You are on page 1of 23

Selasa, 11 Januari 2011

SKENARIO I Kepala Cekot-Cekot Sebelah


Seorang wanita pekerja pabrik garment usia 39 tahun mengeluh kepalanya sakit cekot-cekot di sebelah kanan saja terutama bila terkena sinar, kira-kira sejak 3 bulan yang lalu.pada anamnesis di ketemukan keluhan nyeri telan dan hidung sebelah kanan terasa tersumbat sebagian .terasa ada yang mengalir di belakang tenggorokan.penderita tidak memakai masker saat bekerja.tidak ada keluhan sakit gigi geraham atas.

STEP I
1. Sakit kepala cekot-cekot:rasa sakit yang tidak nyaman ada bagian antara orbita dan kepala di sertai rasa nyeri 2. Nyeri tekan : nyeri pada saat menelan karena peradangan di daerah

nasofaring,orofaring. 3. Tersumbat : keluhan susah bernafas,karena adanya secret karena

infeksi/benjolan

STEP II
1. Seorang wanita pekerja pabrik garment usia 39 tahun mengeluh kepalanya cekot-cekot di sebelah kanan saja terutama bila terkena sinar, kira-kira sejak 3 bulan yang lalu. 2. Di temukan keluhan nyeri telan dan hidung sebelah kanan terasa tersumbat. 3. Apakah yang mengalir di belakang tenggorokan? 4. Penderita tidak memakai masker saat bekerja.

STEP III
1. Seorang wanita pekerja pabrik garment usia 39 tahun mengeluh kepalanya cekot-cekot di sebelah kanan saja terutama bila terkena sinar, kira-kira sejak 3 bulan yang lalu. a) Migrain : sebelum nyeri kepala muncul penderita mengalami gejala

neurologis berupa fonofobia dan fotofobia ( kepekaan yang berlrbihan terhadap bunyi-bunyian yang keras,bau yang tajam dan cahaya ) di sini di picu terjadinya iskemia dr arteri ke otak -> vasokontriksi.sakit kepala berdenyut-denyut biasanya di sertai perasaan mual b) Sakit kepala cluster : nyeri sangat hebat atau di rasakan di salah satu sisi kepala .seranagn terjadi periodik di sertai periode bebas sakit kepala ,tetapi juga terdapat pembengkakan mata,hidung meler dan mata berair pada sisi nyeri. c) Ketegangan otot : sakit kepala sering terjadi, nyeri hilang timbul, nyeri berlangsung 30 menit-1 minggu, sakit kepala terus-menerus. d) Sinus : nyeri berdenyut konstan di dahi yang berlebihan karena gerakan kepala.nyeri bersifat akut atau sub akut di rasakan di kepala bagian depan.bersifat singkat dan biasanya memburuk di pagi hari.dan membaik di siang hari.

2. Keluhan nyeri telan dan hidung sebelah kanan terasa tersumbat Proses hidung tersumbat : a) Adanya gangguan pengaliran udara dari dan ke rongga sinus serta ada gangguan pengeluaran cairan mukus. b) Sel penghasil mukus memiliki silia yang selalu bergerak mendorong cairan mukus keluar dari ronga sinnus. c) Rusaknya silia bisa di piu asap rokok d) Dari dalam sinus terdapat lendir ,silia kelenjar sinus sehat tersumbat lendir -> mengalir balik dan pintu dari sinus ( ostium ) juga tersumbat

Nyeri telan Nyeri telan sudah pada fase kronik ( 3 bulan ) di mana akan terjadi nyeri tenggorokan. Nyeri timbul di akibatkan lendir yang mengiritasi membran yang melapisi di tenggorokan, lendir menumpuk di hidung dan sinus tenggorokan sepanjang malam.

3. Ada yang mengalir di belakang tenggorokan Lendir dan sinus secara normal mengalir dalam jumlah kecil dalam hidung dan turun ke belakang tenggorokan sebelum tertelan .selama terjadi infeksi kenaikan sekresi oleh hidung dan lendir menyebabkan bertambahnya jumlah lendir yang mengalir ke belakang hidung dan tenggorokan.lendir berwarna kuning dan hijau.

4. Penderita tidak menggunakan masker saat bekerja Dari waktu yang di derita pasien di sini menderita sinusitis dalam tahap kronis dan bisa terjadi berulang-ulang dengan infeksi akut atau infeksi yang sebelumnya tidak di tangani denga benar di mana gejalanya berlangsung llebih dari 3 bulan.

STEP IV
Wanita usia 39 tahun Kepala cekot-cekot di sebelah kanan bila terkena sinar sejak 3 bulan yang lalu

Periksa ke dokter

Anamnesis

- Nyeri telan dan hidung sebelah kanan terasa tersumbat sebagian - Seperti ada yang mengalir dibelakang tenggorokan - Gigi geraham atas tidak sakit

Pemeriksaan fisik - Sinusitis Etmoidalis - Sinusitis Frontalis

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis

Penatalaksanaan

Jumat, 14 Januari 2011

STEP V
1. Anatomi dan fisiologi hidung dan Sinus Paranasal 2. Rhinosinusitis Macam-macam Etiologi Gejala Penatalaksanaan Factor Resiko Komplikasi dan pencegahan 3. Anamnesis

STEP VI
Belajar Mandiri

STEP VII
1) Anatomi dan fisiologi hidung dan Sinus Paranasal Anatomi Hidung 1 Hidung Luar Menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat di bedakan atas tiga bagian:yang paling atas, kubah tulang yang dapat di gerakan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah di gerakkan. Belahan di bawah aperture pirifonis hanya kerangka tulangnya saja, memisahkan hidung luar dengan hidung dalam Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang fronontalis dan suatu bagian lamina perpendikularis tulang etmoidalasi. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesus makslaris medial embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai bagian dari hidung luar. Bagian berikutnya, yaitu kubah

kartilago yang sedikit di gerakan, di bentuk oleh kartilago leteralis superior yang saling berfungsi di garis tengah serta berfungsi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar atau lobulus hidung, di pertahankan bentuk oleh kartilago lateraris inferior. Lobulus menutup vestibulum nasi dan di batasi di sebelah mendia oleh kolumela, di rateral oleh ala nasi dan anterosuperior oleh ujung hidung. Mobilitas lobulus hidung penting untuk eksperesi wajah, gerakan mengendus dan bersin. Otot ekspresi wajah yang terletak subkutan diatas tulang hidung, pipi anterior dan bibir atas menjamin mobilita lobulus, jaringan ikat subkutan dan kulit ikut menyokong hidung luar. Jaringan lunak di antara hidung luar dan dalam dibatasi disebelah infrerior oleh Krista piriformis dengan kulit penutupnya, di medial oleh septum nasi dan tepi bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral. Struktur tersempit dari seluruh saluran pemanasan atas adalah apa yang di sebut sebagai limen nasa atau os internum oleh ahli anatomi, atau sebagai katup hidung Mink oleh ahli faal. Istilah katup dianggap tepat karena struktur ini bergerak bersama, dan ikut mengatur pernafasan. Gambar Bagian Luar Hidung

Hidung Dalam Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menjadi 2 hidung. Selanjutnya pada dinding lateral hidung terdapat pula konka dengan rongga udara yang tak teratur di antaranya meatus superior, media dan inferior, sementara kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga udara, struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cendrung bervariasi tebalnya, juga merubah resitensi,dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan skspirasi. Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dokongesti mukosa, perubahan benda vascular yang dapat mengembang pada konka septum atas, dan dari krusta dan deposit skret mukosa. Duktus nasolakrimalis bermuara pada meatus inferior di bagian anterior hiatus semilunasi dari meatus media merupakan muara sinus frontalis, etmoidalis anterior dan sinus maksilaris. Sel-sel sinus etmoidalis posterior bermuara pada meatus superior, sedangkan sinus sfenoidalis bermuara pada resesus sfenoetmaoidalis. Ujung-ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian medial dan lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung. Deformitas struktur demikian pula penebalan atau edema mukosa berlebihan dapat mencegah aliran udara untuk mencapai daerah olfaktorius dan dengan demikian dapat sangat menggangu penghiduan. Bagian tulang bagi septum terdiri dari kartilago septum ( kuadrangularis ) di sebelah anterior, lamina prependikularis tulang etmoidalis di sebelah atas, vomer dan rostrum sfenoid di posterior dan suatu krista di sebelah bawah, terdiri dari krista maksial dan kerista palatina. Krista dan tonjolan yang

terkadang perlu dia angkat, tidak jarang di temukan. Pembengkokan septum yang dapat terjadi karena faktor-faktor pertumbuhan atau pun trauma dapat semakin hebatnya sehinga mengganggu aliran udara yang perlu di koreksi secara bedah. Konka di dekatnya umumnya dapat mengkompensasi kelainan

septum ( bila tidak terlalu berat ), dengan memperbesar ukuran pada posisi yang konkaf dan mengecil pada sisi lain optimum. Jadi, meskipun septum nasi bengkok, aliran udara masih akan ada dan masih normal. Daerah jaringan erektil pada kedua sisi septum berfungsi mengatur ketebalan dalam berbagai kondisi atmosfir yang berbeda. Gambar Struktur Anatomi Dinding Lateral Hidung

Gambar Dinding Lateral Diperlihatkan Tanpa Konka Muara sinus paranasalis, demikian pula duktus lakrimalis dapat telihat membuka pada meatus yang bersesuaian.

Anatomi Sinus Paranasal 2 & 3 Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri ( anterior dan posterior ), sinus maksila kanan dan kiri ( antrium highmore ) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid. Fungsi sinus paranasal adalah : o Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak. o Sebagai pengatur udara ( air conditioning ). o Peringan cranium. o Resonansi suara. o Membantu produksi mukus.

A. Sinus Maksilaris Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I. Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15cc pada orang dewasa. Berhubungan dengan :

a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis ( berisi n. infra orbitalis ) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar. c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

B. Sinus Ethmoidalis Terbentuk pada usia fetus bulan IV. Saat lahir, berupa 2-3 cellulae ( ruangruang kecil ), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis. Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial ( meningitis, encefalitis dsb ). b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma. c. Nervus Optikus. d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

C. Sinus Frontalis Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. Volume pada orang dewasa 7cc. Bermuara ke infundibulum ( meatus nasi media ). Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

D. Sinus Sfenoidalis Terbentuk pada fetus usia bulan III. Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. Volume pada orang dewasa 7 cc. Berhubungan dengan :

a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum. c. Tranctus olfactorius. d. Arteri basillaris brain stem ( batang otak ) Fisiologi Hidung 4 o Jalan Napas Saluran pernafasan dimulai dari hidung yang mana hidung ini digunakan sebagai awal dalam jalanya udara kedalam tubuh sebelum sampe ke paruparu dan diedarkan keseluruh bagian tubuh. o Air Conditioning Udara luara tubuh/udara lingkungan sekitar memiliki suhu atau kelembapan yang berbeda-beda, yang mana suhu tesebut berbeda dengan suhu tubuh kita. Maka sebelum udara masuk kedalam tubuh harus disesuaikan dengan tubuh kita agar tubh tidak terkejut. Yang berperan dalam proses ini adalah lendir yang dihasilkan oleh mukosa yang ada di hidung. o Penyaring Udara Didalam saluran nafas memiliki silia-silia yang difunakan untuk menyaring udara yang masuk kedalam tubuh dari kotoran-kotoran yang terbawa udara saat kita bernafas. Begitu juga dihidung juga terdapat bulu hidung yang digunakan untuk menyaring udara. o Penghidu Pada hidung ditemukan adanya nervus olfaktorius yang mana memiliki funsi sebagai menhantarakan sensasi pembau/ penghidu ke otak. o Resonansi Udara Adanya rongga yang terdapat pada hidung maka akan juga berfungsi sebagai resonansi. Ketika kita berbicara sebagian udara yang digetarkan dari plica vocalis dilewatkan mulut dan hidung. Dan ketita melewati rongga akan terjadi resonansi.

o Membantu Proses Bicara Saat kita berbicara maka akan terjadi suara yang dapat terdengar dengan jelas itu karena terdapat hidung yang digunkan membantu pembentukan suara. Coba apabila ketika kita berbicara kemudian hidung kita ditutup maka suara yang keluar terdengar tidak jelas.

Fungsi sinus paranasal Fungsi sinus paranasal antara lain: 1. Sebagai pengatur kondisi udara ( air condition ) Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. 2. Sebagai penahan suhu Sinus paranasal bekerja sebagai penahan panas, melindungi orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. 3. Membantu keseimbangan kepala Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. 4. Membantu resonansi suara Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus. 5. Membantu produksi mucus.

2) Rhinosinusitis 7 Menurut American Academi of Orolaryngologi Head and Neck Surgery. Istilah sinusitis diganti Rhinosinusitis. Karena alasan : 1. Secara embriologis mukosa sinus lanjutan mukosa hidung. 2. Sinusitis hampir selalu didahului rinitis 3. Gejala gejala obstruktif nasi, rinore dan hiposmia dijumpai pada rhinitis ataupun sinusitis. Rhinosinusitis ialah sebagai peradangan lapisan mukoperiosteum hidung maupun sinus. Klasifikasi Rhinosinusitis Klasifikasi 1. Akut Lama < 4 Minggu Riwayat > 2 Faktor mayor, Catatan Demam atau muka sakit

1 faktor mayor dan 2 saja tidak mendukung, faktor minor, Secret purulen tanpa adanya gejala

pada atau tanda hidung yang lain. Pertimbangan rhinosinusitis bakteri, Bila gejala memburuk setelah 5 hari, atau gejala menetap > 10 hari atau adanya gejala berlebihan inveksi virus daripada akut

pemeriksa

2. Sub Akut

4 21 Minggu

Seperti Kronik

Sembuh setelah yang efektif

sempurna pengobatan

3. Kronik

> 12 Minggu

> 2 Faktor mayor,

Demam atau muka sakit

1 faktor mayor dan 2 saja tidak mendukung,

faktor minor, Secret purulen

tanpa

adanya

gejala

pada atau tanda hidung yang lain.

pemeriksa

4.Akut, Rekuren

Dahulu pernah sakit sembuh

total kemudian sakit lagi. 5.Eksaserbasi Dahulu pernah sembuh kambuh

akut pada kronik sakit

total kemudian sakit lagi. pernah tapi sembuh kambuh Dahulu sakit, tidak total

kemudian sakit kambuh lagi.

Etiologi 1. ISPA akibat virus 2. Rhinitis alergi 3. Rhinitis hormonal pada wanita hamil 4. Infeksi tonsil dan infeksi gigi 5. Polip hidung 6. Kelainan anatomi ( devisiasi septum atau hipertrofi konka ) 7. Sumbatan KOM ( komplek ostio meatal ) 8. Lingkungan yang berpolusi 9. Udara dingin dan kering 10. Serta kebiasaan merokok

Gejala Pustaka American Academy Of Otolaryngic Allergy (Aaoa) & American Rhinologic Sociaty (Ars) Gejala mayor - Nyeri wajah - Hidung buntu - Ingus purulen - Gangguan penghidu - Demam ( akut ) Gejala minor - Batuk - Demam ( kronik ) - Tenggorok berlendir - Nyeri kepala - Nyeri geraham - Nyeri telinga - Halitosis ( foetor ex ore/nasi ) Curiga sinusitis bila terdapat minimal 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor + minimal 2 gejala minor.

Penatalaksanaan Sinusitis akut dengan medikamentosa ( dekongestan, antibiotik, analgetik ) Sinusitis kronik : operatif ( Kaag Punctie/Antrostomi, CWL, FESS/Functional Endoscopic Sinus Surgery ). Penanganan terhadap faktor predisposisi/etiologinya kembali karena faktor predisposisi. mencegah timbul

Factor resiko Faktor-faktor risiko penyakit rhinosinusitis : 1. Alergi 2. Infeksi 3. variasi anatomi 4. Tumor dan iritasi kronik. Salah satu pemeriksaan tambahan yang menjadi baku emas adalah CT Scan sinus paranasal, karena dapat menilai variasi atau kelainan anatomi dan mampu menggambarkan struktur anatomi, kondisi kompleks osteomeatal dan visualisasi ada tidaknya jaringan patologis dan cairan di sinus. Etiologi rinosinusitis lebih dari 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan pada mukosa sinus. Rinitis alergi berperan dalam patogenesis rinosinusitis maksilaris kronik melalui edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menyebabkan penyempitan muara sinus dan stasis sekret. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia bervariasi antara 1,5-12,3% dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penegakan diagnosis rinitis alergi menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan skin prick test. Tujuan: Mengetahui peran rinitis alergi sebagai salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik. Metode: Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol. Persangkaan rinosinusitis kronik sesuai kriteria Task Force dan waktu lama keluhan, yang datang berobat ke poliklinik THT RSUP Dr. Sardjito. Setiap kasus persangkaan rinosinusitis kronik dilakukan pemeriksaan CT Scan sinus paranasal dan penilaiannya berdasarkan kriteria Lund McKay untuk mengetahui ada tidaknya rinosinusitis maksilaris, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 ( kasus ) dengan gambaran CT Scan menunjukkan rinosinusitis maksilaris ( + ) dan kelompok 2 ( kontrol ) dengan gambaran CT Scan menunjukkan rinosinusitis maksilaris ( - ). Masing-masing kelompok dilakukan skin prick test dan dianalisis. Jumlah sampel yang dibutuhkan minimal adalah 38 untuk masingmasing kelompok. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi square dan regresi logistik. Chi square ( Analisis univariat ), rinitis alergi sebagai faktor

risiko untuk mendapatkan: Odds Ratio ( OR ), CI 95% dengan tingkat signifikasi 5%). Apabila nilai ekspektasinya dalam satu sel kurang dari 5 akan digunakan Fischer exact test. Regresi logistik ( analisis multivariat ) untuk melihat peran masing-masing variabel bebas selain rinitis alergi terhadap kejadian rinosinusitis maksilaris kronik. Hasil: Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik. Dengan analisis statistik Chi square didapatkan angka Odds Ratio(OR) sebesar 3,95. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penderita rinitis alergi mempunyai risiko rinosinusitis maksilaris kronik sebesar 3,95 kali dibandingkan yang tidak menderita rinitis alergi. ( CI 95% 1,55-10,11; p= 0,003 ). Simpulan : Rinitis alergi berperan sebagai salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik. Kata kunci : rinosinusitis maksilaris kronik, rinitis alergi, faktor risiko, skin prick test, CT Scan paranasal Beberapa faktor non infeksi juga dapat menimbulkan rhinosinusitis akut yaitu :

Alergi Peradangan yang diakibatkan oleh alergi dan komplikasi dari alergi dimana seringkali tersering infeksi saluran napas dapat menyumbat saluran sinus. Ciri penderita alergi atau hipersensitif pada hihung adalah bila tidur atau dalam keadaan normal anak mulut sering terbuka, tidur malam hari kadang ngorok, sering mimisan, pagi hari sering bersin, malam hidung sering buntu, hidung seringb gatal.

Infeksi saluran napas berulang dan berkepanjangan. Infeksi batuk pilek dalam seminggu sembuh beberapa hari kemudian tertular lagi. Kondisi ini terjadi dalam keadaan anak dengan daya tahan tubuh yng menurun. Pada penderita alergi yang tidak terkendali seringkali disertai daya tahan tubuh yang menurun

Sekat hidung bengkok. Sekat hidung yang bengkok dapat menyempitkan atau menyumbat saluran sinus.

Polip hidung Daging tumbuh ( polip ) di hidung dapat menyumbat saluran sinus.

Beberapa penyakit lain seperti fibrosis kistik, refluks gastroesofageal, HIV, dan penyakit imunodefisiensi lainnya dapat menyebabkan sumbatan di hidung.

Sumbatan yang terjadi pada sinusitis dapat bertambah parah jika terkena asap rokok atau polusi udara lainnya, karena dapat memperparah iritasi dan inflamasi yang ada.

Meskipun sangat jarang, jika sinusitis diperkirakan disebabkan oleh infeksi bakteri, penderita biasanya diberikan antibiotik seperti amoksisilin, doksisiklin, atau kotrimoksazol.

Tetapi jika sinusitis bukan disebabkan oleh bakteri, antibiotik tidak diberikan. Sebenarnya hal inilah yang seringkali terjadi.

Komplikasi 6 1. Komplikasi orbita Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita. Terdapat lima tahapan : Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan

unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik. Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari : a. Oftalmoplegia. b. Kemosis konjungtiva. c. Gangguan penglihatan yang berat. Kelemahan pasien. Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak. 2. Mukokel Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya. Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3. Komplikasi Intra Kranial Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis. Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial. Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi. 4. Osteomielitis dan abses subperiosteal Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil. Pencegahan 5 Cara pencegahan sinusitis atau kekambuhan sinusitis dapat dikatakan bervariasi karena banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit ini. Untuk mencegah sinusitis atau kekambuhannya kita harus menghindarai faktor faktor yang dapat menyebabka terjadinya sinusitis, disamping juga melakukan koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang dapat melattar belakangi penyakit ini. Seorang penderita sinusitis walaupun telah menjalani pengobatan dan operasi akan dapatmengalai kekambuhan apabila tidak menghindari factor-

faktor penyebab, atau tidak dilakukan koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang melatar belakanginya. Faktor-faktor penyebab di bedakan menjadi 2 yaitu. Factor local dan sistemik Faktor local ( semua kelainan hidung yang dapat mengakibatkan sumbatan ) Hindari penyebab infeksi denga memakai masker ditempat yang berpolusi baik di tempat kerja maupun saat bersepeda ( dijalan ) Menghindari penyebab alergi, Benda asing Factor sistemik ( dari luar hidung ) Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak tejadi penyakit seperti ( diabetes dan AIDS ) Menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan sinusitis. Menjalani pola hidup sehat Penanganan sinusitis secara tuntas

3) Anamnesis Identitas: Nama : wanita Umur : 39 tahun Alamat : Onset : 3 bulan yang lalu Keluhan : Kepala sakit di sebelah kanan saja terutama saat melihat cahaya Nyeri telan Hidung kanan tersumbat Post nasal drip Tidak ditemukan sakit gigi geraham atas

ditemukan 2 gejala mayor dari sinusitis yaitu hidung tersumbat dan sakit kepala disertai gejala minor yaitu nyeri telan dan post nasal drip, dapat diambil diagnosis sementara adalah sinusitis. Kuantitas : -

Kualitas : Faktor yang memperberat : nyeri kepala bertambah berat saat melihat sinar Pekerjaan : bekerja di pabrik garment tanpa memakai masker.

Diagnosis Deferential Dicurigai pasien ini menderita sinusitis karena faktor lingkungan yang sudah bersifat kronis. Dari keluhan yang diajukan lebih mengarah pada sinusitis ethmoid karena terdapat keluhan fotofobia, untuk menguatkan diagnosis perlu di lakukan foto rongent.

Tindakan sementara Diberi antibiotik sistemik, dekongestan, dan tetes hidung topikal serta dianjurkan untuk memakai masker saat bekerja. Dan dirujuk ke dokter spesialis THT-KL karena sudah bersifat kronik.

Daftar Pustaka
1. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit EGC : Jakarta. 2. Damayanti dan Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. 2002. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher. ed. 5. Balai Penerbit FK UI : Jakarta 3. http://medlinux.blogspot.com 4. Arsyad, dkk. 2007. Bulu ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Balai penerbit FKUI : Jakarta 5. Majalahkasih.pantiwilasa.com 6. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VI. FKUI : Jakarta 7. Sudoyo Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta

You might also like