You are on page 1of 8

HARGA DIRI RENDAH A.

Pengertian Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalamu atau berisiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan atau diri (Carpernito, 2007). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006). B.Etiologi Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara: 1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. 2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif, kejadian sakit, dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri rendah dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor presipitasi. 1. Faktor Predisposisi Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai berikut: a. Perkembangan

Berbagai

faktor

yang

mempengaruhi

perkembangan

dapat

mempengaruhi gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada masa perkembangan, harapan orang yang penting dalam hidupnya, peran sosial yang diharapkan, aspek budaya yang mempengaruhi, keadaan kesehatan fisik, dan pola penyelesaian masalah yang dimiliki. b. Faktor yang mempegaruhi harga diri. Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri diantaranya: anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua yang kasar, membenci, tidak menerima atas usaha anak, ketidak pastian diri, dan anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. c. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran. Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah diterima masyarakat bahwa wanita kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif, dan kurang rasional dibandingkan dengan pria sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, dan kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita. d. Faktor yang mempengaruhi identitas personal. Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu apakah yang ia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan timbul rasa bersalah. Kontrol orang tua pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan, diinginkan, dan dimiliki oleh kelompoknya. 2. Faktor presipitasi Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari dalam. Dimana situasi-situasi yang dihadapi individu tidak mampu menyesuaikan stressor yang mempengaruhi gambaran diri seperti: a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang megancam. b. Ketegangan peran: Transisi berkaitan peran perkembangan adalah perubahan ini normatif termasuk yang tahap dengan pertumbuhan. Perubahan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya atau nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat menuju keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis, dan keperawatan. C. Manifestasi Klinis Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realita, dan khawatir. D.Proses Terjadinya Masalah Berdasarkan hasil riset Malhi (2008) menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya upaya yang cita-cita rendah. seseorang. Selanjutnya, Hal hal ini ini mengakibatkan menyebabkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau

menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah. E. Rentang Respon Konsep Diri

Aktualisasi diri

Konsep diri positif

Harga diri rendah

Kerancuan identitas

Depersonalisasi

Respon harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptive. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanakkanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing dengan diri sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panic dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan memberikan diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri serasa tidak nyata dan asing baginya.

F. Pohon Masalah

Resiko Tinggi PK

HARGA DIRI RENDAH

Kerusakan Interaksi Sosial

Regimen Terapeutik Tidak Efektif

Sindrom Pascatrauma

G.Pengkajian Keperawatan pada Pasien Harga Diri Rendah N o 1. Masalah Keperawatan Masalah utama : Harga Diri Rendah

Data Subyektif - Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya - Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

Data Obyektif - Merusak diri sendiri - Merusak orang lain - Menarik diri dari hubungan sosial

- Mengungkapkan tidak bisa apa-apa - Mengungkapkan dirinya tidak berguna - Mengkritik diri sendiri

- Tampak mudah tersinggung - Tidak mau makan dan tidak tidur

Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah : a. Keluhan utama :.. b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.. c. Konsep diri - Gambaran diri - Ideal diri - Harga diri - Identitas - Peran Jelaskan :........................................................................... Masalah keperawatan :...................................................... d. Alam perasaan [ ] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa [ ] Gembira berlebihan

Jelaskan :. Masalah keperawatan :. e. Interaksi selama wawancara [ ] Bermusuhan [ ] Mudah tersinggung [ ] Defensif [ ] Tidak kooperatif [ ] Kontak mata kurang [ ] Curiga

Jelaskan :. Masalah keperawatan : f. Penampilan : Jelaskan :.. Masalah keperawatan :.. H.Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah

I. Rencana Intervensi a) Tujuan umum Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. b) Tujuan khusus 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1.1.Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: 1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. 3) Utamakan memberi pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 3.1.Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. 3.2.Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dimiliki. 4.1Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. 4.2Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 4.3Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. 5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 5.2Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. dengan kemampuan yang

6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. c) Hasil yang diharapkan 1. Klien mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita. 2. Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual, sistem pendukung). 3. Klien berperan serta dalam perawatan dirinya. 4. Percaya diri klien menetapkan keinginan atau tujuan yang realistik

DAFTAR PUSTAKA Stuart. Gail W and Laraia, 2001 Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 7th ed, St Louis: The CV Mosby Year Book Townsend, M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC Keliat, Budi Anna. 1994. Gangguan Konsep Dir. Jakarta: EGC Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

You might also like