You are on page 1of 10

Disusun oleh Kelas II C Lisnawati Novisasari Yeyen Maryeni

Latar Belakang
Al-Quran tidak hanya sebagai penyelamat di akherat tetapi juga selamat di dunia. Meyakini Al-Quran sebagai kitab yang berisi wahyu Allah SWT merupakan kewajiban yang termaktub dalam rukum Iman. Saat ini, banyak terjadi saudara-saudara kita yang mengaku Islam tetapi 'jauh' dari Al-Quran. Entah karena sibuk dengan dunia, tidak peduli atau bahkan ada perasaan takut untuk berakrab-akrab dengan Al-Quran. Takut begitu banyak aturan yang harus difahami dan dilaksanakan, padahal itu hanyalah ketakutan semu yang dihembus-hembuskan setan yang sedang berburu teman di neraka.

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimanakah Al Quran sebagai sumber ajaran ?
Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan yaitu ingin mengetahui tentang Al Quran sebagai sumber ajaran.

Pengertian Al-Quran
Secara etimologis, kata al-quran merupakan mashdar dari kata qa-ra-a, berarti bacaan, dan apa yang tertulis padanya. Berkaitan dengan asal Al-quran, terdapat beberapa pendapat. Pertama, Al-Syafii [150204H] berpendapat bahwa kata al-quran ditulis dan dibaca tanpa hamzah dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus dipakai untuk kitab suci yang diberikan kepada nabi Muhammad, sebagaimana kitab injil dan taurat dipakai khusus untuk kitab-kitab Tuhan yang diberikan kepada nabi Isa dan Musa.

Unsur Budaya dalam memahami Al-Quran


Mempercayai akan adanya Al-Quran yang sangat

komlpleks dan bersastra tinggi ini adalah suatu kewajiban yang tidak bias ditawar-tawar lagi bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun permpuan yang sudah balig. Karena pada hakikatnya hal demikian adalah bentuk aplikasi keimanan dan keislaman dari seorang muslim yang haqiqi. Sehingga janganlah mengaku islam jika masi. Al-Quran adalah kitab suci yang tidak satupun kekurangan terdapat didalamnya, bahkan Al-Quran adalah satu-satunya kitab yang bisa menjawab segala bentuk jenis petanyaan karena Al-Quran adalah kompleks

Muhkam dan Mutassyabih


Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa inti muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Yang masuk ke dalam kategori muhkam adalah nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan memang untuk makna itu ia disebutkan). Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian di atas, bahwa ayat-ayat muhkam berisi tentang halal, haram, hudud, kewajiban janji dan ancaman. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih berisi tentang asma Allah dan sifat-sifatNya. Berikut akan diuraikan beberapa contoh ayat Al-Quran yang termasuk ayat muhkam dan mutasyabih.

Qathi Dan Dzanni


Selain dari bahasanya, isi Al-Quran sekaligus menjadi hujjah atas kebenarannya. Misalnya perihal akan menangnya kaum Muslimin memasuki Makkah dengan aman (QS. Al-Fath), juga tentang akan menangnya pasukan Romawi atas Parsi (QS. ArRuum) dan sebagainya. Selain isi Al-Quran menunjukkan tentang kejadian sejarah terdahulu yang sesuai dengan fakta, atau kisah tentang sebagian Iptek, misalnya penyerbukan oleh lebah, terkawinkannya bunga-bunga oleh bantuan angin dan sebagainya. Yang pada akhirnya terbukti kebenarannya. Semua itu menunjukkan bahwa Al-Quran memang bukan datang dari manusia melainkan dari Allah SWT; Sang Pencipta dan Pengatur Alam Semesta. Karenanya memang sudah menjadi kelayakan bahkan keharusan untuk menjadikan Al-Quran sebagai landasan kehidupan dan hukum manusia.

Penalaran dalam Ijtihad


Sumber-sumber hukum Islam adalah wahyu (al-Quran dan Sunnah). Materi hukum yang terdapat dalam sumber-sumber tersebut, secara kuantitatif terbatas jumlahnya. Karena itu, setelah berlalunya periode Tasyri (zaman kenabian dan hidupnya Rasulullah SAW), dalam penerapan hukum selanjutnya diperlukan penalaran atau ijtihad. Esensi penalaran tersebut diisaratkan sendiri oleh Rasulullah ketika mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman. Sebelum mengutus Muadz, Rasulullah bertanya bagaimana Muadz memecahkan persoalan yang akan dihadapinya kelak Muadz menjawab, bahwa ia akan menyelesaikan persoalan dengan ketentuan al-Quran dan Sunnah Nabi, apabila tidak ditemukan ketentuan hukum yang dimaksud, maka ia akan berusaha menyeslesaikan persoalan tersebut dengan upaya penalaran akalnya semaksimal mungkin (ajtahidu rayi.) Rasulullah kemudian memuji jawaban Muadz. Dalam al-Quran juga terdapat anjuran atau tuntunan untuk berijtihad, sebagaimana disebutkan Fatabiruu yaa ulil abshaar Ayat ini memberikan peluang bagi seseorang untuk dapat memikirkan sekaligus mengambil pelajaran terhadap suatu kejadian dengan melalui akal fikiran yang sehat dan jernih.

Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Al-Quran berasal dari bahasa qaraa-yaqrau yang berarti bacaan, menghimpun, dan mengumpulkan. Sedangkan arti secara istilah adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan melalui malaikat jibril dan yang membacanya sesuai ketentuan yang berlaku adalah bernilai ibadah. Ada beberapa perbedaan cara ulama didalam mengartikan Al-Quran itu sendiri, namun perbedaan-perbedaan itu sifatnya tidak terlalu signifikan dan tidak merubah akan keaslian Al-Quran tersebut. Mempercayai akan adanya Al-Quran yang sangat komlpleks dan bersastra tinggi ini adalah suatu kewajiban yang tidak bias ditawar-tawar lagi bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun permpuan yang sudah balig. Karena pada hakikatnya hal demikian adalah bentuk aplikasi keimanan dan keislaman dari seorang muslim yang haqiqi. Sehingga janganlah mengaku islam jika masi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. (Surabaya: PT Mahkota, 2004 M)

Al-Amidy, Ali bin Muhammad. Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Arabi, 1984 M)
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah. Shahih Bukhari. (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1407 H) Al-Jizani, Muhammad bin Husain Bin Hasan, Maalim Ushul Al-Fiqh. (Madinah: Abu Mohannadl An-Najdi, 1427) Al-Jurjani, Ali bin Muhammad bin Ali. At-Tarifaat. (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1405 H) Al-Qurthubi, Muhammad Bin Ahmad, Abu Abdullah. Al-Jami li Ahkam Al-Quran. (Beirut: Dar Ihya At-Turats, t.th) Ar-Razi, Muhammad Bin Abi Bakar bin Abdulkadir. Mukhtar Ash-Shihhah. (Beirut: Maktabah Lebanon, 1995M) As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Al-Asybah Wa An-Nadzair fi qawaid wa furu fiqh Asy-Syafiiyyah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, t.th) Asy-Syafii, Muhammad Bin Idris, Abu Abdullah. Ar-Risalah. (Beirut: Maktabah Ilmiyah, t.th) Ibn Abd Al-Bar, Yusuf Bin Abdullah, Abu Umar. Jami Bayan Al-Ilmi wa Fadhlihi. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, t.th) Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah, Muhammad Bin Abi Bakar, Abu Abdullah. Mukhtashar Ash-Shawaiq Al-Mursalah ala Al-Jahmiyah Wa AlMuthlaah. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1405 H) Ibn An-Najjar, Muhammad bin Ahmad bin Abdul Aziz, Al-Futuhi. Syarah Al-Kaukab Al-Munir. ( Mekkah: Markaz Al-Bahts Al-Ilmi Jamiah Umm Al-Qura, t.th) Ibn Mandzur, Muhammad bin Mukarrim. Lisan Al-Arab. (Beirut: Dar Shadr, t.th) Ibn Taimiyyah, Ahmad bin Abdul Halim. Majmu Al-Fatawa. (Mekkah: Maktabah An-Nahdlah Al-Hadits, 1404 H)

You might also like