Professional Documents
Culture Documents
Tenaga Kerja
TENAGA KERJA, Setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
PEKERJA, Setiap orang yang menghasilkan barang atau
jasa yang mempunyai nilai ekonomis baik yang menerima gaji atau bekerja sendiri yang terlibat dalam kegiatan menual.
SUMBER DAYA MANUSIA, Jumlah penduduk yang
mampu bekerja, dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk produksi
Pertemuan 1
Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.Angkatan kerja atau labor force terdiri dari (1) golongan yang bekerja, dan (2) golongan yang mengganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga,dan (3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu- waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potensial labor force. Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Angkatan Kerja
Angkatan kerja, kelompok masyarakat yang termasuk tenaga kerja
(usia 15 tahun sampai 64 tahun) yang akan dan ingin bekerja. Mereka juga biasa disebut orang yang menawarkan kerja. Pre Employment, During Employment, dan Post Employment
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, antara lain menyebutkan
bahwa : Tiap-tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu tidak boleh ada diskriminasi antara pekerja wanita dan pria. Adapun ruang lingkup tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah pre employment, during employment, dan post employment. Selain itu tenaga kerja berhak atas pembinaan dan perlindungan dari pemerintah.
Pertemuan 1
Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja, mereka yang termasuk kelompok tenaga kerja (usia 15 tahun sampai 64 tahun), tetapi mereka tidak bersedia untuk bekerja, meskipun ada permintaan kerja. Pada kelompok ini termasuk ibu rumah tangga, anak dan orang lanjut usia. Sebagaimana Di kemukakan di atas, kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, yakni:
golongan yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus
golongan lain-lain. Yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam,
Pertemuan 1
Angkatan Kerja
penerima pendapatan, yakni mereka yang tidak melakukan suatu
kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bungan atau simpanan atau sewa atas milik; dan
lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis. Pada dasarnya mereka yang termasuk pada kelompok bukan angkatan kerja ini (kecuali yang terakhir yaitu mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain) sewaktu-waktu dapat terjun untuk ikut bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini dapat juga disebutkan sebagai angkatan kerja potensial (potential labor force).
Pertemuan 1
yang diharapkan, seseorang dapat mengurungkan niatnya mencari pekerjaan dimaksud. Mereka sebenarnya masih ingin bekerja, akan tetapi tidak aktif mencari pekerjaan. Mereka disebut discouraged workers, yang sementara keluar dari pasar kerja, karena tidak berhasil memperoleh pekerjaan yang diharapkan.
Pertemuan 1
membiayai sekolah, maka tenaga kerja yang tergolong sekolah akan meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan mencari pekerjaan. Sebaliknya orang tersebut akan kembali lagi ke bangku sekolah bila kondisi pekerjaan berubah menjadi kurang menarik dan/atau keluarga sudah mampu membiayainya.
masuk pasar kerja bila tingkat upah tinggi dan/atau bila penghasilan keluarga rendah relatif terhadap kebutuhannya. Mereka akan kembali mengurus rumah tangga bila keaadan sebaliknya terjadi. Golongan penduduk yang seperti itu dinamakan juga angkatan kerja sekunder, dibedakan terhadap angkatan kerja primer yaitu mereka yang secara terus-menerus berada dalam pasar kerja (bekerja atau mencari kerja).
Pertemuan 1
PENGANGGURAN
Pengangguran
adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SD, SMP, SMA, Mahasiswa Perguruan Tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Tingkat Pengangguran: Jumlah orang yang menganggur dalam persentase dari tenaga kerja
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Tingkat pengangguran bukan ukuran yang baik tentang apakah pasar tenaga kerja bekerja baik. Kita mengetahui bahwa perekonomian bersifat dinamis dan pada setiap waktu beberapa industri berekspansi dan beberapa berkontraksi. Fakta bahwa ada orang yang baru bersedia bekerja pada upah lebih tinggi daripada upah saat ini tidak berarti bahwa pasar tenaga kerja tidak berfungsi.
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Penjelasan upah-relatif atas pengangguran: Penjelasan Upah Lengket (dan juga Pengangguran); di mana pekerja akan menolak pemotongan upah jika pekerja di perusahaan lain tidak dianggap mengalami pemotongan yang serupa.
Pertemuan 1
pekerja dan perusahaan bahwa perusahaan tidak akan memotong upah. Kontrak eksplisit: Perjanjian kerja yang menetapkan upah pekerja, biasanya untuk periode 1 sampai 3 tahun. COLA (cost-of-living-adjustment): Pasal kontrak yang mengaitkan antara upah dan biaya hidup, semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi kenaikan upah.
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Hukum upah minimum: Hukum yang menetapkan tingkat upah terendah, yaitu tingkat minimum per jam dalam pekerjaan apapun.
Pertemuan 1
Kurva AS memperlihatkan hubungan positif antara tingkat harga (P) dan output (Pendapatan) agregat (Y).
Pertemuan 9
Pertemuan 9
Pertemuan 1
KURVA PHILLIPS
Kurva Phillips: Menunjukkan keterhubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Pertemuan 1
Pertemuan 1
Meningkatnya jumlah pengangguran intelektual disebabkan orientasi para sarjana adalah mencari pekerjaan dan bukannya menciptakan pekerjaan. Oleh karena itu, dia meminta para sarjana mengembangkan jiwa kewirausahaan ketimbang sekadar menjadi pegawai. Untuk mendukung tumbuhnya wirausaha baru, pihaknya bekerja sama dengan lembaga rumah ekonomi rakyat mengadakan pelatihan wirausaha berbasis teknologi atau technopreneurship. Program ini adalah kelanjutan program pusat inovasi usaha mikro-kecil dan menengah yang sudah berjalan sejak 2009. Selain technopreneurship, program lainnya yang sudah berjalan adalah inkubator bisnis berbasis teknologi di kampus-kampus, ujarnya.