You are on page 1of 12

IMPLEMENTASI SILA-SILA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Di Susun Oleh: Nama Nim : Suci Nurhidayah : 0122000062

YASMA PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN STIE KUSUMA NEGARA


1. LATAR BELAKANG

Setiap individu atau bangsa memiliki karakter yang sering diterjemahkan jati diri atau kepribadian. Jati diri inilah yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lain. Oleh karena itu, jati diri menjadi sangat penting bagi suatu bangsa untuk tetap eksis sebagai suatu bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Memasuki era globalisasi jati diri pun mengalami transformasi. Ketika memasuki proses transformasi Talcott Peason memberikan rambu-rambu yang diangkat melalui teorinya yang berjudul social system. Dalam teori ini dia menyatakan bahwa bila suatu masyarakat ingin tetap eksis dengan jati dirinya, masyarakat tersebut harus memiliki kemampuan untuk menjaganya. Dan pancasila merupakan karakter kepribadiaan/jati diri bangsa Indonesia. 2. RUMUSAN MASALAH 1) Pancasila sebagai karakter kepribadian jati diri bangsa Indonesia 2) Implementasi sila-sila pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. TUJUAN PENULISAN 1) Memahami lebih dalam arti dan manfaat pancasila yang sesungguhnya. 2) Mendalami/menggali arti dari sila-sila pancasila yang di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 4. PEMBAHASAN Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sejarah Perumusan

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu : Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut. Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar

permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi. Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah : Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950 Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959). Hari Kesaktian Pancasila Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif dibelakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok reliji terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur

Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 19651966. Pada hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Butir-butir pengamalan Pancasila Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. 36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. 5. Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia. B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

C. SILA PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. 5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. 5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA 1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros. 8. Tidak bergaya hidup mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 10.Suka bekerja keras. 11.Menghargai hasil karya orang lain. 12.Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia. Pancasila sebagai karakter kepribadian jati diri bangsa (Indonesia) Pancasila ditinjau dari fungsinya memiliki 2 fungsi pokok sebagai berikut: 1) Sebagai dasar negara Pancasila dalm pengertian ini sering disebut falsafah negara dalam arti pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. 2) Sebagai pandangan hidup bangsa Pengertian pancasila sebagai pandanganhidup bangsa Indonesia adalah Pancasila Way Of Life, Wectansehuung, pandangan/pedoman hidup. Dalam hal ni pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiaan hidup dan kehidupan dalam berbagai bidang. Dengan demikian semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai semua sila-sila pancasila. Dari fungsi pokok tersebut mengalirlah fungsi-fungsi yang lain , salah satunya adalah fungsi pancaila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, artinya pancasila menjadi ciri khas perilaku individu bangsa Indonesia.

Sila pertama Bintang. Tindakan yang dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang memberikan pemahaman bahwa manusia merupakan hasil ciptaan Tuhan memunculkan kesadaran untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa manusia Indonesia harus menjalankan semua perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan Tuhan, perintah dan larangan Tuhan dapat ditemukan dalam ajaran agama. Sila ini memberi motivasi pada manusia untuk beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Melalui ibadahnya terbentuk perilaku saling toleransi antarpemeluk agama dan sekaligus terwujud kerukunan hidup. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa membentuk manusia Indonesia religius yang dapat membangun realitas keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta. Naya Sudjana (2006 : 34 42) menawarkan hendaknya manusia Indonesia dalam kaitannya dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki sifat-sifat kepribadian dan perilaku religius dengan ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

a) Memiliki emosi religius dan iman yang kuat. b) Menyatakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta dari segala sesuatu. c) Memiliki semangat solidaritas dan kerukunan. d) Bersikap dan berperilaku etik dan akhlak sesuai dengan ajaran agama. e) Melakukan ritual-ritual keagamaan yang sesuai dengan ajaran agamaBangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, ada pandangan yang pernah beredar dalam masyarakat bahwa indikasi perilaku manusia Indonesia yang tampil antara lain : a) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. b) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. c) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. e) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. f) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Sila kedua Rantai. Pada tindakan manusia Indonesia yang dijiwai oleh sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkonstruksi perilaku yang menghargai harkat dan martabat manusia. Indikator dari perilaku ini antara lain : a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

c) Manusia Indonesia mampu mengembangkan sikap untuk saling mencintai sesama manusia terlebih perilaku ini telah diperintahkan oleh ajaran agama dan manusia Indonesia adalah manusia yang religius yang sekaligus mengembangkan sikap tenggang rasa. d) Sebagai manusia Indonesia yang religius akan mengekspresikan perilaku tidak semena-mena pada orang lain, ini berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang religius. e) Berani membela kebenaran dan keadilan. f) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. g) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. Pada perwujudan perilaku yang dijiwai sila kedua ini, Sujana (2006 : 35) menyebutkan manusia Pancasila yang memiliki sifat kepribadian dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan (humanisme) yang tinggi dengan ciri-ciri konstrak kepribadian manusia di samping sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus hidup dengan

sesamanya. Melalui kehidupan bersama manusia harus mampu mewujudkan hidup yang rukun dan harmonis dengan orang lain, sehingga terhindar dari konflik sosial dan tindakan kekerasan. Untuk mencapai maksud tersebut manusia Indonesia perlu bertingkah laku antara lain sebagai berikut : a) Menghargai nilai-nilai kemanusiaan. b) Menyatakan bahwa makhluk manusia itu sama derajat. c) Menyatakan bahwa tindakan-tindakan kekerasan itu bertentangan dengan kemanusiaan. d) Menghargai kesetaraan umat manusia. e) Menolak sikap dan perilaku rasial serta diskriminatif.

Sila ketiga Pohon Beringin. Sila ke-3 Pancasila adalah Sila Persatuan Indonesia dengan sifat kepribadian dan perilaku ontologi tentang satu, yang menyadari fakta bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia yang majemuk namun memiliki fungsi untuk menjadi masyarakat dan bangsa yang menyatu dan kokoh. Dalam hal ini Sujana (2006 : 37) mengkonstruksi perilaku sebagai berkut : a) Menyakini adanya hakekat tunggal atau satu dari realitas yang jamak. b) Mengakui makna dari Bhineka Tunggal Ika sebagai pernyataan ontologis. c) Mengakui Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk dari

perwujudan persatuan dan kesatuan. d) Menyakini nilai persatuan dan kesatuan terlahir dari Proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945.

e) Menyakini bahwa ketidak adilan dan ketidak jujuran sebagai Simber konflik Sosial. Pandangan di atas dapat dipahami bila dikolaborasikan dengan pandangan yang telah

berkembang dalam masyarakat yang antara lain sebagai berikut: a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Ketika manusia telah hidup bersama baik sebagai bangsa maupun Negara, maka akan timbul benturan-benturan hak, untuk menyelesaikan ataupun untuk menghindari terjadinya benturan agar tidak melahirkan konflik, maka terekspresikan perilaku antara lain sebagai berikut. Bahwa manusia Indonesia baik sebagai warga masyarakat, bangsa, dan Negara, memiliki kedudukan hak dan kewajiban yang sama, sehingga pada diri masing-masing tidak berperilaku memaksakan kehendak kepada orang lain, tetapi lebih mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi atau golongan dan musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Hasil keputusan musyawarah harus dilaksanakan dengan etika baik dan rasa tanggung jawab. Sila keempat Kepala Banteng Perwujudan sila ke-4 dalam bentuk perilaku manusia sebagai individu menunjukan jati dirinya. Sujana (2006 ; 40) mengemukakan bahwa ciri-ciri konstruk kepribadiannya antara lain sebagai berikut : a) Bersikap terbuka akan nilai-nilai baru. b) Bebas dari segala bentuk tindakan kekerasan dan pembunuhan. c) Menghargai kebebasan berbicara dan berpendapat. d) Menghargai kebebasan berorganisasi.

e) Mengakui adanya kekuatan politik dan parpol. Tindakan yang djiwai dari dari sila ke-4, antara lain sebagai berikut: a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. f) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Sila kelima Padi Dan Kapas. Pada sila ke-5 terpancar perilaku manusia Indonesia sebagai berikut: (a) Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan (perilaku gotong royong masih kental pada masyarakat pedesaan khususnya masyarakat petani. Kuncaraningrat (1974 : 62-63) melalui hasil penelitian diketemukan kehidupan gotong-royong dengan berbagai macam bentuk yang disebutnya sebagai guyuban, nyurung, tetulung, layat, dan kerja bakti. Dan perilaku kegotong-royongan telah melekat pada hampir seluruh masyarakat Indonesia. (b) Menghormati hak orang lain serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. (c) Adanya perilaku suka memberi pertolongan pada orang lain agar dapat

berdiri sendiri (dibidang ekonomi pemilik modal baik negara/Bank/pengusaha besar membantu masyarakat yang kekurangan modal agar masyarakat dapat berdiri sendiri dalam menjalankan ekonominya). Oleh karena itu pemilik modal tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerataan terhadap orang lain dan tidak bersifat boros serta tidak bergaya hidup mewah. (d) Memiliki perilaku untuk mengembangkan sikap adil terhadap sesamanya. (e) Perilaku yang menunjukkan sifat suka bekerja keras. (f) Perilaku yang suka menghargai hasil kerja orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Perilaku ini akan lebih kolaboratif bila digandengkan dengan tawaran Sujana (2006 : 41) sebagai berikut : (a) Menyakini adanya nilai keadilan sosial yang universal. (b) Menyakini bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban. (c) Menghargai adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. (d) Menyakini penegakan hukum sebagai sumber untuk mewujudkan keadilan sosial. (e) Menolak adanya sikap dan perilaku ketidak adilan sosial dalam hidup bernegara dan berbangsa. 5. KESIMPULAN Sejarah pancasila yang penuh perjuangan telah di hasilkan dasar negara yang mutlak. Hingga saat ini Pancasila lah yang mengatur atau mengontrol aspek-aspek perilaku bagi rakyat Indonesia. Setelah di implementasikan, kita telah mengetahui bahwa peraturan negara yang begitu baik untuk kehidupan bangsa kini mulai memudar dan justru disalah gunakan oleh para manusia yang justru mementingkan kepentingannya individu dibanding kepentingan bangsa dan negara hal ini bisa dikarenakan bebasnya dan banyak kebudayaan asing yang masuk dan merusak ideologi bangsa dan negara. Jati diri atau kepribadian bangsa merupakan ciri khas suatu bangsa yang membedakan dengan bangsa lain. Jati diri bukanlah merupakan sesuatu yang steril, tetapi selalu berkembang sesuai dengan dinamika masyarakatnya dan faktor yang mempengaruhinya termasuk globalisasi dan reformasi.

6. SARAN Kita harus menanam kan dasar Bangsa dan Negara (Pancasila) kepada setiap individu penerus bangsa. dan menyeimbangi antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama dengan aturan negara. Dengan begitu kita warga negara Indonesian akan dapat mewujudkan sebuah Bangsa dan Negara yang benar-benar mengerti arti pancasila yang sesungguhnya. 7. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila Saputra Doni, Impelementasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sugiharto Lukas, Masih eksiskah karakter bangsa (Indonesia), Dosen Pancasila: FIS Unesa Surabaya.

You might also like