You are on page 1of 6

Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian yang terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Angka kejadian presentasi dahi kurang lebih satu diantara 400 persalinan. Etiologi Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi muka yaitu keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya fleksi kepala. Semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dahulu. Diagnosis Pada permulaan persalinan diagnosis presentasi dahi sulit ditegakkan. Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka, tetapi bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol. Denyut jantung janin jauh lebih jelas terdengar di bagian dada, yaitu bagian yang sama dengan bagian-bagian kecil. Kelainan presentasi ini harus dicurigai apabila pada persalian kepala janin tidak dapat turun kedalam rongga panggul pada wanita yang pada persalinan-persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti pada ujung yang satu diraba ubun-ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkar orbita. Pada presentasi dahi ini mulut dan dagu tidak dapat diraba. Mekanisme persalinan Kepala masuk melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksiloparietalis serta sutura frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul,dagu memutar ke depan. Sesudah dagu berada didepan, dengan fosa kanina sebagai hipomoklion, terjadi fleksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan

dagu lahir dibawah simfisis. Yang menghalangi presentasi dahi berubah menjadi presentasi muka biasanya karena terjadi moulage dn kaput seksudanium yang besar pada dahi waktu kepla memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi. Karena besarnya ukuran ini, kepala baru dapat masuk kedalam rongga panggul setelah terjasi molage untuk menyesuaikan diri pada besar dan bentuk pintu atas panggul. Persalinan membutuhkan waktu lama dan hanya 15% berlangsung spontan. Angka kematian perinatal lebih dari 20%, sedangkan persalinan pervaginam berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya. Penanganan Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan pervaginam, sehingga harus dilahirkan secara seksio sesaria. Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam menghadapi persalinan presentasi dahi sama dengan sikap menghadapi persalinan presentasi muka. Bila persalinan menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukan tindakan. Demikian pula bila harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat diusahakan dengan mengubah presentasi dengan perasat Thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan seksio sesaria. Meskipun kepala telah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan sebaiknya juga dilakukan seksio sesaria. Bayi yang lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput seksudanium yang besar pada dahi serta moulage kepala yang hebat. Prognosis Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar normal tidak dapat lahir spontan pervaginam. Hal ini disebabkan karena kepala turu melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksiloparietalis(36cm) yang lebih besar daripada lingkaran pintu atas panggul. Prognosis Bagi ibu : Partus menjadi lebih lama dan lebih sulit

Bisa terjadi robekan yang hebat Ruptura uteri Bagi anak: Mortalitas lebih tinggi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm. bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Etiologi Penyebab masih belum diketahui dengan jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam menekan infeksi. Pathogenesis TAYLOR.dkk telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal berikut: adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Selaput ketuban terlalu tipis(kelainan ketuban) Infeksi(amnionitis dan korioamnionitis) Factor lain : multipara, malposisi/presentasi, disproporsi, cervix inkopeten, dan lain lain. Kpsw artificial, dimana ketuban dipecahkan terlalu dini. Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar-benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan belum ada atau kecil.

Cara menentukan adalah dengan : Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau telah terinfeksi berbau. Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah sudah ada bagian yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus-bila menjadi biru(basa)-air ketuban, bila menjadi merah(asam)-air kemih(urin) Pemeriksaan pH forniks posterior-basa(air ketuban) Pemeriksaan histopatologi air(ketuban) Aborization dan sitologi air ketuban. Kpsw berpengaruh pada kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten=LP=lag periode. Makin muda umur kehamilan makin memanjang periode laten. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam. Pengaruh kpsw a) Terhadap janin Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala, infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dulu terjadi(amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal. b) Terhadap ibu Karena jalan telah terbuka maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis(nifas), peritonitis dan septicemia, serta dry-labour.

Ibu akan merasa lelah berbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama, suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Prognosis Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan. Pimpinan persalinan 1. Bila anak belum viabel(kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obatan antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboronsia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viabel. 2. Bila anak sudah viabel(lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus gagal, maka lakukan tindakan operatif. Jadi pada kpsw penyelesaian persalinan bisa: Partus spontan Ekstraksi vakum Ekstrasi forsep Embriotomi bila anak sudah meniggal Seksio sesarea bila ada indikasi Komplikasi Pada anak IUFD, asfiksia, dan prematuritas Pada ibu

Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum, atau infeksi nifas. DAFTAR PUSTAKA Mochtar,rustam.Sinopsis obstetric,ed 2,EGC, Jakarta,1998; 212. Mochtar,rustam.Sinopsis obstetric,ed 2,EGC, Jakarta,1998;226-235. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD, Obstetri

patologi,Elstar Offset,Bandung,1984;21,32-35. Taber,Ben-zion.Kapita selekta kedaruratan Obstetri dan

Ginekologi,ed1,EGC,Jakarta,1994;195-198. Wiknjosastro,Saifudin,Rachimhadhi,ed 3,Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta,2002;31-44. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal Jakarta,2002

You might also like