensitif bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit. Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan Amalgam : 2,4,5,12 Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal. Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak. RESTORASI LESI KELAS V Preparasi kavitas adalah tindakan membuang jaringan karies atau jaringan sehat gigi dan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga siap menerima tumpatan. Preparasi kavitas klas V dibuat melengkung sesuai garis servikal dengan kedalaman 1-2 mm. Retensi berupa undercut sepanjang tepi kavitas. Preparasi memerlukan ketelitian terutama di daerah tepi
8

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

gingival agar tidak melukai jaringan gingiva. Bila jaringan karies lunak, pembersihan karies dilakukan dengan ekskavator tajam. Bahan tumpat yang digunakan RMGIC mengingat keunggulan bahan tersebut yakni mampu berikatan dengan jaringan gigi tanpa proses pengetsaan, sehingga preparasi seminimal mungkin dan melepaskan fluor mencegah terjadinya sekunder karies. RMGIC juga merupakan bahan restorasi yang cukup kuat untuk daerah servikal gigi posterior untuk menahan keausan akibat abrasi dan load (beban pengunyahan) untuk menghindari kemungkinan terjadinya lesi abfraksi. 1,3 Teknik restorasi klas V pada gigi anak:1,3 1. Membuka daerah karies dengan bur no 330 sedalam 1-2 mm. hasil preparasi tidak boleh meninggalkan enamel yang tidak terdukung oleh struktur gigi yang sehat. 2. Membentuk kavitas sejajar dengan garis servikal, dasar kavitas atau dinding pulpa konveks sesuai kontur gigi, sudut kavitas membulat. Preparasi dilakukan sedemikian rupa sehingga adaptasi bahan menjadi lebih baik serta untuk mengurangi kemungkinan fraktur restorasi dan gigi akibat tekanan oklusal yang besar. 3. Dinding insisal dan gingival dipreparasi membentuk sudut 90 terhadap cavosurface untuk memastikan tidak ada struktur gigi yang tidak terdukung. 4. Retensi mekanik berupa undercut dibuat dengan bur inverted cone pada sekeliling garis tepi kavitas. 5. Membuat bevel pendek disekeliling tepi kavitas 6. Kavitas dibersihkan dan dikeringkan 7. Menumpat kavitas dengan RMGIC 8. Setelah polimerisasi selessai bila diperlukan dilakukan pemolesan.

PEMBAHASAN Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa lesi pada daerah sepertiga servikal gigi posterior gigi sulung menurut G.V. Black merupakan lesi kelas V sedangkan menurut Mount & Hume merupakan site 3 degan size bervariasi bergantumg ukuran lesi. Bahan yang tepat untuk tumpatan plastisnya yaitu kompomer karena pengerjaannya yang mudah, kandungan fluor di dalamnya serta tidak abrasif. Indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan bahan restorasi plastis berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Design outline pada kavitas kelas V yaitu bebentuk ginjal / persegi dengan ujung mesial dan distal yang tajam / hanya daerah dengan lesi karies serta daerah yang terdekalsifikasi saja.6 Teknik preparasi, penumpatan dan pemolesan juga
9

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

berbeda-beda bergantung pada klasifikasi lesi serta bahan tumpat yang digunakan. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan dari restorasi plastis adalah teknik isolasi yang baik, pemilihan bahan tumpatan yang tepat, design kavitas yang sesuai, teknik manipulasi bahan restorasi plastis, proses polishing, teknik finishing.

DAFTAR PUSTAKA 1. Abbidinda. Operative Dentistry (nyeri, lubang di sela-sela gigi dan restorasi). <http://abident.blogspot.com/2012/06/operative-dentistry-nyeri-lubang-di.html>.(20 Oktober 2012). 2. Andlaw R.J., Rock W.P., Beek G.C Van B.D.S. A Manual of Pedodontics. 2nd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 1987: 75-76, 83. 3. Meutia R. Penggunaan Bahan Restorasi Kompomer di kedokteran Gigi. < http://www.researchgate.net/publication/42350102_Penggunaan_Bahan_Restorasi_Comp omer_di_Kedokteran_Gigi>.(20 Oktober 2012). (abstrak). 4. Budisuari M.A. Keunggulan Semen Glass Ionomer Sebagai Bahan Restorasi. <http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-1.htm>. (18 Oktober 2012). 5. Heasman P, ed. Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. Edinburgh: Churchill Livingstone, 2008: 90-96, 167-168, 186. 6. Kennedy D.B. Pediatric Operative Dentistry. 3rd ed. Bristol: Wright Imprint, 1986: 107110. 7. Ford T.R.Pitt. The Restoration of Teeth. London: Blackwell Scientific Publication, 1985: 36-37. 8. Finn S.B., Cheraskin E, Volker J.F., Hitchcock H.P., et al. Clinical Pedodontics. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1962: 152-153, 174-181. 9. Sugeng R. Klasifikasi oleh Mount. < http://www.gigigeligi.com/konservasi/klasifikasioleh-mount>. (18 Oktober 2012). 10. Magnusson B.O., ed. Pedodontics. Munksgaard: F.J.Schmidt Vojens, 1981: 212-216. 11. Marina R., Gustiadi R., Adrien A., dkk. Perbandingan Perawatan Restorasi Kompomer dan Resin Komposit pada Gigi Desidui. ,< http://www.scribd.com/doc/83775076/TUGASKELOMPOK-2>. (16 Oktober 2012). 12. Cameron A.C., Widmer R.P. Handbook of Pediatric Dentistry. Edinburgh: Mosby Elsevier, 2008: 71-74.
10

Perawatan Lesi yang terdapat di Daerah Sepertiga Servikal Gigi Posterior Gigi Sulung

13. Berg J.H., Slayton R.L.,eds. Early Childhood Oral Health. Iowa: Wiley-Blackwell, 2009: 69-73.

11

You might also like