You are on page 1of 10

BAHAN KULIAH MATAKULIAH; AKUNTANSI PERBANKAN

MATERI KULIAH Modal Bank

Penyusun Oleh: H A M R U L,SE,AK,MM

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI UNVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Ta. 2009/2010

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

MODAL BANK
Pengertian Modal Bank Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) dinyatakan bahwa pengertian modal adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan, yaitu selisih aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Modal berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Modal akan berkurang, dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian deviden,dan kerugian yang dialami. Penambahan modal disetor lazimnnya dicatat berdasarkan: 1. Jumlah uang yang diterima. 2. Besarnya tagihan yang timbul atau utang yang dibatalkan. 3. Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima. Pengurang modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan: 1. Jumlah uang yang dibayarkan. 2. Besarnya utang yang timbul. 3. Nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan. Modal memiliki dua fungsi utama yaitu: 1. Sebagai alat invetasi yang memungkinkan investor mimiliki peluang untuk mendapatkan bagian keuntungan bank melalui deviden atau kenaikan harga saham. 2. Penyangga (cushion) terhadap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan operasional bank. Sebagai lembaga intermediasi, bank pada umumnya beroperasi pada tingkat leverage yang relatif tinggi, bahkan pada bank-bank tergolong konservatif angka debt to equity rasio lebih tinggi dibandingkan perusahaan manufaktur atau jasa lainnya. Kedua fungsi utama diatas, harus diatur secara ketat, karena sebagai alat investasi sudah tentu modal diharapkan dapat memberi return on equity setinggi-tingginya. Kondisi ini dapat dicapai apabila equity multiplier (rasio asset terhapa modal) tinggi. Hal ini berisiko untuk kelangsungan hidup usaha bank. Sedangkan untuk menghindari risiko kerugian yang cukup besar diperlukan equity multiplier yang relatif rendah.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Bank for International Settlement (BIS) telah menetapkan aturan tentang ketentuan modal minimum yang harus dimiliki oleh sebuah bank. Pada tahun 1988 Basel Supervisory Committee (BSC) yang terdiri dari perwakilan bank sentral dan pengawas perbankan dari negara-negara maju (G 10 dan Luxemburg) menghasilkan suatu kesepakatan yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan perbankan, dengan memberikan metodologi umum untuk pengukuran risiko dan perhitungan kebutuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator. Metodologi umum yang digunakan untuk pengukuran risiko secara keseluruhan adalah risk weighted asset (RWA) berupa perkalian nominal aktiva dengan persentase tertentu yang ditetapkan berdasarkan jenis aktiva dan counterparty. Ketentuan ini diterapkan di Indonesia oleh Bank Indonesia, seperti yang dicantumkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum. Peraturan ini mensyaratkan bank menyediakan modal minimum sebesaar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), terhitung sejak akhir bulan Desember 2001. Rasio penyediaan modal minimum bank ini hanya memperhitungkan faktor risiko kredit, karena risiko terbesar dalam perbankan nasional adalah risiko kredit. Komponen modal yang digunakan dalam perhitungan penyediaan modal minimum tersebut terdiri atas: 1. Modal tier 1, yaitu modal inti, yang terdiri atas modal disetor, premi saham, laaba ditahan, cadangan umum. 2. Modal tier 2, yaitu modal tambahan, yang terdiri atas cadangan yang tidak diungkapkan, revaluasi, provisi umum, dan utang surbordinasi yang jatuh tempo lebih dari 5 tahun. Jumlah modal tier 2 tidak dapat melebihi jumlah modal tier 1. Dasar penetapan modal minimum yang dibuat oleh Basel Capital Accord 1988 mempunyai Kelemahan dalam hal pengukuran risiko, yaitu: a. Basel capital accord 1988 mengabaikan kualitas kredit, karena seluruh eksposur kredit kepada corporate counterparties dikenakan bobot risiko sebesar 100% tanpa memperhatikan kualitas kredit dari masing-masing counterparty. b. Basel capital accord 1988 mengabaikan efek diversifikasi, karena bank pada dasarnya dapat mengurangi total risiko yang dihadapinya dengan mendiversifikasi eksposur kreditnya ke berbagai jenis industri dan atau negara. Sebagai contoh, bank yang banyak menyalurkan kreditnya ke sektor properti dengan bank yang lebih banyak menyalurkan kredit di sektor perdagangan dikenakan bobot risiko yang sama.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

c. Basel capital accord 1988 mengabaikan proteksi terhadap risiko pasar, karena pada dasarnya perhitungan modal minimum hanya didasarkan pada perhitungan risiko kredit, dan belum mensyaratkan bank mencadangkan modal untuk menutup potensi kerugian dari risiko pasar. Berdasarkan kelemahan diatas, pada tahun 1996 basel committee melakukan amandemen, dengan memasukkan perhitungan risiko pasar sebagai dasar perhitungan kebutuhan modal minimum. Dua jenis pendekatan yang dihasilkan, yaitu: a) Pendekatan Standard Model Pendekatan ini dilakukan terhadap interest rate risk, foreign exchange risk, equity position risk dan comodity risk. Standard model menggunakan pendekatan building block, dimana risiko yang spesifik (specifik risk) dan risiko pasar yang bersifat umum (general market risk) dari masing-masing posisi utang (debt) dan ekuitas (equity) bank dihitung secara terpisah. Bagi bank yang kurang aktif dalam transaksi derivatif dan perdagangan instrumen keuangan, dapat menggunakan standard model. b) Internal Model Untuk pendekatan ini, pada intinya adalah penerapan metode Value at Risk (VaR), untuk menghitung kerugian maksimum yang diperkirakan dapat terjadi dari suatu posisi atau portofolio, akibat perubahan indikator pasar dalam kurun waktu tertentu. Bagi bank yang aktif dalam transaksi derivatif dan perdagangan instrumen keuangan dianjurkan menggunakan pendekatan ini. Pada bulan Juni 1999 basel committee mengajukan proposal untuk

menyempurnakan standard kuantitatif yang telah ada, proposal tersebut diperkenalkan tiga inovasi dasar, yaitu supervisory review process,dan market discipline. Ketiga inovasi dasar tersebut di dalam New Capital Accord 2001 disebut dengan three pillars of the new capital accord. Dalam konsep ini diperkenalkan struktur dari capital accord menjadi sebagai berikut: a. Pilar 1: Minimum Capital Requirement Pilar ini definisi modal dan persyaratan modal minimum yang berjalan selama ini tidak berubah, hanya metode perhitungan risiko diperluas yang memasukan risiko pasar dan risiko operasional, sehingga rasio kecukupan modal minimum (Capital Adequacy Ratio-CAR) terdiri atas risk wieghted assets (RWA) untuk risiko kredit, ditambah dengan 12,5 kali jumlah beban risiko pasar dan risiko operasional, dengan rumus sebagai berikut:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Jumlah Modal Regulator CAR = __________________________________________________________ RWA kredit + 12,5 x (beban modal risiko pasar + beban mmodal risiko operasional) b. Pilar 2: Supervisory Review Process Pada pilar ini, new capital accord menekankan bahwa manajemen bank perlu mengembangkan proses penilaian modal internal, dan menetapkan target modal yang sesuai dengan profil risiko yang dihadapinya. Pengawas perbankan berkewajiban mengevaluasi cara bank menilai kecukupan modalnya dibandingkan dengan risiko yang dihadapinya. c. Pilar 3: Market Discipline Pilar ini ditujukan untuk mendukung market discipline melalui peningkatan keterbukaan (disclosure) oleh bank. Keterbukaan yang efektif dapat menjamin bahwa market participant dapat memahami dengan baik profil risiko yang dihadapi oleh bank, dan kecukupan modal yang dimiliki oleh bank.

Prosedur Akuntansi Modal Prosedur akuntansi yang berkaitan dengan modal mencakup antara lain pencatatan saat terjadi transaksi penyetoran modal oleh pemilik, penyisihan laba usaha bank, dan transaksi penambahan atau pengurangan modal. Pada saat pemilik melakukan penyetoran modal, baik berupa uang tunai maupun berupa aktiva tetap pada saat pendirian bank (misalkan berupa uang tunai sebesar Rp. 500 miliar, giro pada Bank Indonesia sebesar Rp. 250 miliar, aktiva tetap gedung kantor sebesar Rp. 100 miliar, aktiva tetap kendaraan Rp. 15 miliar, dan aktiva tetap inventaris sebesar Rp. 10 miliar).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Pada Saat Penyetoran Modal Jurnal: D. Kas Kantor D. Giro Pada Bank Indonesia D. Aktiva Tetap--Gedung Kantor D. Aktiva TetapKendaraan D. Aktiva TetapInventaris K. Modal Saham Disetor Rp. 500.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 Rp. 100.000.000.000 Rp. 15.000.000.000 Rp. 10.000.000.000 Rp. 875.000.000.000

Misalkan pada akhir tahun mendapatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 10 miliar, dan disepakati digunakan untuk menambah modal, denga rincian untuk cadangan umum sebesar 50%, cadangan tujuan sebesar 25% dan cadangan dana investasi sebesar 25%. Pada Saat Penyisihan laba usaha Jurnal: D. Ikhtisar Laba RugiLaba Tahun BerjalanRp. 10.000.000.000 K. Laba DitahanCadangan Umum K. Laba DitahanCadangan Tujuan 2.500.000.000 K. Laba DitahanCadangan Dana Investasi 2.500.000.000 Apabila terjadi penambahan modal karena penjualan saham dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai nominal saham, maka kelebihannya dicatat sebagai agio saham (premium). Misalkan dijual 10.000.000 lembar saham dengan nominal Rp. 1.000 dan harga pasar sebesar Rp. 1.250. Pada Saat Penjualan Saham Untuk Penambahan Modal Jurnal: D. Kas Kantor K. Modal Saham K. Tambahan Modal DisetorAgio barang (misalkan sebesar Rp. 10 miliar). Jurnal: Rp. 12.500.000.000 Rp. 10.000.000.000 Rp. 2.500.000.000 Rp. Rp. 5.000.000.000 Rp.

Apabila terjadi penambahan modal karena adanya sumbangan dalam bentuk natura atau

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

D. Aktiva TetapMesin & Komputer K. Modal Sumbangan Pengungkapan Modal dalam Neraca

Rp.

10.000.000.000 Rp. 10.000.000.000

Penyajian modal dalam laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PAPI adalah sebagai berikut: a. Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar perusahaan dan peraturan yang berlaku, serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. b. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal, dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. c. Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dan suatu golongan saham atas deviden dan pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam laporan keuangan. d. Dalam hal terdapat tunggakan deviden atas saham preferen dengan hak deviden kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan deviden periode sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. e. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. MODAL PINJAMAN Pengertian Modal Pinjaman Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) pengertian modal pinjaman adalah pinjaman yang disertai dengan penerbitan capital notes, loan stock atau warkat lain yang disamakan dengan itu, dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Tidak dijamin oleh bank penerbit (issuer), dan sifatnya disamakan dengan modal (subordinated) serta telah dibayar penuh. b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik (pemegang capital notes). c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan, dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi. d. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi, atau labanya tidak mencukupi untuk membayar bunga tersebut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Prosedur Akuntansi Modal Pinjaman Prosedur ini mencakup antara lain pencatatan saat terjadi transaksi penerbitan, saat transaksi pengakuan bunga dan pembayaran bunga, dan transaksi saat pelunasan atau penyelesaian modal pinjaman. Misalkan Bank BRI mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp. 250 miliar dengan jangka waktu 5 tahun dan suku bunga 7% per tahun, yang dirinci 2% diterima di muka dan 5% dibayarkan sertiap bulan selama jangka waktu pinjaman. Jumlah bunga diterima di muka sebesar Rp. 250.000.000.000 x 2% x 5 tahun = Rp. 25.000.000.000 Pada Saat Kontrak Modal Pinjaman Antara bank dengan calon kreditor, maka dicatat pada rekening komitmen Jurnal: D. Fasilitas Modal Pinjaman yang Belum Ditarik Rp. 250.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 K. Kontra Fasilitas Modal Pinjaman yg Belum Ditarik Pada Saat Realisasi Modal Pinjaman Dengan menerbitkan warkat (loan stock atau capital notes), maka dilakukan penihilan rekening komitmen dan pencatatan modal pinjaman sebesar nominalnya. Jurnal: Menihilkan rekening komitmen D. Kontra Fasilitas Modal Pinjaman yg Blm Ditarik Rp. 250.000.000.000 K. Fasilitas Modal Pinjaman yang Belum Ditarik kliring D. Kas KliringMasuk K. Modal Pinjaman Pada Saat Amortisasi Biaya dibayar dimuka harus diamoetisasi paling lama 5 tahun dan di bebankan ke akun biaya. Amortisasi dilakukan setiap proses akhir hari yaitu Rp. 5.000.000.000 / 360 hari atau (Rp. 25.000.000.000 / 1.800 hari) = Rp. 13.888.889 Rp. 225.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 D. By Dibyr di MukaPenerbitan Modal Pinjaman Rp. 25.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 Mencatat penerimaan modal pinjaman sebesar nominalnya yang pembayarannya melalui

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Jurnal: D. Biaya Penerbitan Modal Pinjaman Rp. 13.888.889 Rp. 13.888.889 K. By Dibyr di MukaPenerbitan Modal Pinjaman

Pada Saat Pengakuan Beban Bunga Modal Pinjaman secara Akrual Dibukukan setiap proses akhir hari yaitu Rp. 250.000.000.000 x 5% / 360 hari = Rp. 34.722.222 Jurnal: D. Beban Bunga Modal Pinjaman Rp. 34.722.222 Rp. 34.722.222 K. Beban Bunga yg Msh Hrs DibyrModal Pinjaman Pada Saat Pembayaran Bunga Modal Pinjaman Dilakukan secara kliring setiap bulan sebesar Rp. 1.041.666.660 (Rp. 34.722.222 x 30 -hari = Rp. 1.041.666.660) Jurnal: D. Beban Bunga yg Msh Hrs DibyModal Pnjmn K. Kas KliringKeluar Pada Saat Pelunasan atau Penyelesaian Pelunasan Modal Pinjaman yang pengembaliannya dilakukan melalui kliring Jurnal: D. Modal Pinjaman K. Kas KliringKeluar Apabila modal pinjaman dialihkan menjadi setoran modal Jurnal: D. Modal Pinjaman K. Modal Disetor Rp. 250.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 Rp. 250.000.000.000 Rp. 1.041.666.660 Rp. 1.041.666.660

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

Pengungkapan Modal Pinjaman dalam Neraca Modal pinjaman dalam penyajiannya pada neraca dicatat sebesar nominal dari warkat yang telah diterbitkan. Sedangkan transaksi modal pinjaman yang harus diungkapkan dalam neraca catatan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Persyaratan Modal Pinjaman. b. Jumlah Lembar Warkat yang Diterbitkan. c. Nama Pemegang atau Pemilik Warkat Modal Pinjaman. d. Hak dan Kewajiban Bank dan Pemegang Warkat Modal Pinjaman.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Hamrul, SE., AK., MM

AKUNTANSI PERBANKAN

10

You might also like