You are on page 1of 7

Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh

anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering ditemukan adalah dislokasi sendi panggul bawaan. Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Mekanisme trauma Pada anak di bawah umur 5 tahun, asetabulum sebagian besar terdiri dari tulang rawan lunak dan terdapat kerenggangan pada sendi termasuk sendi panggul. Apabila otot mengalami relaksasi, maka dengan trauma yang ringan dapat terjadi dislokasi sendi panggul. Mungkin juga terdapat perbedaan antara ruang panggul dan kaput femur dibandingkan pada anak-anak di negara lain. Dengan bertambahnya umur, sendi panggul menjadi lebih kuat, sehingga dislokasi hanya dapat terjadi bila terkena trauma yang lebih besar. Dislokasi tipe posterior terjadi akibat trauma hebat pada lutut dan anggota gerak dalam posisi fleksi. Dislokasi anterior biasanya terjadi karena trauma langsung pada trokanter mayor atau jatuh dari ketinggian. Klasifikasi Dislokasi sendi panggul traumatic dibagi dalam tiga tipe: 1. Tipe posterior Tipe ini yang paling sering ditemukan. Iliaka; kepala femur berada di posterior dan superior sepanjang aspek lateral ilium

Isial; kaput femur bergeser ke postero-inferior dan berada di dekat greater sciatic noth. 2. Tipe anterior Kaput femur berada di daerah membrane obturator Pubik; kaput femur bergerak ke antero-superior sepanjang ramus superior tulang pubis 3. Tipe sentral Pada keadaan ini ditemukan fraktur komunitif bagian sentral asetabulum dimana terjadi perpindahan kaput femur dan fragmen asetabulum ke dalam panggul. Gambaran klinis Penderita datang setelah mengalami trauma misalnya jatuh dari pohon, sepeda atau karena kecelakaan lalu lintas. Pada tipe I (dislokasi posterior) terlihat tungkai atas dalam keadaan fleksi, rotasi interna dan adduksi, sedangkan pada tipe II (dislokasi anterior) tungkai atas dalam keadaan abduksi, rotasi eksterna dan sedikit fleksi. Pada dislokasi sentral yang disertai fraktur asetabulum tidak terlihat gambaran deformitas pada tungkai bawah, hanya terdapat gangguan pergerakan pada sendi panggul karena adanya spasme otot. Pemeriksaan rontgen akan menentukan tipe dislokasi. Pengobatan Harus dilakukan reposisi secepatnya dalam 6 jam, bila tidak akan menimbulkan kesulitan dan komplikasi berupa nekrosis avaskuler di kemudian hari. 1. Pengobatan dislokasi panggul tipe posterior Reduksi tertutup dilakukan dengan pembiusan umum menurut beberapa cara: a. Metode Bigelow

Penderita diletakkan dalam posisi terlentang di lantai, asisten melakukan traksi berlawanan dan tahanan pada daerah spina iliaka anterior superior dan ilium. Ahli bedah memegang tungkai yang terkena pada daerah pergelangan kaki dengan satu tangan, serta tangan lain di belakang lutut. Tungkai difleksi 90O atau lebih pada daerah abdomen dan dilakukan traksi longitudinal. Dengan cara ini ligament Y akan mengalami relaksasi dan kaput femur berada di bagian posterior asetabulum. Kaput femur dibebaskan dari muskulus rotator dengan melakukan rotasi dan menggerakkan tungkai ke depan dan ke belakang (rocking). Selanjutnya dalam keadaan traksi, kaput femur digerakkan ke dalam asetabulum dengan manipulasi abduksi, rotasi eksterna serta ekstensi pada panggul. b. Metode Stimson Penderita dalam keadaan tengkurap dan tungkai bawah yang mengalami trauma dibiarkan tergantung pada pinggir meja. Panggul dimobilisasi oleh asisten dengan cara menekan sacrum. Dengan tangan kiri ahli bedah memegang pergelangan kaki dan melakukan fleksi pada lutut sebesar 90O dengan tangan kanan menekan ke bawah pada daerah tungkai bawah di bawah lutut. Dengan gerakan rocking dan rotasi pada tungkai serta tekanan langsung pada daerah kaput femur dapat dilakukan reposisi. c. Metode Allis Penderita dalam posisi terlentang di lantai, asisten menahan panggul dan menekannya. Ahli bedah melakukan fleksi pada lutut sebesar 90O dan tungkai di adduksi ringan dan rotasi medial. Lengan bawah ditempatkan di bawah lutut dan dilakukan traksi vertical dan kaput femur diangkat dari bagian

posterior asetabulum. Panggul dan lutut diekstensikan secara hati-hati. Metode yang ketiga merupakan metode yang lebih mudah. Syarat terpenting dalam melakukan reposisi adalah sesegera mungkin dan dilakukan dengan pembiusan umum disertai relaksasi cukup. 2. Pengobatan dislokasi panggul tipe anterior Reposisi dislokasi anterior dianjurkan dengan mempergunakan metode Allis dengan urutan sebagai berikut: a. Fleksi lutut untuk mendapatkan relaksasi otot harmstring b. Abduksi penuh pada panggul disertai dengan fleksi c. Melakukan traksi longitudinal sesuai dengan aksis femur d. Asisten menahan kaput femur dengan telapak tangan Apabila tidak berhasil dapat dicoba dengan melakukan Bigelow terbalik. Setelah direposisi, dilanjutkan dengan traksi kulit menurut cara ekstensi Buck untuk beberapa hari dan setelah itu dipasang spika panggul selama 4-6 minggu 3. Pengobatan dislokasi panggul tipe sentral Reduksi dislokasi sentral memerlukan traksi tulang dengan mempergunakan K-wire untuk beberapa minggu karena dislokasi sentral disertai fraktur pada asetabulum. Komplikasi 1. Jebakan fragmen intra-artikuler Biasanya karena terjadi reduksi yang tidak lengkap akibat adanya ganjalan fragmen tulang rawan asetabulum. Diagnosis dapat ditegakkan dengan artogram 2. Dislokasi rekuren Dislokasi rekuren jarang terjadi kecuali pada penderita Sindroma Down

3. Nekrosis avaskuler Insidens kelainan ini diperkirakan 10%. Apabila direposisi dalam waktu 6 jam setelah trauma biasanya tidak ditemukan komplikasi ini. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Edisi Ketiga. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2007. Hal 395-7

Pendahuluan Sendi panggul sangatlah stabil, membutuhkan gaya yang signifikan untuk mengakibatkan dislokasi. Jadi, dislokasi panggul murni atau dislokasi dengan fraktur kepala femur pada umumnya adalah akibat trauma berkekuatan tinggi dan sering disertai cedera penyerta lainnya yang harus ditemukan. Sebuah studi mengemukakan bahwa 95% pasien dengan dislokasi panggul setelah kecelakaan kendaraan mengalami cedera penyerta lainnya yang membutuhkan rawat inap. Selain evaluasi standar trauma, pemeriksaan musculoskeletal dan neurologis serta penilaian x-ray yang teliti amat diperlukan untuk menghindari cedera yang hilang. Hasil perawatan tergantung pada banyak variable. Beberapa hal seperti kerusakan tulang rawan pada dampak dan cedera pada pembuluh darah kepala femur berada di luar kendali dari ahli bedah. Hal lainnya, seperti waktu dan akurasi dari reduksi, adalah variabel yang dapat berpengaruh secara positif dalam mengenal dan menangani dislokasi sebagai keadaan darurat. Komplikasi yang umum mencakup nekrosis avascular, artritis, cedera neurologis, osifikasi heterotropik dan dislokasi ulang. Penanganan dislokasi panggul diarahkan untuk menghindari komplikasi dengan reduksi darurat dan memastikan sendi dalam keadaan stabil. Mekanisme Trauma

Sebagian besar dislokasi panggul terjadi akibat trauma kecelakaan lalu lintas berenergi tinggi. Pengemudi yang tidak memakai pengaman memiliki risiko tinggi mengalami dislokasi panggul dibanding pengemudi yang memakai pengaman. Mekanisme lainnya termasuk jatuh, pejalan kaki yang ditabrak, kecelakaan industri dan cedera olahraga. Posisi dari panggul, vektor gaya yang diaplikasikan dan anatomi individu; semua hal tersebut mempengaruhi arah dislokasi, fraktur dengan dislokasi atau dislokasi murni tanpa fraktur. Dislokasi posterior lebih sering terjadi dibandingkan dislokasi anterior sekitar 9:1. Mekanisme terjadinya dislokasi posterior diakibatkan kecelakaan dimana lutut korban membentur dashboard mobil dengan lutut dan panggul dalam keadaan fleksi. Semakin fleksi dan adduksi posisi panggul saat gaya longitudinal berlaku pada femur, semakin memungkinkan terjadinya dislokasi murni. Adduksi atau rotasi internal yang kurang mempermudah terjadinya dislokasi fraktur, dimana dapat terjadi dengan fraktur dinding posterior atau cedera geser dari kepala femur sebagai dampak benturan terhadap dinding posterior. Dislokasi anterior yang jarang terjadi adalah akibat hiperabduksi dan ekstensi. Mekanisme ini dapat timbul pada cedera deselerasi dimana korban dalam posisi santai saat terjadi benturan dengan kaki dalam keadaan fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal, seperti pada kecelakaan sepeda motor dimana tungkai bawah sering dalam keadaan hiperabduksi. Derajat fleksi panggul menentukan tipe dislokasi anterior dengan ekstensi mengarah ke dislokasi pubis superior dan fleksi mengakibatkan dislokasi obturator inferior.

Tanda & Gejala Pasien dengan dislokasi panggul harus dianggap memiliki cedera multipel. Lebih dari 95% kejadian memiliki cedera yang memerlukan rawat inap terlepas dari dislokasi yang dialami. Trauma intra-abdomen, kepala dan dada Merupakan cedera penyerta yang paling umum terjadi. Meskipun gambarannya umum, termasuk deformitas dari ekstremitas, diagnosis dislokasi panggul bias saja terlupakan karena adanya cedera penyerta yang lebih mengancam jiwa. Cedera tulang yang umum menyertai termasuk fraktur kepala, leher atau tulang poros femur; fraktur acetabular; fraktur pelvic; cedera lutut; cedera pergelangan kaki dan cedera kaki. Cedera lutut, termasuk dislokasi posterior, cedera cruciatum dan fraktur patella paling sering terjadi dengan dislokasi panggul posterior akibat dari trauma langsung dengan dashboard. Tidak adanya tulang poros atau fraktur leher femur, posisi dan gerakan ekstremitas dapat menunjukkan dislokasi. Pada dislokasi posterior, tungkai bawah dalam keadaan fleksi, adduksi dan rotasi interna. Setiap gerakan panggul, terutama dalam upaya untuk memperpanjang atau memutar panggul sangatlah menyakitkan. Sebaliknya, dislokasi anterior tampak dengan rotasi eksterna ekstremitas dengan jumlah variasi dari fleksi dan abduksi. Pemeriksaan khusus untuk dislokasi panggul harus dimulai dengan palpasi dari semua tulang panjang dan sendi ektremitas terkait dan pemeriksaan neurovascular yang teliti. Penekanan pada fungsi prereduksi dari saraf skiatik sangat penting dalam dislokasi posterior karena saraf dapat terluka selama reduksi. Dislokasi panggul posterior dapat berhubungan dengan dislokasi lutut posterior dan meskipun jarang, dislokasi anterior dapat mencederai pembuluh darah femur, yang mengharuskan penilaian secara seksama terhadap pulsasi distal. Terakhir, tulang belakang dan panggul harus diperiksa. Meskipun cedera pada daerah-daerah tersebut jelas secara klinis, mereka tidak dapat dikesampingkan tanpa pemeriksaan x-ray.

You might also like