You are on page 1of 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritik Fokus Penelitian 2.1.1 Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) Istilah Jardiknas (Jaringan Pendidikan Nasional) digunakan pertama kali bulan Juli 2006 sejalan dengan program pengembangan infrastruktur ICT (Information and Communication Technology) di lingkungan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) Mandikdasmen Depdiknas. Pada awalnya, PSMK Mandikdasmen Depdiknas berencana membangun infrastruktur Jaringan online skala nasional untuk kebutuhan interkoneksi antar sekolah (Zona Sekolah) di setiap wilayah Kota/Kabupaten se-Indonesia. Dalam perkembangannya,

infrastruktur Jaringan online tersebut juga dihubungkan ke seluruh kantor Dinas Pendidikan Propinsi dan Kota/Kabupaten se-Indonesia sebagai simpul lokal Jardiknas di daerah (Zona Kantor Dinas). Dimana setiap kantor dinas pendidikan (sebagai simpul lokal) tersebut berkewajiban untuk mendistribusikan koneksi Jardiknas ke sekolah-sekolah termasuk sekolah SMK yang berfungsi sebagai ICT Center di daerah masing-masing.

11

Sejalan dengan program Jardiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti Depdiknas) juga turut mengembangkan infrastruktur Jaringan skala nasional khusus antar perguruan tinggi yang disebut INHERENT (Indonesia Higher Education Network). Ada 32 perguruan tinggi negeri sebagai simpul lokal inherent dimana simpul lokal tersebut mendistribusikan koneksinya ke perguruan tinggi lain di wilayah masing-masing. Hingga akhir tahun 2006 infrastruktur Jardiknas dan Inherent belum sepenuhnya terintegrasi menjadi satu kesatuan inrastruktur Jaringan pendidikan nasional secara utuh. Pada bulan Maret 2007, infrastruktur Jardiknas diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada acara pembukaan konferensi regional antar Menteri Pendidikan se Asia Tenggara di Bali (SEAMEO South East Asian Ministry Of Education). Peresmian Jardiknas tersebut diikuti dan disaksikan juga oleh 34 lokasi terpilih melalui sistem video conference Jardiknas secara bersamaan yang melibatkan perwakilan dari beberapa Dinas Pendidikan Propinsi, Kota/Kabupaten, Perguruan Tinggi dan beberapa sekolah. Pada bulan akhir Mei 2007, Komisi X DPR RI melakukan evaluasi terhadap program Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan Depdiknas. Hasil evaluasi tersebut mengamanahkan untuk mengintegrasikan secara utuh

keberadaan infrastruktur jaringan online di lingkungan Depdiknas (agar berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Dalam rangka integrasi Jardiknas dan Inherent tersebut, Biro Perencanaan dan KLN Sekretariat Jenderal Depdiknas ditugaskan untuk membuat perencanaan dan mengimplementasikan infrastruktur Jaringan online skala nasional yang terpadu.

12

Mulai bulan Agustut 2007 program integrasi tersebut secara resmi menggunakan satu istilah saja yaitu: Jardiknas (Jaringan Pendidikan Nasional). Dimana infrastruktur Inherent yang sebelumnya berdiri sendiri, sekarang telah terintegrasi secara utuh bagian dari Jardiknas (zona Perguruan Tinggi)
Secara umum Jardiknas merupakan intranet/Wide Area Network (WAN) yang

menghubungkan antara simpul pendidikan di seluruh Indonesia/nasional yang terdiri dari 4 zona Jaringan, meliputi: Zona Kantor Dinas/Insitusi: Transaksi data online SIM Pendidikan, Zona Perguruan Tinggi (Inherent): Riset dan Pengembangan IPTEKS, Zona Sekolah (Schoolnet): Akses Informasi dan ELearning Sekolah dan Zona Personal (Guru dan Siswa): Akses Informasi dan ELearning Personal

Sejak tahun 2008 Pustekkom telah menerima mandat dari Menteri Pendidikan Nasional untuk Jardiknas. Maka sesuai kesepakatan dan komitmen antara Biro PKLN dan Pustekkom, pada hari Selasa tanggal 1 April 2008 telah dilaksanakan serah-terima pengelolaan Jardiknas dari Biro PKLN kepada Pustekkom. Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditandatangani kontrak Sewa Bandwidth dan Kelengkapannya untuk Jardiknas. Kontrak meliputi layanan bandwidth intranet (domestik) dan internet (internasional) untuk 1.072 lokasi di Zona Kantor dan Zona Perguruan Tinggi yang meliputi: 34 Dinas Pendidikan Provinsi, 461 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 17 Balai Bahasa, 17 Balai Tekkom, 7 Balai PNF, 16 BPKB, 7 BPPLSP, 12 unit Depdiknas Pusat, 4 Kantor Bahasa, 31 LPMP, 12

13

P4TK, 60 SKB, 161 ICT Center, 20 Perpustakaan, 10 Museum Nasional, 154 Perguruan Tinggi, 37 UPBJJ-UT, dan 12 Kopertis.

2.1.2 Jardiknas Schoolnet Jardiknas Schoolnet merupakan layanan koneksi ke jardiknas khusus bagi zona sekolah. Schoolnet, sebagai bentuk kerjasama Depdiknas dengan PT. Telkom dalam penyediaan infrastruktur koneksi ke sekolah-sekolah menggunakan teknologi ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) yang lebih dikenal dengan produk Speedy Telkom. Namun demikian bagi sekolah-sekolah di wilayah Indonesia yang belum terjangkau infrastruktur Speedy Telkom dapat

menggunakan jalur wireless 2.4 Ghz yang dikoordinir oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten masing-masing. Berdasarkan Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat (5): Jejaring Pendidikan Nasional yang selanjutnya disebut Jardiknas adalah jaringan tertutup (intranet) yang menghubungkan antara simpul pendidikan di seluruh Indonesia yang terdiri atas zona kantor, zona perguruan tinggi, zona sekolah, dan zona perorangan (personal). Jardiknas zona sekolah atau schoolnet melingkupi integrasi mesin pengolah data (server), media penyimpan data (storage), dan perangkat jejaring (network device) baik tertutup (intranet) maupun terbuka (internet) serta sistem dan aplikasi legal (proprietary atau non-proprietary/open source) yang mendukung layanan pembelajaran, administrasi dan informasi serta kebijakan berbasis elektronik

14

(digital) melalui fasilitas intranet/internet untuk SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTs, MA, dan MAK di 33 provinsi. Sebagai Jaringan teknologi yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan JARDIKNAS mempunyai banyak produk yang bisa di download dan diaplikasikan dalam kegiatan proses belajar membelajarkan baik formal maupun nonformal, oleh siapapun, terutama kalangan pendidikan, produk Jardiknas schoolnet tersebut adalah : a. E-dukasi Net Edukasi net adalah portal pendidikan yang menyediakan bahan belajar dan fasilitas komunikasi antar komunitas pendidikan. Portal ini berisi bahan belajar, wahana aktifitas komunitas dan info pendidikan. Manfaat portal e-dukasi.net antara lain : 1. Sumber belajar dan informasi pendidikan 2. Sarana komunikasi serta kolaborasi 3. Wahana berbagi informasi b. TV-E TVE merupakan salah satu statsiun televisi pemerintah yang berkedudukan dibawah depdiknass pustekkom yang memiliki peran serta dalam upaya pencerdasaan anak bangsa dengan menghadirkan berbagai layanan siaran pendidikan yang berkualitas untuk menunjang tujuan penddidikan nasional. Visi TVE adalah menjadi siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan. Misi yang diemban adalah menyiarkan program yang mencerdas-

15

kan masyarakat, menjadi tauladan masyarakat, menyebarluaskan informasi dan kebijakan-kebijakan Depdiknas, dan mendorong masyarakat gemar belajar. C. Sicerdik SICERDIK (Situs Cerdas dan Mendidik) merupakan portal pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengertian kepada masyarakat luas mengenai konsep cyber school, dan manfaatnya bagi dunia pendidikan. Implementasi teknologi aktual dan tepat guna untuk mendukung efektifitas akses dan distribusi pengetahuan untuk kebutuhan dunia pendidikan, untuk

meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Memberikan kemudahan bagi semua unsur masyarakat yang terlibat dengan kemajuan dunia pendidikan untuk saling berkomunikasi, berkolaborasi guna mendapatkan pengetahuan semaksimal mungkin. pendidikan nasional yang bermutu dan bermanfaat. D. Bimbel Online Bimbingan Belajar Online (Bimbel Online) merupakan Bimbingan belajar bagi siswa-siswa tingkat SMP dan SMA secara on line melalui internet dan intranet (JARDIKNAS) yang dikelola oleh para tutor/guru yang berkompeten di bidangnya. Dengan fasilitas interaksi langsung melalui teknologi audio, video confrence, milis serta materi yang didapat secara online diharapkan siswa dapat terbantu siswa dalam menyiapkan diri menghadapi ujian. Menyediakan content

16

E. Portal Video Jardiknas Video JARDIKNAS merupakan portal video seperti youtube yang dikelola oleh JARDIKNAS dan berisi video-video yang informasinya bersifat mendidik. Setiap mata pelajaran terkaver dalam video ini. 2.1.3 Infrastuktur Schoolnet
2.1.3.1. Infrastruktur schoolnet

di Pusat:

a. NOC (Network Operations Center) Jardiknas yang berada di 2 (dua) lokasi, yaitu di Pustekkom Kemdiknas Ciputat dan Gedung Cyber Jakarta dengan kapasitas bandwidth 600 Mbps; b. Schoolnet Monitoring System (SMS); dan di 16.678 Sekolah adalah Modem ADSL yang

2. 1.3.2 Infrastruktur Schoolnet

dilengkapi kabel daya, kabel komunikasi RJ-11, dan kabel data RJ-45. 2.1.4 Peta Gelaran Schoolnet Pada tahun 2011 ini Pustekkom Kemdiknas akan menggelar schoolnet di 33 provinsi dengan rincian:
2.938 titik SMA (27,3% dari total SMA) 2.214 titik SMK (29,2% dari total SMK) 4.717 titik SMP (16,4% dari total SMP) 4.053 titik SD (2,8% dari total SD) 990 titik MA (17,5% dari total MA) 1.273 titik MTs (9,6% dari total MTs), dan

17

493 titik MI (2,3% dari total MI)

Total jumlah titik koneksi schoolnet 2011 mencapai 16.678 sekolah (7,2% dari total sekolah di Indonesia). Jumlah ini diharapkan dapat ditingkatkan melalui kerjasama dengan pihak ketiga atau melalui dukungan biaya dari Dana BOS 2011. 2.1.5 Pengelola Schoolnet Sesuai Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat (1) Butir (f), maka Kepala Sekolah adalah penanggungjawab pengelolaan Jardiknas pada Zona Sekolah (Schoolnet). Kepala sekolah disarankan untuk menunjuk sekurangkurangnya 1 (satu) orang staf yang memiliki kompetensi di bidang Teknik Komputer dan Jaringan untuk menjalankan tugas sebagai teknisi schoolnet di sekolah yang dipimpinnya. Teknisi Schoolnet sehari-hari bertugas menjaga koneksi schoolnet tetap online selama dimanfaatkan oleh siswa, guru dan pegawai pada jam-jam efektif belajar atau kerja di sekolah.

2.1.6 Pendistribusian Akses Schoolnet Akses internet melalui schoolnet sebaiknya didistribusikan ke beberapa komputer melalui jaringan lokal (LAN: Local Area Network), baik melalui kabel maupun nirkabel (Wi-Fi: Wireless Fidelity). Sehubungan dengan hal tersebut maka sekolah-sekolah penerima bantuan Schoolnet disarankan segera membangun

LAN yang mudah dibangun, dikembangkan dan dipelihara.

18

Mekipun standar distribusi akses schoolnet per-titik sekolah adalah untuk 5 (lima) unit komputer, namun demikian di beberapa daerah dapat didistribusikan hingga maksimum 10 (sepuluh) unit komputer. Titik-titik distribusi akses schoolnet di sekolah disarankan sebagai berikut: 1. 2. 3. SD/MI : Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru/TU, dan Perpustakaan SMP/MTs : Ruang Guru/TU dan Lab. Komputer SMA/SMK/MA : Lab. Komputer/Multimedia sehari-hari, maka Modem Schoolnet

Untuk memudahkan aktifasi Schoolnet

sebaiknya ditempatkan di Ruang TU atau Lab. Komputer. 2.1.7 Jadwal Pemanfaatan Schoolnet Schoolnet dikoneksikan melalui saluran telepon dan media modem berteknologi ADSL. Teknologi ini memungkinkan kita berkomunikasi data (internet) sekaligus berkomunikasi suara melalui telepon atau faksimil pada saat yang bersamaan. Akses schoolnet tidak menggunakan pulsa telepon, oleh karena itu kita dapat mengaktifkan schoolnet ber-jam-jam setiap harinya tanpa perlu khawatir akan menambah biaya pulsa/tagihan telepon reguler kita. Modem schoolnet sebaiknya dihidupkan (on) 30 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai dan dimatikan (off) 30 menit setelah jam pelajaran terakhir usai. Contoh: jika jadwal pembelajaran harian suatu SD dimulai pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 13.00, maka schoolnet dihidupkan pada pukul 06.30 dan dimatikan pada pukul 13.30 waktu setempat. Modem schoolnet dapat dimatikan

19

dan dihidupkan kembali di tengah jam-jam pembelajaran manakala koneksi down atau rekonfigurasi sistem modem. Rerata ideal jam pemanfaatan (usage) schoolnet sebagai berikut: SD/MI : 7-8 jam per-hari SMP/MTs : 9-10 jam per-hari SMA/SMK/MA : 11-12 jam per-hari 2.1.8 Komitmen Schoolnet Schoolnet difasilitasi oleh Pustekkom Kemdiknas agar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh seluruh siswa, guru, pegawai, pustakawan, dan kepala sekolah (civitas sekolah). Sehubungan dengan hal itu maka Pustekkom Kemdiknas mewajibkan kepada para penanggungjawab dan teknisi schoolnet di sekolah untuk: mensosialisasikan layanan dan manfaat schoolnet kepada civitas sekolah, melatih civitas sekolah menggunakan schoolnet untuk belajar, bekerja dan berkomunikasi, mengarahkan civitas sekolah agar memanfaatkan surat elektronik (e-mail) dalam aktifitas sehari-hari di sekolah maupun di rumah, dan mengenalkan dan mengajak civitas sekolah untuk berkomitmen pada etika berinternet dan internet sehat di sekolah maupun di rumah. 2.1.9 Komitmen Schoolnet Sehat Schoolnet tidak diproteksi atau difilterisasi dari situs, aplikasi dan konten terlarang bagi siswa secara terpusat di Pustekkom Kemdiknas maupun di penyedia

20

jasa (PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk) karena secara sistem akan membebani traffic yang berujung pada terhambatnya koneksi atau lambatnya akses schoolnet, oleh karena itu setiap pengelola schoolnet wajib berkomitmen untuk mengelola schoolnet sehat dengan cara mengaktifkan DNS Nawala dan menginstalasi aplikasi K-9 Web Protection.

2.1.10 Pemanfaatan Schoolnet oleh Siswa Siswa dapat memanfaatkan fasilitas schoolnet di lab komputer/multimedia ada jam pelajaran atau di perpustakaan pada saat jam istirahat antara lain untuk: 1. Mencari pranala informasi dan referensi tugas yang diberikan oleh guru; 2. Mengunduh teks, grafis, animasi, audio, atau video yang berkaitan dengan materi pembelajaran; 3. Mengunggah laporan karya ilmiah ke blog/web siswa; 4. Berkomunikasi melalui e-mail; dan 5. Berkolaborasi dengan siswa lain melalui mailing-list (milis) 2.1.11 Pemanfaatan Schoolnet oleh Guru Guru dapat memanfaatkan fasilitas schoolnet di ruang kelas, Lab

Komputer/Multimedia dan Pusat Sumber Belajar (PSB) pada jam pelajaran atau di ruang guru pada saat jam istirahat antara lain untuk: 1. Mencari pranala informasi dan referensi materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa; 2. Mengunduh teks, grafis, animasi, audio, atau video untuk memperkaya ilustrasi materi pembelajaran;

21

3. Mengunggah materi pembelajaran ke blog/web guru; 4. Berkomunikasi melalui e-mail; dan 5. Berkolaborasi dengan guru lain melalui forum dan mailing-list (milis). 2.1.12 Produk Schoolnet Pemanfaatan fasilitas schoolnet di sekolah diharapkan dapat mambantu siswa, guru, pegawai, pustakawan, dan kepala sekolah dalam meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta jaringan sosial yang positif dan potensial untuk mendukung prestasi belajar dan bekerja masing-masing. Salah satu indikator keberhasilan pemanfaatan schoolnet adalah produk-produk pembelajaran yang dihasilkan oleh setiap pengguna di sekolah, berikut ini beberapa produk yang diharapkan dapat dihasilkan dari pemanfaatan schoolnet : 1. Siswa: a. Presentasi hasil tugas belajar b. Foto, audio atau video karya ilmiah siswa c. Blog/Web Portofolio Karya Ilmiah Siswa 2. Guru: a. Presentasi materi pembelajaran atraktif dan interaktif b. Foto, audio atau video pembelajaran c. Blog/web materi pembelajaran atraktif, interaktif dan kolaboratif

22

2.2 Lingkungan Sekolah Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif. Lingkungan sekolah dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar. Lingkungan sekolah dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan sekolah dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan demikian, lingkungan sekolah merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan sekolah terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. 2.2.1 Lingkungan Fisik Sekolah Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah, dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataannya

23

Alex (1996:109), mengemukakan bahwa lingkungan fisik sekolah adalah segala sesuatu yang ada disekitar siswa dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas belajar yang dibebankan kepadanya. Sedangkan Feldman (1983:142) bahwa lingkungan fisik adalah sumber kepuasan, keluhan mengenai lingkungan fisik, adalah symbol atau perwujudan dari prestasi yang dalam, karena itu perlu mendapat perhatian dari pengelola lingkungan. Lingkungan fisik dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan sekolah yaitu; 1. Pengaturan kebersihan sekolah, yang bertujuan untuk mewujudkan situasi lingkungan sekolah yang bersih, sehat dan nyaman agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penjagaan kebersihan sekolah, yaitu kebersihan sekolah merupakan tugas dan tanggungjawab bersama sesuai dengan tuntutan kebutuhan lingkungan hidup yang sehat di sekolah, tiap ruang di sekolah disediakan tempat sampah, disetiap sudut halaman, pembagian tugas membersihkan kelas oleh siswa, merapikan dan membersihkan kursi dan meja usai belajar, mengadakan gerakan kerja bakti kebersihan secara teratur, memberikan sanksi bagi siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya. 2. Penjagaan keamanan sekolah, kegiatan penjagaan keamanan bertujuan untuk mewujudkan situasi dan keadaan sekolah yang aman dan tertib agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar. 3. Pengaturan kamar mandi dan kamar kecil. Keberadaan kamar mandi dan kamar kecil bagi suatu sekolah sangat penting. Idealnya setiap sekolah memiliki kamar mandi dan kamar kecil untuk kepala sekolah, guru dan siswa putra dan siswa putri. Memperhatikan pentingnya, maka kamar mandi dan kamar kecil

24

harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Untuk menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, para siswa perlu diikutserta-kan dalam menjaga dan memelihara kebersihan kamar mandi dan kamar kecil. 4. Pengaturan halaman sekolah. Halaman sekolah merupakan bagian dari sekolah yang perlu diperhatikan/dijaga keberadaannya karena halaman sekolah sebagai tempat bermain, tempat praktek pendidikan jasmani,dan tempat upacara bendera. 5. Pengaturan taman/kebun sekolah. Apabila memungkinkan, sekolah seyogyanya mengusahakan taman/kebun sekolah, karena dapat dijadikan sebagai tempat praktek atau penelitian serta menambah kesejukan lingkungan sekolah. 6. Pengaturan ruang belajar. Ruang belajar merupakan tempat siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ruang belajar tersebut melputi rung kelas, ruang laboratorium dan ruang auditorium. 7. Pengaturan ruang perpustakaan. Ruangan perpustakaan adalah ruangan yang digunakan untuk menyelenggarakan perpustakaan, dapat berupa ruang kelas, bagian sebuah ruangan, atau ruangan khusus. 8. Pengaturan warung atau kanting sekolah. Warung sekolah adalah sarana untuk membiasakan siswa agar dapar mengenal dan memilih dan membiasaan memakan makanan yang sehat dan bergizi serta menghindarkan dari kebiasaan jajan disembarang tempat.

2.2.2 Lingkungan Sosial Sekolah Saroni dalam Kusmoro (2006:83), menjelaskan bahwa : dalam lingkungan sosial

25

berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan karyawan, dan siswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi antar personil. Dan kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik. Lingkungan sosial yang kondusif dalam hal ini, misalnya adanya keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu dalam lingkungan sosial kelas hendaknya juga diciptakan sekondusif mungkin, agar suasana kelas dapat digunakan sebagai ajang dialog mendalam dan berpikir kritis yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, dan lain-lain, demokratis serta religius. Selanjutnya lingkungan non fisik/lingkungan sosial dapat dikembangkan fungsinya yaitu untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif seperti adanya musik yang digunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung. Musik tersebut digunakan menjadika suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap terkonsentrasi. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dipertegas bahwa lingkungan sosial kelas adalah upaya penciptaan suasana belajar atau suasana kelas belajar sehingga interaksi di dalam kelas kondusif. Di mana suasana kelas belajar berlangsung santai bermakna, demokratis, adil, religius, dan siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. Di samping itu ketika siswa sedang bekerja /mengerjakan suatu masalah dapat diputarkan musik belajar. Dalam hal ini tugas guru menurut

26

Mulyasa (2006:210&218), adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, juga selain menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan tetapi juga menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu peran guru harus bisa membiasakan pengaturan peran serta/ tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran bagi tiap siswa menjadi bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara siswa dan guru maka kebersaman akan terbentuk sehingga hal (lingkungan belajar) untuk menjadikan pembelajaran berenergi menjadi tuntutan tiap siswa. Hal yang menjadikan pembelajaran berenergi adalah tanggung jawab bersama tiap siswa.

2.3 Sarana Prasarana Sekolah Dalam khazanah peristilahan pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi saranaprasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Tatang menjelaskan (2001:07) sarana pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana

27

pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-masing, yaitu sarana pendidikan untuk memudahkan penyampaian/mempelajari materi pelajaran, prasarana pendidikan untuk

memudahkan penyelenggaraan pendidikan. Dalam makna inilah sebutan digunakan langsung dandigunakan tidak langsung dalam proses pendidikan seperti telah disinggung di muka dimaksudkan. Jelasnya, disebut langsung itu terkait dengan penyampaian materi (mengajarkan materi pelajaran), atau mempelajari pelajaran. Papan tulis, misalnya, digunakan langsung ketika guru mengajar (di papan tulis itu guru menuliskan pelajaran). Meja murid tentu tidak digunakan murid untuk menulis pelajaran, melainkan untuk alas murid menuliskan pelajaran (yang dituliskan di buku tulis; buku tulis itulah yang digunakan langsung). 2.3.1 Sarana Pendidikan Sarana pendidikan itu berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi: (1) alat pelajaran, (2) alat peraga, dan (3) media pengajaran/pendidikan. a. Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat pelaksanaan kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan merekam itu bisa berupa menulis, mencatat, melukis, menempel, dan sebagainya.

28

b. Alat peraga Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek atau materi pelajaran (yang tidak tampak mata atau tak terindera, atau susah untuk diindera). Manusia punya raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat. Dengan kata lain, bagian raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika dibedah). Itu intinya meragakan, yaitu menjadikan sesuatu yang tak terlihat menjadi terlihat. Dalam arti luas yang tak terindera (teraba untuk yang tunanetra). c. Media pendidikan Media pendidikan (media pengajaran) itu sesuatu yang agak lain sifatnya dari alat pelajaran dan alat peraga. Kadang orang menyebut semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat pelajaran dan alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga membantu guru dalam mengajar. Guru mengajarkan materi pelajaran dibantu (agar murid dapat menangkap pelajaran lebih baik) oleh alat pelajaran dan alat peraga. Oleh media, di sisi lain, guru bisa dibantu digantikan keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa tidak ada di kelas, digantikan oleh media. 2.3.2 Prasarana Pendidikan Prasarana pendidikan adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan. Ruang kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan kursi itu termasuk prasarana pendidikan. Jelasnya, kegiatan belajar di ruang kelas (yang

29

sejuk dan sehat) tentu lebih nyaman dibandingkan di luar ruangan yang panas berdebu. Belajar dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih enak daripada duduk di bangku yang reyot atau lesehan (duduk-duduk bersila). 2.4 Pengertian Evaluasi Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam yang di kutip oleh Anhari (1990:81) bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Selanjutnya The joint committee on Standars For Educational Evaluation(1994) , mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistematis tentang keberhasilan suatu tujuan. Sedangkan Djaali (2002:52) mendefinisikan bahwa Evaluasi

sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas obyek yang dievaluasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil suatu keputusan. 2.4.1 Evaluasi CIPP Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian

30

evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu. Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, peneliti hanya akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.

31

Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya Konsep evaluasi model CIPP (context,Input, Prosess and Product) pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam padatahun 1965 sebagai hasil usahanya mengeavaluasi ESEA ( the Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi memperbaiki. The CIPP approach is based on the view that most important purpose of evaluation is not prove but to improve (Madaus, Scriven, Stufflebeam, 1993:118). 2.4.2 Komponen Evaluasi CIPP Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen perusahaan dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program maupun isntitusi. menggolongkan system Dalam bidang pendidikan Stufflebeam atas empat dimensi, yaitu

pendidikan

context,input,process dan product, sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi nama CIPP model yang merupakan singkatan keempat dimensi tersebut. Nana Sudjana & Ibrahim (2004:246) menterjemahkan masing-masing dimensi sebagai berikut : 1. Context Situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam system yang bersangkutan, sperti misalnya masalah lingkungan baik fisik maupun sosial.

32

2. Input Infrastruktur, dukungan sarana prasarana, dukungan dana dan sumber daya manusia penopang keberlangsungan program pendidikan diselenggarakan. 3. Process Pelaksanaan program dan pemanfaatannya di dalam kegiatan nyata dilapangan. 4. Product Hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan program yang bersangkutan. 2.5 Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian dari teori sebelumnya, diketahui bahwa keterlaksanaan program Jardiknas dinilai dari pendayagunaan dan pengembangan program yang akan

tersebut. Berhubung dengan hal tersebut Nurhavid Agil dan Zulkarnain (2009) telah melakukan penelitian tentang Implementasi Jaringan Pendidikan Nasional di Provinsi Lampung. Menurutnya program Jardiknas schoolnet yang dinilai dari pelaksanaan Jardiknas zona kantor di Dinas pendidikan Kabupaten/ Kota masih belum optimal, walaupun sarana prasarana penunjang program sangat memadai. Hasil penelitian Didik Dzikrullah menyimpulkan, Sistem schoolnet sebagaia media e-learning mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan jaman dengan dukungan teknologi informasi dimana semua penduduk masuk ke era digital, baik mekanisme maupun konten. Pemanfaatan schoolnet dapat mengemat

33

biaya dan mempermudah system belajar, akan tetepi perlu investasi yang besar agar terlaksananya system pembelajaran berbasis TIK ini.

You might also like