You are on page 1of 7

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 1992). Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat (Wardhana, 2004). Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas

buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain (Setiono, 1998). Salah satu polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yaitu timbal (Pb). Kadar logam berat beracun dan berbahaya seperti timbal (Pb) khususnya di udara,

Universitas Sumatera Utara

15

saat ini telah mencapai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan, terutama di kota kota besar dengan intensitas asap kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin cukup padat. Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), terutama PbBrCl dan PbBrCl2 (Fardiaz, 1992). Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit (Albalak, 2001). Makanan yang dapat terkontaminasi oleh timbal (Pb) hasil pembakaran bensin adalah makanan yang dijual dipinggir jalan. Makanan yang dijual dipinggir jalan biasanya adalah makanan jajanan. Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat (Mudjajanto, 2005). Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19 persen pada

Universitas Sumatera Utara

16

tahun 1996 menjadi 11,37 persen pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21 persen energi dan 16 persen protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5 persen energi dan 4,2 persen protein (Mudjajanto, 2005). Bedasarkan survai tersebut yang dilakukan di Bursa Kue Subuh di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat diperoleh Kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berkisar 1,73-4,25 ppm, kadar timbal (Pb) tertinggi terdapat pada kue lapis kanji, sedangkan kadar timbal (Pb) terendah terdapat pada putu ayu dan bolu kukus. Terdapat beberapa jenis makanan jajanan yang kadar timbal (Pb) nya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO dan FAO (2 ppm), yaitu kue tape, kue talam, lapis kanji, dadar gulung, kueku, kue bugis, dan nagasari. Selain itu, terdapat pula makanan jajanan yang kadar timbal (Pb) nya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Depkes RI (4 ppm), yaitu kue tape, kue talam, dan kue lapis kanji. Cemaran logam timbal (Pb) ini diduga berasal dari sisa pembakaran atau asap kendaraan bermotor. Hal ini karena lokasi jualan kue di Bursa Subuh terletak di pinggir jalan besar, dan sebagian besar di antaranya pada saat jualan tidak ditutup (Mudjajanto, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan kota Medan di dapat hasil dari 12 sampel ternyata 11 diantaranya mengandung timbal (Pb). Kadar yang terbesar pada kue pancong yaitu sebesar 1.0854 ppm dan terendah pada donat 1 yaitu sebesar 0.0000 ppm. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 tersebut berasal dari

Universitas Sumatera Utara

17

makanan jajanan yang dijual di Pasar USU, Pasar Peringgan dan Pasar Sei Sikambing (Betty, 2008). Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa masih berada dibawah persyaratan nilai ambang batas yang ditetapan oleh Dirjen POM No: 03725/ B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam jenis makanan jajanan. Walaupun kandungan timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut masih di bawah nilai ambang batas namun harus diwaspadai karena efek toksiknya tidak langsung, tetapi akan berdampak setelah beberapa tahun karena sifatnya yang cenderung terakumulasi pada makhluk hidup. Sifat akumulasi inilah yang menyebabkan efeknya menjadi lebih berbahaya untuk manusia dan dapat menyebabkan kematian. Tingginya kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan juga dapat dipengaruhi oleh lama waktu makanan jajanan tesebut terpajan oleh bahan pencemar. Berdasarkan penelitian oleh Yulianti tahun 2005 diperoleh hasil bahwa ada pengaruh lama waktu pajanan terhadap timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di depan Java Supermall Peterongan Semarang. Menurut Mukono, lama paparan suatu agen akan mempengaruhi kemampuan agen tersebut dalam memberikan efek yang potensial terhadap satu atau beberapa penyakit. Simpang Pasar I Padang Bulan adalah daerah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan di pinggir jalan. Di daerah tersebut juga banyak mahasiswa yang kost dan sering membeli makanan jajanan yang dijual di simpang pasar I tersebut. Makanan jajanan yang dijual adalah jenis gorengan yaitu pisang goreng, tahu isi goreng, ubi goreng, tempe goreng dan bakwan dan lain-lain. Para

Universitas Sumatera Utara

18

penjual menjual dagangan di pinggir jalan yang padat lalu lintas dan dalam keadaan terbuka. Makanan jajanan tersebut sangat diminati oleh masyarakat yang berada disekitar maupun yang kebetulan lewat daerah tersebut khususnya para mahasiswa. Hal ini karena makanan jajanan tersebut terjangkau baik dalam harga maupun lokasi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

1.2.

Perumusan Masalah Kendaraan bermotor adalah sumber pencemaran terbesar timbal (Pb) di

lingkungan. Timbal (Pb) tersebut akan mencemari lingkungan di sekitarnya, baik udara, tanah, air maupun makanan. Makanan yang dapat terkontaminasi oleh timbal (Pb) adalah makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan. Lama waktu pajanan berpengaruh terhadap kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual dipinggir jalan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah berapa kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

1.3. 1.3.1.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama

waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

19

1.3.2.

Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu segera setelah diangkat dari kuali penggorengan. 2. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. 3. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu enam jam setelah diangkat dari kuali penggorengan. 4. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan tersebut apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/1989 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan.

1.4.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi pada masyarakat mengenai kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

20

2. Sebagai referensi pada masyarakat agar lebih selektif dalam upaya pemilihan makanan jajanan yang akan dikonsumsi. 3. Bagi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di lingkungan hidup dan bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam menyusun kebijakan di bidang pemeliharaan lingkungan dan kesehatan masyarakat. 4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain.

Universitas Sumatera Utara

You might also like