You are on page 1of 15

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan merupakan kegiatan

pengamatan/surveilans yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam suatu siklus musim haji dengan menggunakan sistem komputerisasi, meliputi pengumpulan data-data tentang kejadian yang berhubungan dengan status kesehatan jemaah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi, yang diikuti dengan kegiatan pengolahan dan analisis data serta penafsiran dan penyebarluasan hasil analisis tepat waktu kepada stakeholder untuk pencegahan dan pengendalian. Hasil surveilans kesehatan haji pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa masalah kecepatan, ketepatan (validitas) dan kelengkapan data kesehatan haji merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan cepat dalam rangka penanggulangan berbagai masalah kesehatan haji. Beberapa masalah yang timbul antara lain banyaknya formulir yang harus dilengkapi diberbagai tingkat dirasakan menghambat waktu pelayanan kepada jemaah, sementara disisi lain catatan yang dibuat menunjukkan kinerja para petugas, masalah lain adalah duplikasi pada pencatatan yang dilakukan diberbagai tempat menyebabkan persepsi yang tidak sama dan multiinterpretasi terhadap data yang ada, ketidak seragaman dalam menegakkan diagnosis, analisis surveilans yang sangat sederhana dan lambat sehingga kerap tidak mampu memenuhi kebutuhan pengambil kebijakan. Departemen agama sebagai koordinator penyelenggaraan haji dan subdit kesehatan haji departemen kesehatan yang bertanggung jawab terhadap bidang kesehatan telah melakukan banyak perbaikan, tidak hanya dalam hal penyediaan sarana pelayanan kesehatan kepada jemaah haji tetapi juga perbaikan dalam ketepatan diagnosis, serta sarana alat pencatatan dan pelaporan serta cara analisis, dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain regulasi kesehatan internasional dan dengan memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi. Buku manual surveilans kesehatan haji ini diharapkan menjadi acuan bagi semua petugas kesehatan berkaitan dengan mekanisme data kesehatan haji.

BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI SISKOHATKES Tujuan yang diharapkan dengan adanya Siskohatkes adalahtersedianya data dan informasi epidemiologi kesehatan haji sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dalam mewujudkan kemandirian jemaah haji pada bidang kesehatan. Adapaun tujuan khusus yang hendak dicapai adalah : A. Terkumpulnya data individual jemaah haji Indonesia meliputi data demografi, status kesehatan, data kesakitan, dan kematian di Indonesia. B. Terkumpulnya data kesakitan, kematian dan data ingkungan di kloter. C. Terkumpulnya data kesakitan dan kematian di sector dan BPHI. D. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data epidemiologi kesehatan haji dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lanjut menurut variabilitas data. (di semua lini). E. Terdesiminasinya hasil pengolahan dan penyajian data epidemiologi beserta hasil analisis epidemiologi lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di berbagai jenjang birokrasi, pusat riset/kajian serta sektor terkait lainnya. A. Aplikasi SISKOHATKES Tujuan dari aplikasi ini adalah membantu petugas untuk mengetahui laporan harian dan kejadian-kejadian penting yang dialami oleh jemaah haji sehingga pelaporan dan pemantauan jemaah haji dapat lebih cepat dan akurat. Teknologi yang digunakan untuk pengembangan aplikasi ini, pengembang menggunakan Gammu. Gammu adalah sekumpulan script programming yang berisi utilitas dan library untuk dapat bekerja dengan handphone dari berbagai merk dan jenis. Mendukung berbagai macam model tetapi fungsi dasar tetap dapat berjalan dengan baik. Dapat digunakan untuk phonebook, pesan (SMS, MMS,dll) calender, radio serta kamera. Pada intinya aplikasi ini berlaku pada semua tingkatan, mulai dari pusat, propinsi, kota dan Puskesmas. Menggunakan versi gammu-1.25.0, aplikasi dapat diinstal ke server/PC yang berplatform Linux ataupun Windows.

PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI SISKOHATKES Alur Kegiatan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan Berdasarkan atas konsep surveilans, maka alur kegiatan surveilans kesehatan haji pada prinsipnya mengikuti siklus tidak terputus sepanjang tahun, berbagai definisi, perubahan terhadap risk factor dan risk groups akan terus dilakukan penyesuaian mengikuti perkembangan, begitu pula teknik analisis dan cara diseminasi akan selalu di up date mengikuti teknologi terkini. Berikut merupakan bagan alur kegiatan Siskohatkes dalam penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia. A. Pengumpulan Data 1. Jenis Data Awal dari kegiatan surveilans kesehatan haji adalah melakukan pengumpulan data tentang masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Secara garis besar data yang harus dikumpulkan meliputi: a. Data Rutin : adalah data yang secara berkala dikumpulkan untuk kepentingan deteksi masalah kesehatan dan laporan eksekutif untuk kepentingan penanggulangan masalah kesehatan haji. Data rutin terdiri dari : 1) Data dasar (baseline data) : merupakan set data karakteristik individu jemaah haji berdasarkandata siskohat Depag terdiri dari : nama, no porsi, no paspor, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB, TB, pendidikan, pekerjaan, asal provinsi, asal kabupaten, gol. darah, data risti berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/Rumah sakit di kab/kota, hasil pemeriksaan terakhir di embarkasi, nomor kloter, embarkasi, tanggal berangkat, no maktab, no rumah/pondokan. 2) Data harian : data yang dikumpulkan dan dilaporkan perhari di setiap tingkat administratif. Data harian yang dikumpulkan meliputi :

a) Embarkasi : Data risti berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/rumah sakit di kab/kota, data kumulatif jumlah pemeriksaan kesehatan di embarkasi, data waktu dan jumlah jemaah saat pemberangkatan dan pemulangan, data rawat jalan, rawat inap dan jemaah wafat di embarkasi/deb haji berdasarkan provinsi dan kab/kota. b) Kloter : Data kunjungan rawat jalan berdasarkan jenis penyakit, bila ada jemaah di kloter meninggal dunia dilakukan pengisian verbal otopsi dan CoD oleh dokter kloter c) Sektor : Jumlah populasi at risk, kondisi faktor risiko tingkat kloter, proporsi penyakit rawat jalan dikloter berdasarkan kunjungan harian, data individu jemaah rawat jalan dan rawat inap di sektor. d) Daker : Laporan harian pelayanan kesehatan kantor daerah kerja terdiri dari : ringkasan eksekutif sesuai standar disertai lampiran Jumlah jemaah haji (populasi at risk) jumlah kunjungan rawat jalan sektor, data individu rawat inap di BPHI dan RSAS, data individu jemaah haji meninggal dan verifikasi verbal otopsi. e) PPIH Bidang Kesehatan Arab Saudi : Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi. f) Sekretariat Tim penyelenggaraan kesehatan haji Depkes : Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji. b. Data tidak rutin : Data yang dikumpulkan untuk kepentingan penanggulangan cepat dan audit terhadap masalah kesehatan diberbagai level. Data tidak rutin terdiri dari data laporan kasus dan KLB sesuai standar pelaporan penanggulangan kasus dan KLB pada jemaah haji Indonesia, data kematian dan pengisian form verbal otopsi, data kehamilan penentuan

dan kelahiran, data jemaah yang harus divaksinasi ulang, data jemaah yang harus diganti lembar K3JH-nya dll. c. Data Faktor Risiko dan Lingkungan : Data proporsi jemaah berisiko dan kondisi lingkungan yang dikumpulkan 1 kali saja oleh petugas kloter diberbagai etape perjalanan haji dan petugas sansur diwilayah kerjanya masing-masing. (see. Lamp 2). Data yang dikumpulkan meliputi proporsi usila di kloter, proporsi jemaah dengan penyakit Kronik tertentu (Hipertensi, DM, PJK, MCI, Asma, PPOK, Obesitas/kahexia, CRF, Kanker, Hepatitis Kronik) data jarak pondokan dll (see. Lamp ). d. Data Kajian Epidemiologi : Data yang dikumpulkan secara sistematis dengan melalui metoda tertentu untuk kepentingan evaluasi dan penentuan kebijakan kesehatan haji.

2. Waktu Pengumpulan Data Pengumpulan data surveilans kesehatan haji bersifat zero reporting (dilaporkan walau tidak ada kasus), segera, harian, dan mingguan. Beberapa data faktor risiko dan penyakit yang potensial menyebabkan terjadinya KLB membutuhkan waktu pelaporan yang cepat dan tepat. Meningitis adalah contoh kasus yang membutuhkan informasi yang cepat dan tepat karena memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasi penyebaran dan demikian juga penanggulangan segera karena sangat fatal (berbahaya). Untuk membuat persepsi yang sama tentang waktu maka dibuatlah definisi sebagai berikut : a. Tahun pada musim haji dihitung berdasarkan tahun hijrah dimana 9 Zulhijjah sebagai hari wukuf terjadi, atau tahun masehi ketika hari wukuf. b. Rentang Masa Operasional Kesehatan Haji adalah : Waktu yang dihitung mulai dari hari pertama jemaah masuk ke asrama haji sampai dengan hari terakhir jemaah meninggalkan debarkasi haji. c. Hari : Terdapat 2 definisi hari yang berbeda antara Indonesia dan Arab Saudi : 1) 1 hari (24 jam) di Arab Saudi dihitung sejak jam 18.00 WAS sampai dengan jam 17.59 WAS hari berikutnya.

2) 1 hari (24 jam) di Indonesia dihitung sejak jam 24.00 WIB sampai dengan jam 23.59 WIB hari berikutnya. Untuk menyamakan definisi tentang waktu, maka waktu pengumpulan data ditentukan sebagai berikut : a. Data Rutin : 1) Data dasar (baseline data) : di kumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem komputerisasi 1 kali setiap tahun pada bulan Jumadil Akhir dan di up-date secara berkala sampai dimulainya operasional penyelenggaraan haji. 2) Data harian : a) Embarkasi : Dikumpulkan sejak jemaah masuk ke asrama haji embarkasi, dientry segera setelah dikumpulkan, dianalisis dan dilaporkan setiap hari pada jam 21.00 WIB. b) Kloter : Dikumpulkan setiap hari dan dilaporkan setiap jam 18.00 WAS, dientry dan analisis oleh sansur sektor pada jam 19.00 WAS. c) Sektor : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 20.00 WAS. d) Daker : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 22.00 WAS. TUH : Data Agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 24.00 WAS. b. Data tidak rutin : Dilapokan maksimal 24 jam sejak kasus pertama KLB dan kematian terjadi. c. Data faktor risiko dan lingkungan : dilaporkan maksimal 24 jam setelah berada di wilayah/lingkungan tertentu. d. Data kajian epidemiologi : Mengikuti time-schedule yang direncanakan. Berikut definisi operasional beberapa data yang dikumpulkan berdasarkan waktu: a. Rawat jalan di embarkasi/deb, kloter, sektor dan BPHI : kunjungan jemaah untuk melakukan pengobatan pada petugas kesehatan di poliklinik emb/deb, kloter, sektor dan BPHI.

b.

Rawat inap di RS Rujukan emb/deb, sektor, BPHI dan RSAS : Perawatan yang dilakukan pada jemaah haji Indonesia sekurangnya 6 jam.

c. Rujukan jemaah haji : perawatan yang dilakukan pada jemaah haji Indonesia sekurangnya 2 jam dan dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. d. KLB dan musibah massal : Kondisi diluar situasi normal yang menimbulkan korban sakit ataupun meninggal dilaporkan selambatnya 24 jam dari kasus pertama.

3.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data surveilans kesehatan haji melalui sms, e-mail, fax atau telephon. menjemput langsung data ke lapangan. 4. Sarana pelayanan kesehatan Sarana pelayanan kesehatan selama operasional haji merupakan sumber data surveilans kesehatan haji. Jenis pelayanan kesehatan haji secara bertingkat sebagai berikut : a. Embarkasi/debarkasi : Tim pemeriksa kesehatan, poliklinik embarkasi/deb, Rumah Sakit rujukan di emb/deb. b. Kloter/penerbangan : TKHI dan TKHD terdiri dari minimal 1 dokter dan 2 perawat. c. Sektor : Klinik rawat jalan dan rawat inap terdiri dari setidaknya 20 tempat tidur di klinik sektor. d. Daker : Balai Pengobatan Haji Indonesia, Rumah Sakit Arab Saudi Di Indonesia terdapat 12 embarkasi haji dan 2 embarkasi antara serta Rumah Sakit Rujukan haji. Di Arab Saudi Terdapat 480 510 kloter pada setiap masa operasional haji, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia adalah pelayanan kesehatan dasar dan pemantauan faktor risiko. Pada level diatasnya terdapat 20 sektor terdiri dari 5 sektor di Madinah dan 15 sektor di Mekkah dan pada tingkat wilayah kerja terdapat 3 daerah kerja terdiri dari Daker Mekkah, Madinah dan Jeddah. Kesemua pelayanan kesehatan di Arab Saudi dibawah koordinasi Teknis Urusan Haji bertempat di Jeddah.

Pengumpulan data rutin berasal dari setiap kloter, sementara pelayanan kesehatan tingkat sektor dan Daker dilengkapi dengan laporan dan pengamatan tentang kasus rujukan dan kunjungan rawat inap. Data yang dikumpulkan pada tingkat kloter, di rekap di sektor dan kemudian data dari masing -masing sektor direkap sebagai laporan daker oleh petugas surveilans di daker. (lihat bagan 2)

5. Sarana Alat Pencatatan Sarana dan alat pencatat terdiri dari berbagai formulir sebagaimana terlampir. Seluruh status Kesehatan dan diagnosis ditegakkan dengan menggunakan ICD X sebagai standar diagnosis kesakitan dan kematian untuk beberapa penyakit terbanyak berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Telah dilakukan penyesuaian template system komputerisasi terhadap formulir yang tersedia. Untuk mempercepat pengumpulan data dan analisis, subdit kesehatan haji melakukan persiapan dengan memberikan pelatihan komputer bagi seluruh tenaga surveilans, sehingga sistem surveilans dapat dikerjakan dengan berbasis komputer, artinya data cleaning (data yang sudah bersih) hanya dientri ke komputer yang telah dilengkapi dengan program template dan juga tampilan analisis sederhana yang dapat segera muncul. Data kunjungan kloter akan dikirimkan melalui SMS 1 kali sehari pada jam 18.00 WIB - 19.00 WIB melalui template yang diinstall pada handphone petugas kesehatan kloter. 6. Pelaksanaan Siskohatkes Penjelasan berikut ini merupakan pekerjaan yang secara operasional dilakukan oleh berbagai unsur dalam surveilans : a. Embarkasi / Debarkasi Haji, pada saat jemaah masuk asrama haji embarkasi/deb dilakukan rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan jemaah lalu dilakukan pemeriksaan dokumen BKJH dan kartu ICV. Keseluruhan data rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan, hasil pemeriksaan BKJH berupa diagnosis dan status kelayakan, data faktor risiko dan lingkungan asrama embarkasi/deb jemaah yang berobat ke poliklinik embarkasi/deb, data jemaah

yang dirujuk ke RS Rujukan serta data jemaah yang meninggal dunia dilakukan pencatatan dan pengisian verbal otopsi dimasukkan ke dalam sistem. b. Kloter 1) Data faktor risiko dan lingkungan : Laporan Assessement Kondisi awal kloter dilaporkan kepada unit PRL KKP embarkasi/deb, sansur sektor di Madinah dan sansur sektor di Mekkah. 2) Data harian : Laporan Harian, Kloter bertanggung jawab terhadap rekapitulasi kunjungan di kloter (KHAKK) Lembar tersebut dilaporkan setiap hari paling lambat pada jam 18.00 WAS kepada sansur sektor dimana kloter berada. Pada kondisi armina terutama Arafah dan Muzdalifah laporan KHAKK diberikan pada sansur di BPHI Mina. Data kumulatif kunjungan harian kloter dapat dikirimkan melalui SMS. 3) Bila terjadi KLB/musibah massal petugas kloter harus melaporkan kejadian tersebut kepada petugas sansur selambatnya 12 jam dari kasus pertama dan langsung melakukan penanganan sementara. (KHAIn). 4) Bila terjadi kematian maka petugas kloter harus mengisi lembar otopsi verbal dan COD ketentuan dan cara pencatatan terlampir. (KHAVA) dan (KHACOD). c. Sansur dan perawat daker melakukan entry terhadap jemaah Rawat Inap di BPHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, data kematian jemaah yang terjadi di wilayahnya. Data Rawat inap dapat dientry melalui SMS yang templatenya diinstall pada handphone petugas. d. Petugas Perbekalan Farmasi melakukan entrain terhadap data pemakaian obat.

HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor risiko kesehatan. Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H. Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas Juwangi Grafik dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1. 1.

HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor risiko kesehatan. Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H. Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas Juwangi Grafik dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.

Berdasarkan jenis kelamin proporsi jamaah pria 362 orang (49%) lebih sedikit dibandingkan jamaah haji wanita 383 orang (51%) dan 68% adalah wanita usia subur (WUS). Kemudian dari penyebaran jamaah haji menurut golongan umur bahwa golongan umur 41 - 59 tahun (48%) memiliki proporsi tertinggi, disusul golongan umur 60 tahun (41%), dan terendah golongan umur 40 tahun (11%). Dilihat dari jenis pekerjaan bahwa jamaah haji Kabupaten Boyolali tahun 2011 26% adalah PNS/ABRI, 17% wiraswasta/pengusaha, dan 57% pekerjaan lainnya. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 2,3,4, dan 5.

Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji. meliputi : - Jemaah haji lanjut usia. - Jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku. - Jemaah haji wanita hamil. - Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya. Jemaah haji mandiri (M) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain. Jemaah haji observasi (O) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat. Jemaah Haji Pengawasan (P) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan / obat dan orang lain.

Jemaah haji tunda (T) adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.
Dari hasil pemeriksaan tahap pertama didapatkan hasil 65,23% jamaah haji mandiri, 33,83% observasi, dan 0,94% jamaah haji dalam kategori pengawasan. Pada pemeriksaan tahap pertama juga ditemukan resiko tinggi sebanyak 285 jemaah dengan rincian antara lain 37% jamaah haji adalah usila (umur > 60 th), 9,99% hypertensi, 7,4% penyakit endokrin dan juga ditemukan risti lainnya. Selanjutnya lihat pada grafik 6 dan 7.

You might also like