You are on page 1of 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Herniasi Nukleus pulposus (HNP). Makalah ini dibuat dalam rangka mewujudkan salah satu tugas kelompok sebagai tambahan untuk melengkapi tugas akhir peraktek kerja lapangan (PKL). Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar tepat waktu. Selain itu, tim penulis juga mengucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Yth : 1. Karumkit RSAL Mintohardjo 2. Depwat RSAL Mintohardjo 3. Diklat RSAL Mintohardjo 4. Karu RSAL Mintohardjo 5. CI RSAL Mintohardjo 6. Dosen Pembimbing STIKes KESOSI 7. Perawat Ruangan RSAL Mintohardjo

Tiada gading yang tidak retak, begitu juga dengan pembuatan makalah ini masih sangat banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh sebab itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... 1

DAFTAR ISI.....................................................................................2

PENDAHULUAN.............................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................4

KASUS............................................................................................... 18

KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 34

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nucleus pulposus yang

terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh annulus fibrosus yang mengelilingi nucleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat. Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari low back pain sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika. HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani

BAB II PEMBAHASAN

B. Konsep teori 1. Definisi Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (ruptur discus). Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat. Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, ) Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari low back painsub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika

2. Etiologi Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus terdiri dari jaringan kolagen yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak mempunyai saraf sensoris. Herniasi terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus yang menyebabkan protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi terjadi pada daerah kostalateral yang menyebabkan ligamentum longitudinal posterior tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga menimbulkan gejala skiatika. Herniasi dapat juga terjadi kea rah posterior yang hanya menyebabkan gejala nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi. Herniasi dapat pula terjadi ke atas ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra untuk membentuk nodus Schmorl. 3. Patofisiologi Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus invertebralis, kandungan air diskus berkursang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan akar akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249). Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1. Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil. Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi

nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

4. Manifestasi klinis Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung kepada materi discus yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi vertebra lumbalis biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai skiatika atau mungkin hanya berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronis dengan skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai ke tungkai bawah. Gejala klinis yang dapat ditemukan : 1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai beberapa minggu secara perlahan-lahan. 2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk. 3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf dan mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun. 4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme otot lumbal yang hebat. 5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang. 6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong. 7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat terbatasnya dan besarnya tekanan pada akar saraf. 8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha bagian depan. 9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.

5. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa: 1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis. 2. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah : 1. Foto polos Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tdak stabil.(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal. 1. MRI Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudenal. 1. Scanning Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan F)>Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.

6. Pengobatan Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu : 1. Pengobatan konservativ pada lesi diskus akut Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgesik yang cukup. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl mencegah spasme, pemanasan lokal atau anastesia lokal paravertebra. Penderita tidur pada alas yang keras. Pada saat ini idak
7

diperbolehkan latihan sama sejali, bila pendeita dirawat dapat dianjurka untuk mrnggunakan traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket plaster dari politen selama 2-3 minggu. Injeksi epidural dengan 0,5 % prokain dalam 50 cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal secara hati-hati apabila fase akut berakhir setelah 2-3 minggu. Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik, Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin didahului dengan disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan manipulasi yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Pemakaian alat bantu lumbosakral Berupa korset dan penyangga. Traksi lumbal yang bersifat intermiten. 1. Tindakan operatif Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada kauda ekuina disertai dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan pada sfingter usus dan kandung kemih. Adanya analgesia pelana pada bokong dan daerahj perineal. Kelemahan otot yang progresif oleh karena tekanan pada saraf atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag dipersarafi. Adanya skiatika yang menetap dengan gejala neurologis, tidak menghilang dengan terapi konservatif dan waktu patokan biaanya 6 minggu. Adanya lesi yang hebat disertai kelainan bawaan atau spondilitis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara terbuka tapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan mempergunakan alat dan teropong.

5. ASUHAN KEPERWATAN A. Pengkajian Pengkajian menurut Marillyn E Doenges (1999), Smeltzer (2001). 1. Aktifitas/Istirahat. Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan atau matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktifitas yang biasa dilakukan. Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.

2. Eliminasi. Gejala : konstipasi, adanya inkontinensia urine.

3. Integritas ego. Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan. Tanda : cemas, depresi, menghindar dari keluarga atau orang terdekat.

4. Neurosensori. Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki. Tanda : penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, nyeri tekan dan spasme otot.

5. Nyeri/ Kenyamanan. Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat beban, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher ; nyeri yang tidak ada hentinya, ; nyeri yang menjalar kekaki, bokong (lumbal), atau bahu/lengan, ; kaku pada leher (servikal), terdengar adanya suara krek saat nyeri baru timbul/ saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk kedepan. Tanda : sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan,berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada saat palpasi.

6. Keamanan. Gejala : adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

7. Penyuluhan/ Pembelajaran. Gejala : gaya hidup yang monoton atau hiperaktif.

B. Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia 3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi 4. Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat 5. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia 6. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama C. Intervensi 1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : - Klien mengatakan tidak terasa nyeri. - Lokasi nyeri minimal - Keparahan nyeri berskala 0 - Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai) Intervensi

Rasional

Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 10

Nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat

10

penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.

Untuk menghilangkan stres pada otototot punggung

Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang

Logroll (Papan) mempermudah melakukan mobilisasi

Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi


Untuk menghindari adanya cidera Agen-agen ini secara sistematik menghasilkan relaksasi umum dan menurunkan inflamasi.

Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan

Berikan relaksan otot yang diresepkan, analgesik, dan agen antiinflamasi dan evaluasi keefektifan

Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.

Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksas

11

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil : - Tidak terjadi kontraktur sendi - Bertabahnya kekuatan otot - Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas Intervensi

Rasional

Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

Dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan rentang gerak pasif dan aktif

Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.

Untuk menghindari adanya tekanan pada area penonjolan tulang

Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai progran dan efektivitasnya

Penggunaan analgetik yang berlebihan dapat menutupi gejala, dan ini menyulitykan defisit neurologis lebih lanjut

Rujuk pasien untuk konsultasi psikologis bila kelemahan motorik, sensorik, dan fungdi seksual terjadi permanen

Pasien yang mengalami kehilangan fungsi tubuh permanen akan merasa sedih. Semakin besar makna kehilangan, semakin dalam lama reaksi kesedihan ini dialami.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan

12

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil : - Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya. - Respon klien tampak tersenyum. Intervensi

Rasional

Berikan lingkungan yang nyaman

Menurunkan stimulasi yang berlebihan dapat mengurangi kecemasan

Catat derajat ansietas

Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu klien meningkatkan beberapa perasaan control emosi.

Libatkan keluarga dalam proses keperawatan

Peran serta keluarga sangat membantu dalam menentukan koping

Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)

Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.

Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan

Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

13

1. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil - Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien - Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan Intervensi

Rasional

Monitor kemampuan dan tingkat

Membantu dalam

kekurangan dalam melakukan perawatan diri

mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

Beri motivasi kepada klien untuk tetap

Meningkatkan harga diri dan

melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sungguh-sungguh

semangat untuk berusaha terusmenerus

Hindari melakukan sesuatu untuk klien

Klien mungkin menjadi sangat

yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

ketakutan dan sangat tergantung meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk dirisendiri untuk mepertahankan harga

14

diri dan meningkatkan pemulihan

Berikan umpan balik yang positif untuk

Meningkatkan perasaan makna diri

setiap usaha yang dilakukannya atau dan kemandirian serta mendorong keberhasilannya klien untuk berusaha secara kontinyu

Memberikan bantuan yang mantap

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi Kriteria hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat Konsistensifses lunak Tidak teraba masa pada kolon ( scibala ) Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )

15

Intervensi

Rasional

Berikan penjelasan pada klien dan keluarga

Klien dan keluarga akan mengerti

tentang penyebab obstipasi tentang penyebab konstipasi


Bising usus menandakan sifat

Auskultasi bising usus aktivitas peristaltik

Diit seimbang tinggi kandungan serat

Anjurkan pada klien untuk makan

maknanan yang mengandung serat

merangsang peristaltik dan eliminasi reguler

Berikan intake cairan yang cukup (2 liter

Masukan cairan adekuat membantu

perhari) jika tidak ada kontraindikasi mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler

Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan

Aktivitas fisik reguler membantu

Klien

eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu

Kolaborasi dengan tim dokter dalam

makan dan peristaltik

pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)

Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi

16

1. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit Kriteria hasil : - Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka - Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka - Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka Intervensi

Rasional

Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin

Meningkatkan aliran darah kesemua daerah

Rubah posisi tiap 2 jam Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol

Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi

Menghindari kerusakankerusakan kapiler-kapiler

Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi

Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit

Mempertahankan keutuhan kulit

17

BAB III KASUS PENGKAJIAN PRE OPERASI A. Identitas Klien Nama ( initial ) Umur Jenis Kelamin Agama Alamat Status Pekerjaan Pendidikan MasukRumah Sakit No RM Ruangan Tanggal Pengkajian Diagnosa medik : Tn. B : 21 Tahun : laki laki : Islam : Batalyon 9 Marinir Lampung : Belum Menikah : TNI : SLTA : 5 Januari 2013 : 08.55.77 : II ( Pulau Salawati ) : 5 Januari 2013 : HNP L2-L3

B. Riwayat Singkat Pasien Vital Sign waktu masuk : TD : 120 / 70mmHg, Suhu : 36C, Nafas : 18 x / menit , Nadi : 80 x / menit Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang belakang yang memberat sejak 1 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan nyeri tulang belakang sejak 6 bulan SMRS, namun memberat sejak 1 hari SMRS, nyeri menjalar ke kaki kiri sejak 1 hari SMRS, kesemutan , kelemahan tidak ada, pasien sering merasakan nyeri setelah mengalami trauma saat sedang melakukan latihan, pasien terjatuh dengan posisi terduduk, setelah terjatuh pasien masih mampu bangun dan berjalan, pasien sudah berobat ke dokter dan dinyatakan gangguan pada tulang lumbalnya, selama ini pasien rutin melakukan fisioterapi, demam tidak ada, mual tidak ada, BAK dan BAB normal.

18

Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat diabetes ( - ), Alergi ( - ), Hipertensi ( - ), Asma ( - ), Typoid ( + )

C. Pola Pola Fungsi Kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat kebiasaan merokok (+) 1 hari 1 kotak rokok, penggunaan obat bebas (-), alcohol (-), ketergantungan terhadap bahan kimia (-), konsumsi jamu (-), donor darah (+) 4 kali, olahraga (+) renang 2. Pola nutrisi dan metabolism SMRS : frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur keadaan yang mengganggu (-) MRS : frekuensi : 3X/hari, komposisi : nasi , lauk , sayur keadaan yang mengganggu (-) 3. Pola eliminasi SMRS : BAB frekuensi : 2X/hari konsistensi : padat warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas keluhan (-) BAK frekuensi : 6 8X/hari warna dan bau : kuning muda , bau khas keluhan (-) MRS : BAB frekuensi : 1X/hari konsistensi : padat warna dan bau : kekuning-kuningan , bau khas keluhan (-) BAK frekuensi : 500 ml /hari warna dan bau : kuning muda , bau khas keluhan (-)

19

4. Pola tidur dan istirahat SMRS : Tidur Frekuensi : 1 x / malam Lama : 8 jam Keluhan (-) Istirahat Lama : 1 jam MRS : Tidur Frekuensi : 1 x / malam Lama : 8 jam Keluha Istirahat Lama : 5. Pola aktivitas SMRS : Aktivitas sedikit terganggu dikarenakan intensitas nyeri yang semakin memberat. MRS : Hanya berbaring ditempat tidur, sesekali duduk 6. Pola persepsi dan konsep diri Body image : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, tetapi saat ini merasa sangat terganggu dengan rasanyeri tulang belakangnya. Self Esteem Klien yakin bahwa dirinya cepat sembuh dan dapat mengalahkan penyakitnya Identitas diffusion ( kekacauan identitas ) Tidak ada masalah Depersonalisasi Klien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan kembali melakukakan kegiatan seperti biasa tanpa ada hambatan rasa nyeri Peran Saat ini sebagai anak

20

D. Pola sensori dan kognitif Sensori : penciuman, rasa, raba dan pendengaran Tidak terdapat masalah Kognitif : proses berfikir,isi pikir dan daya ingat baik E. Penanggulangan stress Psikologi Apabila ada permasalah meminta solusi pada teman yang dipercaya Social Sering mengikuti kegiatan dimasyarakan dan berkumpul dengan teman sebaya Spiritual Setiap ada permasalahan yang mengganggu biasanya lebih mendekankan diri pada Tuhan ( sholat ) F. Pemeriksaan fisik 1. Status kesehatan umum Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis TD : 110 / 80 mmHg, suhu : 36,2C nafas : 18 x/menit, nadi : 79 x/menit 2. System Integumen Kulit pucat (-), cyanosis (-),ikterus (-) ,luka (-) 3. Kepala Simetris, penonjolan (-),nyeri kepala (-),trauma kepala (-) 4. Muka Simetris, odema (-), otot muka kuat (-), paralisis (-),otot rahang kuat (+) 5. Mata Pupil bulat isokor (+) 3mm ,konjungtiva tidak anemis,ikterik (-),alis mata (+) simetris, kelopak mata odema (-),pendarahan (-),sclera anemis (-),visus(-) 6. Telinga Secret (-) ,serumen(-), benda asing (-),membrane timpani (+) 7. Hidung Deformitasa (-), mukosa hidung (+),secret (-),obstruksi (-) 8. Mulut dan faring Caries gigi (-),stomatitis (-), bibir pecah pecah, pendarahan (-), lidah parese (-) , tremor (-) 9. Leher Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
21

10. Thoraks Bentuk normal Paru Inspeksi : bentuk simetris , pecembungan (-) Palpasi : pergerakan simetris (+), tertinggal depan dan belakang (-), fremitus raba kanan = kiri (+) Perkusi : rensonan Auskultasi : wheezing -/Jantung Inspeksi : iktus tidak tampak Palpasi : iktus teraba, getaran (-) Perkusi : Batas kanan jantung 2 jari diatas BPH dari lateral ke medial sejajar dengan sternum batas kiri jantung iga V VI di linia medioklavikularis kiri Auskultasi : BJ : I II (+), murmur (-), gallop (-) Capillaty refill TIME < 3 detik Nyeri dada (-) 11. Abdomen Inspeksi : datar simetris, penonjolan/massa (-), perubahan warna (-) Auskultasi : Bising Usus (12 x/menit) Perkusi : timpani Palpasi : nyeri tekan (-) 12. Iguinal-genital-anus Keluhan BAB : (-), BAK (-) Pembesaran kelenjar lemphe (-), tumor (-), abses (-) 13. Ekstremitas Baik

F. Pemeriksan Penunjang Laboratorium pre operasi

Jenis pemeriksaan Pemeriksaan gula Glukotest

Hasil

Normal

92 mg / %
22

< 200

Pemeriksaan Hematologi - Massa pendarahan / bleeding time - Massa pembekuan / clotting time Paket darah lengkap - Leukosit - Eritrosit - Hemoglobin - Hematokrit - Thrombosit - LED Hitung jenis leukosit - Eosinofil - Basofil - Batang - Segmen - Limfosit - monosit

230 menit 1000menit

1-6 10-16

7700 / mm 5,27 / mm 15,5 g / dl 45 % 266.000/ mm 25mg /l 1% -% 2% 66% 28% 3%

5000-10.000 4,6- 6,2 14-16 42-48 150.000-400.000 < 10 2-4 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8

Radiologi Jantung dan paru normal Bentuk tidak membesar Corakan bronchovaskular normal Tidak tampak bercak-bercak kesuraman Sinus costofrenikus dan diaframa baik MRI lumbal sacral Pemeriksaan MRI vertebrae lumbosacral tanpa kontros godolinum PTPA. Pathogen sagital T1 SE / T2 TSE serta MR-myelogram,tampak : kurve vertebra, axral F2 lumbosacral melurus, tidak tampak listhesis. Tampak pembentukan spur L1-L2,tampak schmort node di vertebra andplate L1-L2 vertebra andplate lumbal regular Intensitas signal bone marrow corporce vertebra lumbosacral normal Intensitas signal diskus L1-L2 dan L2-L3 hipointens dan tebal diskus L2-L3 memipih Tampak penonjolan diskus intervertebralis L1-L2 dan L2-L3 ke posterior Pada potongan axial tampak bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
23

Tidak tampak hipertropi ligamentum flavum maupun fecet joint Intensitas signal medulla spinal sampai cornus medularis setinggi Th 12 - L1 normal Tidak tampak lesi patologis intra meduler MR mylogram tampak stenosis canalis spinal L2 L3 Kesan - straight lumbalis - bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac - protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta neural foramen L3-L4

Rontgen lumbal straight lumbalis bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta neural foramen L3-L4

5 februari 2013 : - puasa jam 24.00 sebelum operasi setelah operasi ke icu

Post operasi Laboratorium Jenis pemeriksaan 6 februari 2013 Elektrolit Na K+ Cl Darah lengkap - leukosit - eritrosit - hemoglobin - hematokrit Hasil Normal

136mmol/l 3,9mmol/l 102mmol/l

134-146 3.4-4,6 96-108

17.700/mm 5,19 juta/mm 15,3 g/dl 44%


24

5000-10.000 4,6- 6,2 14-16 42-48

thrombosit LED

219 ribu / mm 5 mg / l

150.000-400.000 < 10

Hitung jenis leukosit - Eosinofil - Basofil - Batang - Segmen - Limfosit - monosit 7 februari 2013 Darah lengkap - leukosit - hemoglobin - hematokrit - thrombosit Elektrolit Na K+ Cl Albumin Ureum creatinin

1% -% 1% 86% 7% 2%

2-4 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8

20.000 / mm 14,0juta / mm 40% 230.000 / mm

5000-10.000 14-16 42-48 150.000-400.000

135 mmol/l 3,8 mmol/l 99 mmol/l 3,4 g /dl 3,1 1,1

134-146 3.4-4,6 96-108

8 februari 2013 Darah lengkap - leukosit - eritrosit - hemoglobin - hematokrit - thrombosit 10 februari 2013 - leukosit - eritrosit - hemoglobin - hematokrit - thrombosit

20.300 / mm 4,10 juta / mm 12,3 g /dl 35 % 218.000 / mm

5000-10.000 4,6- 6,2 14-16 42-48 150.000-400.000

16.200 / mm 4,19 juta / mm 12,0 g /dl 36 % 226.000 / mm

5000-10.000 4,6- 6,2 14-16 42-48 150.000-400.000

Foto lumbal post operasi belum keluar Pengobatan / terapi


25

ceftriaxome 2 x 1 ketesse 3 x 1 amp 1vfdvrl 20 tts / menit Mo ( icu ) 2cc / jam Puasa sampai sadar Fisioterapi Menggunakan sabuk hnp Methy prednisolon 3 x 125 Menggunakan alas tidur yang datar dan keras ( membantu menstabilkan daerah vertebra )

Analisa Data No 1. Tanggal 5-2-2013 Pre operasi Data S: Problem Nyeri pasien mengeluh nyeri tulang belakang ( ngilu ),seperti ditusuk - tusuk Pasien mengatakan nyeri menjalar ke kaki kiri dan kesemutan Etiologi Kompresi saraf

Agen pencedera fisik

Kompresi saraf

O; Skala nyeri 6 Pasien gelisah Berbaring menggunakan papan yang keras Wajah menahan nyeri Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) Agen fisik ( tindakan pembedahan )

2.

7-2-2013 Post operasi

S: Pasien mengatakan nyeri daerah operasi

O: K/U tampak lemah TD:110 /

Insisi bagian lumbal ( tindakan operasi )

26

3. 7-2-2013 S: -

70mmHg ,N :76 x / menit S;36,8C Wajah pasien telihat menahan sakit Insisi bagian lumbal 15 cm Terpasang selang drainase Pasien mengatakan lemas Pasien mengatakan belum mampu menggerakkan tubuhnya Pasien mengatakan masih nyeri jika bergerak

Selang drainase

Gangguan mobilitas fisik

Keterbatasan akibat kondisi post operasi ( nyeri )

Keterbatasan akibat post operasi

O: Pasien kliatan lemas Saat diminta menggeserkan tubuhnya pasien tampak kesusahan

Penurunan kekuatan

27

Rencana Keperawatan N o 1. Diagnose Pre operasi Nyeri b.d agen pencedera fisik ( kompresi saraf ) Tujuan dan criteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan penghilang, mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan. Dengan criteria hasil : - pasien mampu istirahat/tidur -pasien mengatakan nyeri berkurang -dapat menggunakan tekhnik non farmakologi untuk menghilangkan nyeri -skala nyeri 0 - 1 Intervensi Mandiri - Kaji adanya keluhan nyeri,catat lokasi,lamanya serangan,factor pencetus / yang memperberat.Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0 10

Pertahankan tirah baring selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 30 atau pada posisi lateral

Gunakan logroll ( papan ) melakukan perubahan posisi

Bantu pemasangan brace / korset

Batasi aktivitas selama fase akut sesuai kebutuhan

28

Letakkan semua kebutuhan, termasukbel panggil dalam bats yang mudah

dijangkau pasien Instrusikan pasien untuk melakukakan teknik relaksasi

Instruksikan untuk melakukan mekanika tubuh / gerakan yang tepat

Kolaborasi - Berikan tempat tidur orttopedik / letakkan papan di bawah kasur / matras

Berikan obat sesuai kebutuhan

Pasang ponyokong fisik seperti brace lumbal kolar servikal

Konsulkan dengan ahli terapi fisik

2.

post operasi Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d agen fisik ( tindakan pembedahan )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan penghilang, mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan. Dengan kriteria hasil : - Pasien mampu istirahat/tidur - Pasien mengatakan nyeri berkurang - Dapat menggunakan tekhnik non farmakologi untuk menghilangkan
29

Kaji intensiotas nyeri, gambaran dan lokasi / penyebaran nyeri atau adanya perubahan sensasi

Kaji kembali manifestasi yang timbul / perubahan dalam intensitas nyeri

nyeri - Skala nyeri 0 - 1

Izinkan pasien mendapatkan posisi yang nyaman jika diperlukan.Gunakan roll an selama perubahan posisi

Berikan massase / gosokan punggung dengan menjauhi daerah operasi

Demonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi : nafas dalam / visualisasi

Berikan diet makanan lunak, pelembab ruangan, anjurkan untuk tidak berbicara setelah dilakukan laminektomi servikal

Teliti keluhan pasien mengenai munculnya kembali nyeri radikular

30

Kolaborasi - Berikan obat analgetik, sesuai kebutuhan 3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan akibat kondisi (nyeri) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan tidak terjadi penuruna kekuatan/kontrol otot. Dengan kriteria hasil : - pasien dapat mendemontrasikan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh - pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang situasi, aturan tindakan dan tindakan keamanan - pasien dapat mendemostrasikan tekhnik / memungkinkan melakukan kembali aktifitas Mandiri - jadwalkan aktivitas/tindakan dengan periode waktu istirahat. Anjurkan pasien untuk dapat berperan serta dalam kegiatan sehari-hari dangan keterbatasan yang dialaminya.

Berikan/bantu untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif yang disesuaikan dengan prosedur pembedahan

Bantu untuk melakukan aktifitas/ambulasi

31

Catatan Perekembangan No.Diagnosa / Tanggal 1. 5-2 -2013 Implementasi Melakukan penilaian tentang nyeri, lolasi, karakteristik dan faktor faktor yang dapat menambah nyeri Mengamati isyarat non verbal tentang nyeri Memberikan massase / gosokan punggung Menfasilitasi lingkungan yang nyaman Mengajarkan teknik relaksasi Berkolaborasi dalam pemberian obat anti nyeri Evaluasi skala nyeri S: O: Skala nyeri 5 Wajah sedikit rebih rileks. Tidak menunjukan menahan sakit hebat TD = 120 / 70 mmHg , Nadi = 79 x / menit , suhu = 36 C Pasien mengatakan nyeri masih dapat dikontrol Pasien mengatakan nyeri hilang timbul Evaluasi

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensl

2 7-2-2013 19.30

8-2-2013 07.00

Melakukan penilaian tentang nyeri, lolasi, karakteristik dan faktor faktor yang dapat menambah nyeri [ost operasi Mengamati isyarat non verbal tentang nyeri Memberikan massase / gosokan punggung menjauhi daerah operasi Menfasilitasi lingkungan yang nyaman Mengajarkan teknik relaksasi Berkolaborasi dalam pemberian obat anti nyeri ( ketesse, ketorolac ) Memberikan diit makanan lunak Memberikan posisi yang nyaman sesuai indikasi Evaluasi skala nyeri

S: Pasien mengatakan nyerinya sangat berat

O: Skala nyeri 7 Wajah menunjukan menahan sakit hebat TD = 110/70 mmHg , Nadi = 88 x / menit , suhu = 37 C

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensl

S: 32 Pasien mengatakan nyerinya

sangat berat O: Skala nyeri 7 Wajah menunjukan menahan sakit hebat TD = 100/70 mmHg , Nadi = 79 x / menit , suhu = 37 C

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensl 7-2-2013 3. Mengajurkan aktivitas / tindakan dengan kegiatan sehari hari yang dialami Memberikan / bantu untuk latihan rentang gerak pasif dan aktif yang disesuakan dengan prosedur pembedahan Bantu untuk melakukan aktivitas / ambulasi S: Pasien belum mampu menggeserkan tubuhnya, tetapi pasien mengatakan sudah dapat menggerakan jari jari tangan dan kakinya

O: Ambulasi masih dibantu TD = 100/70 mmHg , Nadi = 79 x / menit , suhu = 37 C

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensl

33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (ruptur discus). Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat. Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. (Candra, )

34

You might also like